>○<
Yoko menatap ke kejauhan, tepat pada langit yang sudah mulai berwarna keorenan.
Senja tampak begitu cantik hari ini, tapi itu sangat berbeda dengan perasaannya yang sekarang tengah bercampur aduk.
Kalau saja ingin jujur, Yoko merindukan semuanya. Alasan mengapa ia kabur-kaburan seperti ini adalah untuk menutupi semua luka yang ia rasa.
Tak bisa dipungkiri, Faye memberinya luka tak kasat mata yang membuat dirinya menjadi seperti sekarang.
Takut.
Terhadap apapun yang akan kembali menyentuh isi hatinya.
Tapi.. wanita cantik itu.. terlihat begitu bersungguh-sungguh hingga ulu hatinya terasa sakit ketika ia melihatnya.
Yoko tak suka melihat Faye kehilangan kepercayadirian dan gadis itu merasa kalau Faye berhak mendapatkan kesempatan kedua karena wanita cantik itu kini tengah berusaha untuk memperbaiki segalanya.
Meski begitu, Yoko tak ingin dirinya mudah sekali untuk didapatkan seperti sedia kala. Ia bahkan masih trauma dengan perpisahan yang terjadi di antara mereka berdua, tapi.. hatinya berkata lain, ia sangat merindukan sosok Faye dalam kehidupannya.
Yoko melirik pada jemari Faye yang membungkus tangannya lembut, rasa menggelitik yang sempat hilang itu kembali lagi sekarang dan hati Yoko menghangat karenanya.
Tanpa bisa menahan diri, Yoko tersenyum "Mungkin enggak sekarang, tapi suatu saat nanti. Setelah kakak membuktikan kalau kakak memang bersedia memperbaiki semuanya"
Yoko bisa melihat Faye membelalakkan mata seolah ia tak percaya bahwa gadis cantik bertubuh mungil itu memberikan kesempatan kedua untuknya.
Wanita cantik itu menarik senyum selebar-lebarnya ketika ia menatap Yoko yang juga memberikan dirinya senyuman serupa "J.. jadi.. kita kembali bersama?" ujar Faye dengan senyum merekah dari telinga ke telinga.
Yoko bersemu lantas mengeplak punggung tangan Faye "Tanpa terkecuali kalau kakak ngelakuin hal kayak kemarin lagi. Kakak tahu nggak sih kalau aku itu capek nebak-nebak perempuan yang chatingan sama kakak siapa aja, terus sifat kakak yang posesif, cemburuan banget, terus.."
Faye terkekeh hingga Yoko menghentikan omelannya "Kok malah ketawa? Bukannya dengerin!" dengak kesal, Yoko cemberut pada kekasihnya yang menguarkan tawa renyah.
Gadis cantik itu kemudian memicingkan mata saat ia melihat Faye menjatuhkan airmata untuk pertama kalinya "Kak.. kakak ini ketawa tapi nangis. Gimana toh?" ia mulai panik sekarang.
Faye melepaskan genggaman tangannya untuk mengusap air mata "Boleh peluk?" ujar Faye dengan suara serak dan senyum yang tampak terlihat aneh.
Yoko mengangguk mengiyakan sehingga Faye berdiri dari tempatnya lantas beranjak ke kursi kosong di samping Yoko agar bisa memeluk tubuh mungil milik kekasihnya.
Faye terisak lembut ketika ia menempelkan hidungnya di antara lekukan leher Yoko yang berbau matahari. Faye tak peduli meskipun kini pipinya bersentuhan dengan pundak kekasihnya yang dipenuhi peluh. Toh, gadis itu tetap beraroma segar meskipun kulitnya dipenuhi oleh keringat.
"Terimakasih" ia berseru di antara tangis bahagianya. "Terimakasih sudah memberi kakak kesempatan" dan dengan perlahan, si dosen cantik melepas pelukannya untuk menatap Yoko dengan seksama "Kakak akan memperbaiki semuanya" ia menggenggam tangan Yoko sekarang "Kakak nggak akan janji. Tapi kakak bakalan ngebuktiin itu sama sifat kakak ke kamu"
"Okay" jawab Yoko cepat seraya membingkai pipi-pipi tirus milik Faye. "Tapi jawab dulu" gadis itu menjeda ucapannya sekejap dan Faye mengangguk sebagai tanda ia siap menjawab "Selama dua minggu ini kakak kemana aja?"
Faye terisak sedikit "Di rumah. Kakak mengurung diri. Kakak ngerasa bersalah banget sama kamu karena kakak sudah se-egois itu. Kakak ngerasa nggak pantes buat hidup, kakak ngerasa.."
Cup~
"Berisik" ujar si gadis cantik bertubuh mungil.
Faye menjilat bibirnya yang baru saja ditempeli oleh bibir Yoko, wanita cantik itu mengulum senyum sebelum kemudian merentangkan tangan "Peluk lagi?" ujarnya dengan suara lucu yang dibuat-buat.
Yoko memajukan bibir "Pulang sana! Ganggu aku lagi main aja"
"Sayaaang..." wanita cantik itu mulai merengek sekarang hingga membuat Yoko terkekeh geli "Nggak pantes. Udah tua juga"
Faye meletakkan tangannya di dada, persis seperti yang biasanya dilakukan Yoko ketika ia berakting sakit hati "Ouch.. Kena banget ke ulu hati"
Yoko mendecak kesal "Kamar aku nomor 203 di hotel itu" gadis itu menunjuk satu hotel yang terlihat dari bibir pantai "Kakak bisa berkunjung kalau kakak mau. Aku liburan tiga hari di sini. Tapi dengan syarat harus ajak mama ke kamar. Biar kakak nggak ada kesempatan buat mesum"
Faye cemberut, tapi wanita cantik itu kemudian mengiyakan juga pada akhirnya "Okay, nanti kakak berkunjung ke sana. Kamu main sama siapa aja?"
"Chet, Axel, Liam, Andrea, Marissa sama kak Ize"
"Kamu sekamar sama Ize dan Marissa?"
Yoko menggeleng "Sama Chet"
Rahang Faye mengeras secara otomatis "Bercandaaa" ujar bocah itu dengan kekehan di akhir kata hingga membuat Faye menghentakkan napasnya karena perasaan lega tiba-tiba datang setelahnya.
"Aku sendiri di kamar. Papa nggak biarin aku tidur sama siapapun termasuk Marissa dan kak Ize" ia memonyongkan bibirnya sesaat "Padahal aku mau gangguin mereka bulan madu" imbuh si cantik tanpa malu.
Faye menggeleng seraya terkekeh kecil "Kamu nanti aja bulan madunya sama kakak"
Yoko mendelik seraya menutup buah dadanya dengan cara melilitkan tangan di depan dadanya yang hanya dibalut secuil kain "Jangan sembarangan ya. Aku nggak akan biarin kakak masuk kamar kalau nggak sama mama"
Faye mengangkat senyum sedikit, terlihat mesum dan kurang ajar "Kita bisa threesome kalau kamu mau"
"ASTAGA KAK FAYE?! PULANG SANA!"
>○○○○○<
Faye terkekeh pada Phia Fah yang meruntuk di balik kemudi. Wanita cantik itu memiliki meeting penting besok pagi, tapi ia harus menata waktunya kembali karena Faye bersikeras untuk bermalam di hotel yang sama dengan putrinya.
Untung saja ia bisa menunda meeting menjadi sore hari dan sekarang ia tengah mengemudi menuju hotel untuk melakukan reservasi.
"Kenapa harus bawa-bawa aku sih?" ujar Phia Fah "Aku yakin saldo di dompetmu cukup untuk bermalam, membeli baju, dan membayar taksi online" oceh si wanita cantik pada Faye yang tak mendengarkan.
"Tapi aku butuh kamu untuk akses masuk kamar Yoko"
Pha Fah mengerutkan kening "Kenapa pula harus ada aku?"
"Threesome"
Brak!
"Fuck! Dadaku" umpat Faye ketika Phia Fah menginjak rem dengan cepat sehingga membuat ia terhentak ke depan dan hampir membuat dosen cantik itu tercekik karena sabuk pengaman.
Untung saja jalanan tergolong cukup sepi sekarang sehingga tak memungkinkan untuk terjadinya tabrakan.
"Awhh.." Faye masih meringis ketika ia melihat Phia Fah kehilangan fokus "Bercanda, astaga. Kenapa pula kamu percaya begitu mudah?" ia terkekeh geli sekarang.
Phia Fah menghentakkan napas sebelum kemudian mengeplak lengan Faye sekuat tenaga "Dasar perempuan gila!" umpat si wanita cantik kemudian.
Faye terkekeh "Aku bukan hanya gila di sini. Tapi di ranjang juga. Kamu bisa menanyakan itu pada putrimu"
"ASTAGA FAYE MALISORN! PULANG SANA!"
Dan ini ke dua kalinya Faye di usir hari ini.
>○<
Riska Pramita Tobing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Teen Fiction"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra