Jika kemarin Minggu cuacanya begitu mendung maka hari ini semakin mendung, lebih parah dari kemarin.
Bukan, bukan langitnya yang mendung tapi suasana hati Aruna yang mendung dan gelap. Ekspresi wajahnya yang tidak bersahabat berhasil membuat rekan-rekan kerjanya itu menjaga jarak, mereka seolah melihat tulisan tebal tak kasat mata di wajah Aruna.
Senggol dikit, bacok.
Entah apa yang sudah terjadi pada Aruna yang biasanya pendiam kini semakin membisu dengan wajah gelap. Aruna diam di depan komputer, pandangan nya lurus ke layar komputer tapi pikirannya tidak berada di sana.
Pikiran Aruna terus mengingat kejadian setengah jam lalu saat di lobi. Gosipan para karyawan wanita.
"Eh, katanya tunangan Presdir bakal dateng ke sini, loh." Wanita A
"Ya bener? Kamu tau darimana?" Wanita C
"Aku gak sengaja nguping pembicaraan Nona Amber dan direktur Andy saat di depan perusahaan." Jawab si wanita A.
"Wah, ini bakalan jadi hari patah hati + iri se-perusahaan sih. Nona Vivil kan cantik banget, ahh!" Ujar si wanita B dengan dramatis hingga membuat Aruna ingin muntah.
Gosip pun terus berlanjut hingga bertambahnya wanita D, E, F dan seterusnya.
Makin sebel Aruna jika terus mengingat itu, tapi pikirannya terus saja memikirkan itu. Males banget.
Baru saja tadi malam Deeptalk dengan Vir yang mengatakan sangat sangat mencintai Aruna dan hanya Aruna, memuntahkan berbagai macam omongan cinta pada Aruna. Tapi paginya, saat di perusahaan, gosip tentang 'Tunangan Presdir akan mampir' mengalun berisik di telinganya hingga membuat Aruna mengumpat dalam hati.
'Buaya darat bajingan, playboy, najis, taik.'
Gak tau, Aruna marah pada Vir, Aruna marah pada orang-orang yang bergosip itu. Aruna juga marah pada dirinya sendiri karena bingung kenapa dirinya begitu marah seperti ini hanya karena gosip itu.
Kelopak Mata Aruna menyipit lalu membesar, dan begitu terus hingga suara Seorang pria menginterupsinya. "Aruna Cielo,"
Aruna menoleh dan mendapati direkturnya tengah berdiri di ambang pintu dan menatap ke arahnya dengan sedikit kegelisahan di sudut matanya. Dia bangkit berdiri dengan cepat dan menghampiri Andy lalu membungkuk sopan. "Ada yang bisa saya bantu, Direktur?"
"Saya minta tolong sekali sama kamu, ini," Andy menyerahkan berkas yang lumayan banyak ke depannya. Dia tersenyum meminta tolong pada Aruna. "Tolong antarkan semua berkas ini pada Presdir, semua ini penting. Saya tidak bisa mengantarkan ini sekarang, ada sesuatu yang terjadi pada keluarga saya. Saya sangat berterimakasih sama kamu jika kamu bersedia, Aruna."
"Kenapa harus saya, Direktur?" Tanya Aruna sedikit tidak senang karena masih marah pada Vir, sekarang Andy malah menyuruhnya untuk mengantarkan berkas-berkas ini ke buaya itu.
"Saya mohon sekali, cuma kamu yang kelihatan nya lebih dekat dengan Presdir. Tolong ya?" Ujar Andy memohon dan terlihat seperti gelisah terhadap sesuatu.
Meskipun Aruna sangat marah dan kesal pada Vir tapi dirinya tidak mungkin mencampurkan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. Harus tetap profesional.
Aruna menerima permohonan Andy, dia kasihan juga. "Baik, Direktur. Akan saya antarkan berkas penting ini pada Pak Presdir Sekarang."
"Terimakasih banyak!" Andy tersenyum lega, dia langsung berpamitan pada Aruna dan yang lainnya. Andy buru-buru pergi meninggalkan gedung perusahaan menuju keluarganya yang berada di hospital.
Dengan langkah enggan, Aruna pergi menuju ruangan Presdir di lantai teratas. Di sepanjang perjalanan dan naik lift, batin Aruna tidak hentinya menggerutu kesal dan marah pada pria bernama Vir Zanu Zealand itu.
Segala macam Aruna gerutui, dari letak ruangan Presdir yang begitu jauh, dan bahkan hingga dinding koridor sekalipun dia marahi dan kutuk karena warnanya yang polos.
Pintu di ketuk pelan oleh Aruna, jika saja Aruna tidak menahan diri, sudah pasti pintu ini tidak di ketuk tapi di basoka olehnya. Kesel dia tuh.
Gak tau males, pengen nyantet orang.
"Masuk,"
Sebuah suara berat yang halus seorang pria terdengar dari dalam, Aruna menarik nafas dalam-dalam guna memenangkan diri dan kemudian dia membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan.
Saat Aruna masuk, Vir terlihat sangat fokus pada laptopnya dan jemarinya tengah sibuk mengetik. Mungkin dia sangat sibuk dan fokus hingga tidak menyadari jika yang masuk ini adalah kekasihnya, Aruna.
Kembali, Aruna merasakan kemarahan dan kekesalan itu karena Vir yang tidak menyadarinya. Aruna jalan mendekati meja mengkilap itu dan kemudian meletakkan berkas-berkas itu di atas meja dengan kencang hingga membuat Vir kaget dan akan memarahi.
"Apa ya-- Sayang?" Vir tidak jadi marah saat melihat jika orang yang membuatnya kaget itu Sang kekasih, dia tersenyum senang dan bangkit untuk menghampiri Aruna yang di seberang mejanya.
"Direktur Andy menyuruh saya untuk menyerahkan berkas-berkas ini kepada anda. Saya sudah selesai, permisi." Kata Aruna datar, dia kemudian membungkuk dan berbalik pergi menuju pintu keluar.
Vir bingung dan membuntutinya. Aruna tidak menghiraukannya, belum sempat dia menggapai gagang pintu tapi pintu kaca buram itu lebih dulu terbuka dan menampilkan sesosok wanita cantik yang kurus berdiri diam di ambangnya.
Hening.
Wanita itu sangat cantik, dengan wajah oval dan bentuk tubuhnya yang memenuhi karakteristik impian wanita-wanita di luar sana. Sempurna. Aruna menatap wanita berpakaian serba hitam yang seksi dan mata tajam itu dalam diam.
Aruna menunduk dan bergeser ke samping, mempersilahkan wanita cantik itu untuk masuk ke dalam. Wanita itu melangkah masuk ke dalam dan langsung memeluk serta mengecup sudut bibir Vir.
Tanpa berbicara apa-apa lagi Aruna langsung pergi meninggalkan dua sejoli yang tengah bermesraan itu di dalam ruangan ini.
Menulikan indra pendengarannya saat Vir memanggil meneriaki namanya.
.
.
.
.
.
.
.
.Dan tidak mengetahui jika wanita berpakaian serba hitam seksi itu sudah terkapar di atas lantai marmer dingin dengan cairan merah gelap yang kental menjadi alasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Montok Milik Presdir - END [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[SUDAH TERBIT E-BOOK, TERSEDIA DI GOOGLE PLAY STORE DAN PLAYBOOK] Namanya Aruna Cielo, yang kerap di panggil 'Gemoi' oleh ibunya karena tubuhnya yang montok dan juga kenyal jika di cubit. Aruna niatnya sih mau kerja dengan tekun di tempatnya bekerj...