Aruna menghela nafas panjang dan lelah, sudah berkali-kali dia menghela nafas begini.
Ekspresi wajah Aruna mencerminkan sekali Ekspresi wajah orang yang begitu tertekan oleh beban hidup yang berat, bedanya, Aruna itu tertekan oleh beban manusia hidup saat ini.
Setelah peristiwa 'kita terjun bersama saja' beberapa waktu lalu, kini keduanya tengah duduk di atas sofa dan saling berpelukan mesra- tidak, lebih tepatnya hanya Vir yang memeluk erat Aruna dan tidak ingin melepaskannya.
"Sayangg, mau ciumm," Pinta Vir dengan suara yang di buat seimut mungkin. Badan sekekar itu harus berdebat dengan suara manjah.
Manja kali dia gaes.
Huek.
"Kan udah tadi, Pak Pres.." kata Aruna sembari tersenyum lelah.
Kejadian beberapa waktu lalu;
"Anu, anu, anu saya di bawah."
Aruna tersedak oleh air ludahnya sendiri saat mendengar ucapan Frontal dari Vir. "Ma-maksud saya .."
"Bicara yang benar."
Menarik nafas dalam-dalam, Aruna menenangkan dirinya dan mulai berkata.
"Kenapa anda menyukai saya?"
"Karena saya mencintai kamu." Jawab Vir singkat tapi teguh.
"Pak, saya.. tolong lepaskan dulu kukungan nya, Pak." Kata Aruna meminta agar Vir sedikit menjauh dari depan wajahnya, dia tidak akan bisa berkata dengan lancar jika Vir begitu dekat dengannya. Yang ada Aruna semakin salah tingkah dan takut.
Vir melepaskan kedua tangannya yang menghimpit Aruna ke kaca jendela, dan mundur ke belakang setengah langkah. Dia menatap, menunggu perkataan Aruna.
Aruna menghembuskan nafasnya perlahan, dia menatap teduh wajah dingin Vir yang sedikit-sedikit kembali ke awal, tenang dan ramah.
"Kenapa? Kenapa anda menyukai saya? Padahal saya hanya orang biasa, saya hanya wanita rendah yang tidak punya apa-apa. Saya juga hanya sekedar anak yatim." Aruna tersenyum tipis pada Vir yang akan menyela ucapannya. "Ijinkan saya terus berbicara hingga selesai, Tuan Presdir."
Vir menutup kembali bibirnya saat mendengar permintaan Aruna. Menurutinya.
"Asal anda tahu, saat saya bersama anda atau tengah tidak sengaja memikirkan anda, jantung saya seperti tengah berpesta dj. Perasaan itu tumbuh dengan seiring berjalannya waktu. Tapi perasaan saya kepada anda itu tidak seharusnya tumbuh. Itu tidak benar.." Aruna menunduk, melanjutkannya dengan suara yang lirih." Saya tidak pantas untuk anda yang begitu sempurna, Tuan Zealand."
"Saya hanya akan menodai kain putih itu dengan kotoran."
Ruangan luas itu menjadi hening, tidak ada suara apapun selain suara nafas yang berhembus dan jarum jam yang berdenting. Matahari mulai berubah menjadi lebih redup tapi masih menyengat di luar sana.
"Tidak ada alasan untuk saya tidak mencintai kamu." Vir bersuara setelah hening beberapa detik lalu, "Cinta itu tidak salah. Saya mencintai kamu apa adanya, bukan ada apanya."
"Meskipun di hadapan saya ada Zendaya atau Jisoo blekping sekalipun, saya tetap akan milih kamu yang meskipun berada jauh dari saya. Bahkan jika kamu terus menjauh dari saya. Saya, Vir Zanu Zealand, tidak akan pernah menyerah dan akan terus mengejar kamu, Aruna Cielo."
Aruna tersenyum samar. "Bahkan jika saya menyuruh anda untuk menyebrangi lautan api sekalipun?"
"Ya, saya akan. Tapi pakai baju Anti panas dulu. Saya tidak mau cacat saat bertemu kamu." Kata Vir yang sontak saja membuat Aruna tertawa kecil. Vir juga ikut tersenyum saat melihat Aruna tertawa.
Iris mata cokelat redup itu menatap Vir dengan hangat, mungkin dirinya akan mengambil langkah ini.
"Baiklah.. saya mau."
Tanpa ba-bi-bu lagi Vir langsung merengkuh tubuh montok Aruna ke dalam pelukannya. Kedua lengan kekar itu melilit tubuh Aruna dengan erat seperti lem yang bertemu kulit, wajah Vir terlihat sangat bahagia.
Akhirnya, cintanya itu di terima oleh Sang Crush.
Sksksk.
Vir menatap wajah chubby Aruna dengan lembut dan penuh kasih, dia lalu mencuri ciuman, lumatan dan gigitan pean di bibir Aruna dengan cepat hingga Aruna tidak bisa menghindar.
Dan begitulah drama korea itu berakhir.
"Lagii," Rengek Vir karena Aruna tidak mau memberikan ciuman padanya.
Aruna melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul dua tepat, Aruna tersenyum hangat pada Vir.
"Saya harus kembali bekerja, Pak Pres--"
"Aku, kamu." Potong Vir dengan wajah cemberutnya.
Idih, najis kali kau pantek.
Aruna membuang nafas sabar, "Ini masih jam kerja, harus bertindak profesional, Pak Pres."
Bibir Vir mencebik lucu dan akhirnya mengalah. Dia melepaskan pelukannya dengan enggan.
"Oke, tapi jangan berani-berani pergi pulang sendiri. Setelah selesai bekerja, tunggu saya di depan pintu ruangan kamu." Kata Vir tegas sembari menatap Aruna lekat.
"Baik, Pak Pres."
Vir menatap Aruna yang bangkit berdiri dan mulai berjalan pergi, matanya persis seperti mata anak anjing yang di tinggal majikannya ke pasar.
Perasaan Aruna menjadi bimbang, dia menggigit bibir bawahnya dan mendesah pelan. Aruna berbalik dan kemudian berjalan kembali ke arah Vir, dia langsung mengecup sekilas bibir merah muda milik Vir dan kemudian Aruna berjalan cepat dan menghilang di balik pintu kaca buram.
Satu detik .. dua detik ..
Wajah Vir memerah sempurna, dia menjatuhkan dirinya ke atas sofa empuk dan cosplay menjadi cacing kepanasan.
"Aghhhhh,"
Suara salah tingkah nya teredam oleh bantal sofa.
Ciahh, ni aki-aki satu lagi salting.
Maklum, umur segitu emang lagi lucu-lucu nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Montok Milik Presdir - END [SUDAH TERBIT]
Fanfic[SUDAH TERBIT E-BOOK, TERSEDIA DI GOOGLE PLAY STORE DAN PLAYBOOK] Namanya Aruna Cielo, yang kerap di panggil 'Gemoi' oleh ibunya karena tubuhnya yang montok dan juga kenyal jika di cubit. Aruna niatnya sih mau kerja dengan tekun di tempatnya bekerj...