>○<
Tidak lagi.
Yoko menyesal sudah menawarkan diri pada predator seperti Faye. Baru saja Yoko bisa duduk dengan nyaman, sekarang gadis itu sudah merasakan perih lagi di area intimnya.
Yoko jadi penasaran. Apa sih yang dilakukan Faye ketika ia di bawah sana?
Padahal, ketika mereka becinta, Yoko begitu menikmatinya. Tapi, sesaat setelah Faye ketagihan lantas meminta lagi dan lagi terhadap tubuh Yoko bahkan hingga kedua kakinya terasa lemas ketika Faye menyiksanya dengan kenikmatan, gadis itu pasti akan mendapatkan respon seperti ini dari tubuhnya.
Area kewanitaannya pasti akan terasa perih dan ngilu. Belum lagi ditambahi dengan kakinya yang terasa lemas hingga ia sulit berdiri.
Yoko meringis saat ia mencoba duduk di atas kasur. Ada Faye di sampingnya. Wanita cantik itu masih terlelap dengan salah satu tangannya meliliti tubuh Yoko secara lembut.
Pelan, Yoko mengguncang bahu Faye yang tertutupi kaus polos kebesaran berwarna putih "Kak.." bisik Yoko mencoba membangunkan Faye yang tampak begitu lelap.
Faye mengerjap, tapi wanita cantik itu justru lebih mempererat pelukannya hingga Yoko kembali terbaring karena Faye menempelkan pipi di atas payudaranya yang tak terbungkus kain.
"Kakak.." Yoko kembali bergerak dan sedikit menarik baju yang dikenakan oleh Faye sehingga wanita cantik itu membuka matanya "Hari ini libur sayang. Nggak ada kelas" ujar Faye sedikit bergumam sebelum kemudian ia kembali terlelap di lekukan leher Yoko.
Dengan kesal, Yoko mencubit punggung Faye sehingga dosen cantik itu menjengat karena terkejut "Kenapa sayang?"
"Bantuin bangun. Aku mau pipis"
Faye mengerjap sesaat sebelum kemudian mengangkat tubuhnya dari Yoko yang masih telanjang. Wanita cantik itu meringis kecil "Sakit lagi ya?"
Yoko mengangguk "Nggak habis pikir. Pacar baru aja bisa duduk malah dibikin nggak bisa duduk lagi" gadis itu meruntuk ketika Faye dengan lembut memangku tubuhnya agar gadis itu tak harus berjalan menuju kamar mandi.
Dengan perlahan, Faye menurunkan Yoko lantas membukakan tutup tolet dan membantu kekasihnya untuk duduk di sana "Keluar" ujar Yoko.
Faye tak bergeming seraya menatap kekasihnya yang tak kunjung mengeluarkan air seni. Wanita cantik itu justru melipat tangan di dada seraya melirik pada cermin yang tak jauh dari dirinya "Sikat gigi dulu deh" ujarnya tanpa mempedulikan perintah Yoko.
"Kak, keluar iiih. Aku udah nggak tahan mau pipis" Yoko merengek sekarang.
"Tinggal pipis astaga" ujar Faye jengah sesaat setelah ia membasuh wajahnya di wastafel.
"Malu iiih" rengek Yoko, lagi.
Faye melirik kekasihnya tidak percaya "Really? Malu? Kakak bahkan sudah tahu rasa tempat pipis kamu kayak gimana"
Yoko menghela napas. Iya juga. Dengan pasrah, gadis itu kemudian meringis ketika ia akhirnya membuang air seni yang sudah ia tahan-tahan.
Faye terkekeh ketika ia menyikat giginya dengan anteng di depan wastafel "Jangan ketawa" sentak Yoko dengan nada tenang namun mengancam yang langsung membuat kekasihnya berhenti terkekeh.
"Kakak sadis banget sih sama aku. Baru aja aku bisa duduk malah dibikin kayak gini lagi" gadis itu meruntuk ketika ia tengah mengusap area kewanitaannya menggunakan tisu sambil sesekali meringis kesakitan.
Faye melirik dengan sikat gigi yang menyumpal di mulutnya "Khaha kheshel hama khamu. Khahau aha khamu hau, khakha hamhir habrah ohang di halan"
Yoko menggeleng tak percaya "Sampe segitunya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Teen Fiction"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra