>○<
Yoko sedikit terkekeh ketika Faye dengan sengaja menggelitik sisi rusuknya dan wanita cantik itu juga melakukan hal yang sama di paha milik Yoko sehingga tubuh si cantik menggelinjang kegelian karena tingkah usil kekasihnya.
"Kak. Kak. Capek loh. Ketawa terus aku dari tadi" ujar Yoko sehingga membuat Faye berhenti menggelitiki tubuh Yoko yang ia tindih di bawah tubuhnya.
Dengan geli, Faye terkekeh seraya menyingkirkan rambutnya ke satu sisi lantas mengangkat tubuh Yoko sehingga gadis itu kini terduduk di atas pangkuannya "Santai aja. Jangan tegang" ujar Faye ketika tangan wanita cantik itu merengkuh bokong Yoko lantas meremasnya perlahan.
Yoko menggigit bibir bawahnya dengan ragu "Kelihatan banget ya kalau aku gugup dari tadi?" ujar si cantik bertubuh mungil tak ingin berbohong.
Dengan lembut, Faye terkekeh "Kalau kamu mau berhenti, kita bisa berhenti"
Yoko tersenyum pada kekasihnya yang kini tengah menatapnya dengan begitu lembut. Iris mata berwarna cokelat milik Faye memang dipenuhi dengan gairah. Tapi wanita cantik itu masih memiliki akal sehatnya untuk terus menghormati Yoko meski gadis cantik bertubuh mungil itu sudah setengah telanjang akibat perlakuannya.
Yoko menyukai sikap kekasihnya yang satu ini. Faye selalu saja mengkhawatirkan kenyamanan dirinya. Wanita cantik itu tidak memaksa dan Yoko menyukai bagaimana cara wanita itu memperlakukannya.
Yoko mengalungkan lengan pada leher Faye dan menyatukan kening mereka berdua. Gadis cantik bertubuh mungil itu sudah memantapkan hati untuk mempercayai dosen cantiknya. Ia tak ingin menarik rasa percaya itu pergi setelah tadi ia memantapkan itu sedalam mungkin terhadap hatinya.
Tanpa memikirkan keputusan yang sudah ia ambil dalam keadaan sadar, Yoko mulai memajukan diri dan mencium bibir Faye dalam-dalam seolah memberikan tanda pada kekasihnya bahwa ia memang sudah benar-benar rela jika Faye akan merebut tahta tertingginya malam ini.
Dengan lembut, tangan Faye mengusap punggung Yoko dan mengalihkan ciumannya pada lekukan leher si gadis cantik bertubuh mungil.
Wanita cantik itu kemudian memutar tubuh mereka sehingga Yoko berada di bawah tindihannya lagi sekarang.
Dengan lembut, jemari Faye menyusuri perut Yoko sebelum kemudian mengusap area kewanitaannya yang sudah basah.
Ciuman wanita cantik itu juga ikut turun semakin bawah ke pucuk payudaranya sehingga membuat Yoko memejamkan mata ketika ia sudah mulai kehilangan akal sehatnya lagi.
Ketika Faye menarik lepas celana dalam milik Yoko, gadis bertubuh mungil itu membuka mata untuk melihat Faye yang tengah menjilat bagian perutnya.
Ada perasaan mendesak dari dalam tubuh Yoko yang bahkan tak pernah dirasakan si cantik sebelumnya. Perasaan seolah ia ingin dipenuhi entah oleh apa.
Saat jemari Faye membingkai area kewanitaan Yoko, gadis cantik itu tersentak kaget.
"Kak! Hhhh" ia mencoba berseru di antara napasnya yang tersenggal.
Faye mengangkat diri dengan cepat "Mau berhenti?" ujar si dosen cantik dengan nada yang tenang meski iris matanya dipenuhi dengan gairah.
Yoko menggeleng. Tunggu dulu. Ia bukan ingin berhenti. Tapi.. Apa Faye akan menjilat bagian intimnya juga seperti sebagaimana ia menjilati seluruh tubuhnya tadi?
B..bukannya itu..
"Sayang? Kamu mau berhenti?" ujar Faye lembut. Wanita cantik itu hampir mengangkat diri dari atas tubuh Yoko tapi si cantik bertubuh mungil menggeleng sebagai jawaban.
"Takut?" tebak Faye.
Yoko menggeleng lagi "Malu" ujar si cantik bertubuh mungil yang langsung dijawab kekehan "Kenapa mesti malu, sayaang? Kamu cantik begini apa yang bikin malu coba? Hmm?" jawab Faye seraya mengusap paha dalam milik Yoko dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Eldest One [FayeXYoko]
Teen Fiction"Mencintai secara tepat di waktu yang terhambat" -Yoko Apasra