02: Presdir yang baik.

46.4K 1.8K 10
                                    

Pagi menjelang siang hari di dalam gedung perusahaan besar itu sangat ribut karena katanya Presdir Z.E Croup akan datang sebentar lagi. Aruna yang baru datang dan karyawan baru di perusahaan tersebut harus pasrah di gunjang ganjing oleh keributan itu. Meskipun bingung, Aruna tetap ikut serta dalam merapihkan lobi dan menggelar karpet merah.

Selang beberapa menit kemudian sebuah mobil Audi R8 hitam terparkir di depan gedung perusahaan. Semua karyawan dan orang-orang dengan pangkat yang lebih tinggi berjajar rapih di sisi kanan-kiri karpet merah, saling menghadap dengan sikap yang rapih. Aruna juga ikut bebaris rapi di belakang tubuh kurus Amber. Asalnya Aruna akan bergabung dengan barisan para karyawan di barisan seberang sana tapi mobil Audi itu keburu datang dan Amber menyuruh dia untuk berdiri di belakangnya saja, katanya sih gak akan keliatan.

'Gak keliatan banget- mata mu pecak! Badan segede gaban gini.' batin Aruna mencak-mencak tidak habis pikir.

pintu kaca setinggi dua meter dan selebar satu meter itu terbuka lebar. Para pegawai yang berjajar rapih secara serentak membungkuk 90° dan berkata serempak.

"SELAMAT DATANG, PRESDIR!!"

Aruna sedikit terkejut mendengar seruan kencang dan kompak itu. Dia hanya diam saja dan ikut membungkuk seperti mereka.

"Selamat pagi, terimakasih sudah menyambut saya dengan baik." Perkataan yang ramah lingkungan mengalun menyebar ke seluruh ruangan.

Aruna kembali terkejut, dia sempat berprasangka jika Presdir yang mereka sebut-sebut dengan panik dan ketakutan dari tadi itu adalah seseorang yang memiliki sikap dingin dan tidak ramah tamah juga galak macam kucing garong. Ternyata prasangka nya salah, Presdir mereka sangat ramah dan sepertinya Aruna akan betah kerja di perusahaan ini.

Yah, semoga saja.

Setelah mendengar ucapan Presdir, Mereka mengangkat punggung mereka dengan tegap dan tersenyum gembira setelah semua keributan beberapa waktu lalu.

Sepasang Iris cokelat kehitaman milik pria tampan berbalut style formal itu memancarkan aura positif yang hangat, membuat siapapun yang memandangnya akan merasa nyaman. di sampingnya ada seorang pria yang lebih pendek dari Presdir dan sepertinya pria pendek itu adalah asisten pribadi Presdir jika di lihat dari iPad di tangan kirinya dan kacamata bening yang tertera pas di hidung mancungnya.

Aruna sempat terpesona oleh dua pria tampan di depan sana, ternyata sangat tampan dan sangat Berbeda dari rumor-rumor yang beredar di luar sana. Banyak rumor mengenai Presdir Z.E Croup yang mengalir hingga sampai ke tempatnya tinggal yang lumayan jauh dari sini, rumor-rumor mengatakan jika Presdir Z.E Croup adalah orang tua peyot, reyot, letoy dan terkenal dengan sebutan 'Kakek tua botak perut buncit'.

Pasti orang yang menyebarkan rumor omong kosong tersebut orangnya sok tahu.

Mata cokelat redup Aruna bertabrakan dengan sepasang iris cokelat kehitaman yang cerah milik Pria berstatus Presdir itu, Aruna tersentak pelan dan kemudian menunduk sopan, tidak berani mengangkat pandangannya lagi.

Siapa yang tidak gugup jika di tatap oleh pria tampan, meskipun tidak di sengaja, semuanya juga pasti akan merasa gugup juga tersipu. termasuk Aruna Cielo Si wanita bertubuh gempal itu.

"Kalian bisa kembali bekerja sekarang." Kata Presdir dengan senyumannya setelah menatap lama Aruna. Kemudian dia berlalu pergi bersama dengan asistennya memasuki lift khusus dan menghilang di balik pintu silver itu.

Aruna bisa mendengar para karyawan wanita saling mengagumi keindahan sosok Presdir mereka dengan penuh semangat. Aruna juga diam-diam mengagumi Pak Presdir di dalam hatinya, mana berani dia mengagumi Presdir dengan terang-terangan, yang ada dia bakalan di ejek dan di hina oleh orang-orang sekitar.

Nasib punya tubuh besar ya gini, tidak bebas melakukan apapun, bahkan untuk mencintai dan dicintai seseorang pun sangat sulit.

Menghela nafas berat, Aruna berjalan menuju ruangan tempatnya memulai bekerja di depan komputer. Di pertengahan jalan Aruna di hentikan oleh Amber, dia meminta maaf dan berterima kasih padanya dengan sungguh-sungguh karena kejadian pagi ini. Aruna tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa lalu dia lanjut berjalan ke arah ruang kerja nya.

Hati Aruna merasa sedikit hangat setelah mendengar ucapan merasa bersalah Amber, wanita penjaga resepsionis itu. Ternyata masih ada orang yang menghargai seseorang seperti Aruna ini.

Lantai 6, Di dalam ruangan sudah ada orang-orang yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, Aruna menenangkan dirinya dan kemudian menyapa mereka dengan sangat ramah.

"Permisi Semuanya, Aku Aruna Cielo, karyawan baru di perusahaan ini. Senang menjadi rekan kerja kalian." Kata Aruna seraya membungkuk sopan. Telapak tangannya yang meremas tali selempang tas mengeluarkan keringat, dia sedikit cemas jika para rekan kerjanya tidak menerimanya dengan baik.

Aruna menunggu dengan gelisah.

"Ah!" Seseorang bersuara, dia terlihat seperti gadis muda yang periang. "Kamu orang baru itu ternyata, meja kerjamu di sebelahku. Ayo duduk dan mulai bekerja."

Gadis muda itu berjalan mendekati Aruna lalu menariknya dengan senang menuju meja kerja Aruna yang berada di sebelahnya. Aruna merasa kiku dan canggung karena sikap friendly gadis ini.

"Kenalin nama aku Selly Sabrina, kita bakal jadi rekan kerja di sini!" Gadis manis itu memperkenalkan dirinya dengan bersemangat setelah mendudukkan Aruna di kursinya.

"Aku Jenar Melina, salam kenal, Aruna!" Sahut wanita di belakang meja sana dengan senyum bersahabat pada Aruna.

"Kinan Mahendra, Semoga betah ya, Runa!" Suara itu dari meja di belakang Aruna juga, itu seorang pria muda yang memiliki cekungan dalam di pipi kirinya.

"Satria Juandra, senang berkenalan dengan Aruna!" Suara seorang pria yang terdengar kekanakan dan bersemangat melengking di ujung kanan sana. Pria itu menyembulkan kepalanya dan tersenyum manis pada Aruna.

"Hai, Aruna. Nama aku Meylin Wu, semoga kita jadi rekan kerja yang baik kedepannya." Kata Wanita bermata sipit di kursi sebelah Aruna, wanita itu tersenyum dan kedua matanya menghilang.

"Terus cowo yang pake kacamata di ujung sana deket Juan, dia namanya Alan Gavian. Tuh cowo satu emang gitu, pendiem. Tapi sekalinya ngomong kaya silet, Bikin sakit hati. Jadi, usahain jangan ngomong sama dia, ya, Na." Kata Selly panjang lebar pada Aruna dengan suara yang sengaja di keras kan agar orang yang lagi di omongin nya denger. Aruna menatap penasaran pria yang duduk di meja belakang bersebelahan dengan Juandra.

Alan dengan wajah datarnya dan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer memberikan jari tengah nya dengan ramah kepada Selly.

Aruna tanpa sadar tersenyum lega, ternyata pikirannya kembali salah karena mengira rekan-rekan kerjanya di tempat kerjanya ini akan judes dan julid padanya, tapi nyatanya mereka begitu baik dan ramah padanya. Aruna merasa nyaman.

Aruna bangkit dari duduknya dan kemudian membungkuk dalam-dalam, "Terimakasih semuanya!"

Mereka tersenyum lebar pada Aruna dan Alan hanya mengangkat jempolnya pada Aruna.

Di ruangan itu ada enam orang karyawan dan di tambah dengan Aruna, totalnya jadi tujuh karyawan di bawah bimbingan direktur keuangan. Yah, Aruna terbilang cukup pintar dalam hitung menghitung.

Kursi di ruangan itu sudah pas oleh tujuh orang tersebut. Tandanya, sudah tidak ada lagi orang yang bisa masuk dan menepati kursi di sana kecuali ada yang mengundurkan diri atau di pecat.

Si Montok Milik Presdir - END [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang