>○<
Yoko menatap Faye dengan pandangan memicing. Begitu juga Marissa yang tengah bertengger di pundaknya sekarang.
Wanita cantik itu mengumpulkan seluruh kelompok satu di aula pagi hari ini dengan syarat memakai pakaian nyaman berupa switer serta celana olahraga dan tidak diperbolehkan untuk memakai makeup sedikitpun.
Dan sekarang, di sinilah mereka sekarang. tengah terduduk di atas lantai membentuk sebuah lingkaran kecil.
Yoko terduduk di samping Faye yang tengah memegang sebuah makalah yang beberapa saat lalu ia bagikan pada semua orang.
Drama musikal dengan judul 'The Prom' yang di print rapi oleh si dosen cantik kini berada di atas tangan Yoko dan gadis itu membukanya perlahan lantas membaca dengan teliti.
Cerita ini diciptakan oleh Faye sendiri dan wanita itu memilih dua orang sebagai tokoh utama, Tiga orang sebagai peran pendukung, dan lima orang yang lain sebagai penata kostum, musik, serta penata tempat.
Tokoh yang akan memerankan kisah cinta di malam dansa masih belum ditentukan. Begitu juga dengan pemeran pendukung yang hanya akan menjadi pembawa acara di pesta dansa, sahabat kedua pasangan utama, serta satu orang pengganggu yang diceritakan akan menjadi orang ketiga.
Yoko memiringkan kepala ke satu sisi saat ia selesai membaca deskripsi cerita yang akan mereka perankan dalam jangka waktu latihan selama tiga minggu lamanya.
Gadis cantik bertubuh mungil yang kini mengenakan switer kebesaran berwarna putih serta celana olahraga yang sama-sama berwarna putih itu melirik pada Faye yang tengah memutar-mutar pena di salah satu tangannya.
"Tokohnya belum ditentukan, Miss?" ujar Yoko yang langsung membuat Faye mengangkat pandangan pada kekasihnya.
Wanita cantik itu tersenyum sekejap "Untuk itulah saya mengumpulkan kalian semua di sini. Kita hanya memiliki waktu sebanyak tiga minggu untuk latihan. Jadi, saya ingin mempersiapkannya sedini mungkin"
Dengan pelan, Faye mengangkat lengan pakaian yang ia kenakan lantas menatap satu persatu dari kesepuluh orang yang tengah memperhatikan dirinya.
"Kalian semua akan di tes akting sekarang" Faye berdiri di antara kedua kakinya yang jenjang sehingga semua orang mengangkat pandangan agar bisa menatap padanya yang tinggi menjulang.
"Ayo semuanya berdiri" dengan patuh, sembilan orang yang lain mengikuti arahan Faye dan menapak di antara kedua kaki.
Faye terkekeh "Biar nggak kaku, kita pemanasan dulu"
Yoko terkekeh seraya menatap kekasihnya secara tidak percaya. Wanita cantik itu melangkah maju "Bukan pemanasan untuk olahraga" ia terkekeh sebentar. "Tapi pemanasan untuk akting. Saya punya permainan yang akan saya contohkan" wanita cantik itu kemudian menarik Yoko dan Marissa ke tengah-tengah lingkaran.
"Contoh pemasan akting yang akan saya lakukan adalah seperti ini. Saya sebagai seorang yang optimis, selalu semangat dan positif thingking. Yoko, kamu sebagai orang yang pemarah, dan Marissa kau akan menjadi seorang yang putus asa dan sedih"
Yoko melirik pada kekasihnya ketika ia barusan mengubah kosa kata dari 'kamu' untuk Yoko jadi 'kau' untuk Marissa.
Wanita cantik itu tampak tak peduli. Ia tetap melanjutkan peraturan permainan yang ia buat barusan.
"But, the fun fart is.." Faye menggantungkan kalimatnya sebentar, "Kalian harus melanjutkan akting dengan kata terakhir yang diucapkan lawan aktor" ia terkekeh di akhir kata dan Yoko mendengus karenanya.
"Kalian paham?" ujar Faye seraya menunjuk satu persatu dari Marissa dan Yoko.
Yoko mengangguk, tapi Marissa menggeleng dan Faye terkekeh "Ok kita coba dulu. Marissa, lihat saya dengan Yoko bermain. Nanti kalau sudah paham, saya akan melempar dialog" dan gadis cantik bergigi kelinci itu mengangguk dengan patuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Teen Fiction"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra