19: Je t'aime.

17.9K 814 10
                                    

Setelah menikam jalang itu tepat di jantungnya, Vir berjalan cepat menyusul Aruna dengan langkah lebarnya. Dia tidak memikirkan dan memperdulikan apapun selain Aruna.

Sepasang kaki jenjangnya melangkah cepat mengejar wanita di depannya yang tengah berlari dan menghilang di balik tikungan koridor polos ini. Baru kali ini Vir mengutuk interior koridor perusahaannya sendiri karena begitu panjang dan panjang.

Sisi kiri-kanannya hanya di hiasi oleh pot bunga dan daun serta lukisan-lukisan berpigura. Koridor lantai teratas ini membentuk huruf L, di mana saat Aruna menghilang di balik tikungan, Aruna tinggal jalan dua menit dan dia akan bertemu dengan dua pintu lift di sisi kiri dan tangga darurat di sisi kanan.

Aruna menoleh ke belakang dan melihat Vir yang mengejarnya dengan membabi buta, tiba-tiba dia menjadi takut, Aruna berdiri di depan pintu lift yang satu dan pintu itu terbuka setelah Aruna menekan tombolnya.

Dengan cepat dia masuk ke dalam lift dan menekan tombol tutup serta tombol turun ke lantai terbawah. Aruna panik sendiri karena pintu lift tidak juga tertutup, Vir semakin mendekat dan kemudian berhenti di depan pintu lift yang di gunakan oleh Aruna.

Namun terlambat, pintunya sudah tertutup rapat.

Vir menggeram tertahan, dia menekan-nekan tombol di lift yang satunya tapi pintu tidak juga terbuka karena mungkin ada yang tengah menggunakannya.

Sekali lagi Vir menggeram, marah dan jengkel. Dia berbalik dan membuka pintu tangga darurat dan pergi menggunakan tangga darurat menuju lantai terbawa juga karena Vir tahu jika Aruna pasti akan menghindarinya sejauh mungkin.

Yang satu menuruni anak tangga yang berjumlah lebih dari 500. Yang satunya lagi turun menggunakan lift dan lebih cepat.

Perbedaan itu sangat jelas, tapi keduanya sampai ke lantai bawah dengan bersama. Pintu lift terbuka begitupun pintu tangga darurat yang berada di seberangnya.

Aruna tercengang, dia buru-buru keluar dari dalam lift, berlari menuju pintu keluar perusahaan yang jaraknya lumayan jauh dari tempat itu. Vir juga berlari dan langsung menarik tangan Aruna kencang dengan sekali hentak hingga sang empu tidak sempat untuk menghindar dan Langsung menubruk dadanya dengan keras.

"Aw!" Ringisan ngilu keluar dari bibir Aruna saat keningnya menghantam dada bidang keras milik Vir. Dia menutup matanya sejenak karena sedikit pusing akibat hantaman keras tersebut.

"Dengerin dulu penjelasan saya, Sayang." Ujar Vir tegas, dia memandang lembut Aruna dengan tatapannya yang setajam bilah pedang. Vir mencengkeram erat lengan tebal Aruna, Tidak membiarkan Aruna untuk lari darinya.

"Lepasin tangan saya, Pak. Sakit." Kata Aruna meringiy, dia mencoba melepaskan lengannya yang di cengkeraman erat oleh Vir.

Bukannya melonggarkan cengkeraman, Vir malah semakin mengencangkannya hingga membuat kulit tangan Aruna yang di lapisi oleh blazer biru denim itu sepertinya membiru.

"Akh! Sakit, Pak!" Sentak Aruna karena benar-benar merasa sakit di lengannya. Dia meringis keras tapi Vir malah menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk senyuman puas dan merasa senang melihat Kekasihnya itu kesakitan olehnya.

Aruna tidak memperhatikan ekspresi wajah Vir karena dia masih sibuk mencoba melepaskan tangan Vir dari lengannya yang berhasil nihil.

"Pak, lepasin! Nanti ada yang liat. Saya mohon, Pak!"

Aruna terus memohon kepada Vir dan bahkan hampir melupakan jika dirinya tengah marah pada Vir, tapi kenapa sekarang malah terlihat seperti Vir yang marah padanya? Kenapa jadi terbalik begini?

"Saya tidak peduli." Kata Vir dingin.

Kenapa? Apa yang terjadi, kenapa jadi seperti ini? Entahlah, ikuti saja alurnya.

Kekuatan cengkeraman Vir tidak main-main. Wajah Aruna ketara sekali sakit dan paniknya, juga sedikit takut menghadapi Vir yang seperti ini. Dia seperti bukan Vir yang Aruna kenal.

"Lepasin! Nanti tunangan anda melihat kita yang seperti ini dan marah pada saya. Tolong jangan mempersulit diri sendiri dan saya, Pak!" Nada suara Aruna sedikit lebih meninggi. Vir mengerutkan keningnya dalam dan tidak paham.

"Tunangan saya?"

Aruna mendongak dan menyentak Vir dengan kesal karena teringat kejadian beberapa menit yang lalu saat di ruangan Presdirnya itu, saat wanita itu mencium bibir Vir meskipun hanya sudutnya saja. "IYA! Wanita berpakaian hitam yang seksi tadi!"

Otak Vir kosong sesaat. Dia tiba-tiba tersenyum lebar pada Aruna setelah menyadari apa yang terjadi. "Kamu cemburu?"

Pake nanya lu, taik.

"Tidak!" Bantah Aruna keras tapi kepalanya mengangguk yang di mana membuat Vir gemas sendiri melihatnya.

"Saya hap juga kamu lama-lama." Kekeh Vir geli. Dia sedikit melonggarkan cengkeramannya dan kembali tersenyum lembut. "Kamu salah paham. Wanita tadi itu bukan tunangan saya, dia orang asing yang gila."

Masih dengan wajah kesal Aruna berkata ketus. "Terus kenapa dia nyium anda, coba?"

"Sudah saya bilang, dia orang gila." Kata Vir mengulangi.

"Jelasin yang jelas, Pak."

Tuntutan dari Aruna sukses membuat hati Vir berbunga-bunga. Siapa yang tidak senang jika di cemburui oleh pasangannya? Sksk.

Vir menarik Aruna dengan lembut ke sebuah ruangan yang cukup luas dan sepi, di dalamnya hanya ada beberapa kursi, meja dan dua jendela besar yang memperlihatkan halaman belakang perusahaan. Kosong, tidak ada hiasan apapun selain kursi dan meja itu. Tapi ruangan ini rapih. Sepertinya ini ruangan yang belum selesai.

"Saya akan jelaskan semuanya." Ujar Vir setelah mendudukkan Aruna di kursi yang sudah dia usap bersih oleh tangannya. Vir juga duduk di kursi sebelah Aruna dan kedua duduk saling berhadapan.

Dengan Vir yang menatap lekat Aruna, dan Aruna yang membuang muka ke samping.

Vir mulai menjelaskan jika wanita tadi adalah orang yang di tunang kan oleh kedua orangtuanya untuk Vir, tapi wanita itu belum resmi menjadi tunangannya karena Vir belum menyetujui pertunangan ini dan malah menolak pertunangan tersebut. Wanita tadi bernama Vivil, wanita itu sedikit berani dengan mengaku-ngaku sebagai tunangan Vir, padahal Vir sudah menolak pertunangan tersebut. Vir mengatakan juga jika sudah banyak sekali wanita-wanita yang di jodoh-jodohkan oleh kedua orangtuanya kepadanya. Tapi Vir sudah menolak semuanya karena di hati Vir hanya ada nama Aruna Cielo seorang.

Aruna diam mendengarkan dan saat Vir mengatakan kardusannya itu Aruna mendengus samar. Tapi Aruna tetap saja memanas di buatnya.

Penjelasan di akhiri dengan Vir yang mengecup kedua punggung tangan Aruna dengan lembut.

"Je t'aime.." Ujar Vir pelan dan tulus. Menatap tepat ke dalam mata redup Aruna, dengan penuh kasih.

Suasananya sangat tenang dan romantis.

"Artinya apa, Pak?" Tanya Aruna memecah ke-romantisan yang di buat oleh Vir. Ini bukan salah Aruna yang tidak bisa bahasa asing, ini salah Vir yang malah berkata menggunakan bahasa Prancis bukan bahasa lokal.

Mentang-mentang ada darah Prancisnya lu, Vir.

Vir tidak bisa untuk tidak tertawa mendengar pertanyaan polos Aruna. Tapi dia tetap menjawabnya dengan penuh hati.

"Aku sangat mencintaimu."

.

.

.

Maaf jika tidak sesuai ekspektasi kalian, aku tidak pandai membuat cerita dan aku juga tidak pandai membuat adegan romantis-romantis karena aku hanya..

.. manusia jomblo yang doyan menghalu. Hiks..

Si Montok Milik Presdir - END [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang