48

4K 345 115
                                    

>○<

Yoko bergerak lembut di atas sofa yang tengah ia duduki di ruang kerja Faye. Wanita cantik itu berkata bahwa ia ingin bicara setelah pelajaran berakhir dan di sinilah ia sekarang, tengah menatap Faye yang sedang menyusun makanan manis di atas meja kecil di depan sofa yang tengah Yoko tempati.

"Dimakan dulu brownisnya" ujar Faye ketika wanita cantik itu terduduk di depan Yoko di atas sebuah kursi berukuran kecil yang bahkan langsung tak terlihat karena tubuhnya yang tinggi dan besar.

Dengan pelan, Yoko mengambil satu piring kecil berisi sepotong brownis rasa cokelat dengan toping keju yang terlihat menggoda. Gadis cantik itu memotongnya kecil lantas menyuapnya lembut ke dalam mulut.

Tekstur brownisnya hampir serupa dengan kapas, begitu lembut dan nikmat, toping kejunya juga tak mengganggu rasa cokelat sehingga membuat perpaduannya terasa begitu nikmat di dalam rongga mulutnya.

Saat Yoko membuka mata, ia bisa melihat si dosen cantik tengah memperhatikan dirinya dengan mata berbinar "Kanapa?" ujar Yoko setelah ia memotong lagi brownisnya.

"Mau lagi? Kakak ambilkan lagi ya?"

Yoko menggeleng sebelum Faye berdiri "Ini aja belum habis kak" jawab si cantik dengan mulut yang penuh dengan brownis.

Faye terkekeh "Apa ya yang ada di pikiran kakak pas kakak setuju buat pisah sama kamu? Bego banget sih kakak" ia mendumel sekarang dan Yoko hanya terdiam tak menanggapi hanya untuk menikmati brownisnya.

"Yoo?"

"Hmm?"

"Maaf ya?"

Yoko membuka mata lantas menatap pada kekasihnya yang tiba-tiba terlihat murung "Maaf kenapa?" kini Yoko bergerak untuk menyimpan piring kecilnya yang sudah bersih tak berisi.

"Semuanya" Faye memulai dengan pelan dan dengan nada yang menyakitkan "Kalau kakak nggak masuk ke dalam kehidupan kamu, kamu mungkin masih seneng-seneng sekarang sama temen-temen seumuran kamu yang lain"

Yoko tak menjawab, gadis cantik itu hanya terdiam dan mendengarkan apapun yang sedang di ucapkan Faye terhadap dirinya "Kakak memang bersyukur karena kamu bisa jadi pacar kakak seperti ini, tapi sekarang kakak mulai khawatir kalau usia kakak yang sudah terhitung tua nggak bisa ngerti keinginan kamu seperti kemarin"

"Kak.." Yoko berbisik dan Faye melirik cepat padanya.

Dengan senyuman kecil, Yoko berdiri sebelum kemudian mendorong tubuh Faye agar wanita cantik itu bersender pada kursi lantas duduk di atas pangkuannya. "Kakak tahu nggak kenapa aku berani ngambil keputusan untuk nyoba pacaran sama kakak dan bahkan ngasih kesempatan ke dua ke kakak seperti ini?" jemari Yoko bergerak guna mengusap air yang jatuh dari kelopak mata milik Faye.

Dosen cantik itu menggeleng sebagai jawaban seraya terisak di antara tangisnya yang terdengar menyakitkan namun mengharukan di satu waktu yang sama.

"Karena aku sadar, kalau aku butuh seseorang untuk aku jadikan senderan dan kakak adalah orang yang tepat sejauh ini. Meskipun kakak kemarin sempet nyakitin aku, tapi aku masih berani untuk buka hati sama kakak karena kakak selalu serius sama omongan kakak" dengan lembut, Yoko mengecup kening Faye sesaat "Sejauh ini, aku bahagia saat sama kakak. Yaahh, walaupun kakak mesum nggak ketulungan sih" Faye terkekeh kecil saat ia mendengar kalimat terakhir dari Yoko yang memang benar adanya.

"Nanti KKN nya hati-hati ya. Kalau ada sinyal, sempetin buat kasih kabar ke kakak. Kalau kakak nggak sibuk juga kakak bakal kesana kok"

Yoko memiringkan kepalanya ke satu sisi "Jadi galau karena mau aku tinggal KKN?" tebak gadis bertubuh mungil itu.

The Eldest One [FayeXYoko]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang