Kilasan silam;
Setelah Cici mengobati lukanya, Nunu tidak pernah mengganti ataupun melepaskan hansaplast itu dari telapak tangannya sendiri. Dia terus mengusap hansaplast itu dengan penuh kasih. Bahkan mengabaikan lukanya yang tidak sembuh-sembuh dan berakhir infeksi karena tidak pernah melepaskan ataupun mengganti hansaplast tersebut.
Itu baru di lepas satu bulan kemudian, saat air nanah dan darah mengalir dari telapak tangannya yang terluka tersebut. Nunu meronta dan menyakar dokter serta suster yang ingin melepaskan plester dari telapak tangannya itu.
Anak kecil itu begitu tidak senangnya saat plester tersebut di lepaskan dan di ganti oleh yang baru, dia sampai merusakkan barang-barang di rumah sakit dan menyakiti siapapun yang mendekatinya, meksipun itu adalah keluarganya sendiri.
Anak kecil itu menggila.
Bahkan Nunu sampai melukai kembali telapak tangannya sendiri yang terluka lebih dalam menggunakan pisau bedah, anak kecil itu berlari meninggalkan rumah sakit dan pergi menuju gang tempat pertemuannya dengan Cici.
Menunggu dan menunggu, berharap bisa bertemu dengannya lagi.
Tapi dia menunggu hingga malam berganti menjadi pagi, siang menjadi sore. Cici tidak pernah datang lagi.
Nunu tetap menunggu, waktu terus berjalan dan bertahun-tahun sudah berlalu. Cici tetap tidak menghampiri.
Dari yang semulanya menunggu, Nunu jadi mencari. Dia mencari dan terus mencari Cici-nya. Sampai keajaiban menimpanya, Cici-nya itu dia temukan.
Dia tumbuh menjadi wanita yang cantik dan manis, bentuk tubuhnya yang montok terlihat semakin menggemaskan. Apalagi hidung yang tidak mancung dan pipi tembemnya itu. Dia masihlah Cici-nya Nunu.
Cinta pertamanya, dan akan selalu menjadi miliknya.
Rasa ingin memiliki seutuhnya dan selamanya kemudian tercampur aduk dengan rasa cinta di dalam dirinya, sampai anak kecil yang sudah remaja itu tidak bisa membedakan keduanya.
Antara cinta dan obsesi, dia menganggapnya sama.
Sampai remaja laki-laki itu berubah menjadi pria dewasa dan anak perempuan itu berubah menjadi wanita dewasa. Sampai Nunu menjadi di kenal sebagai 'Presdir Vier' dan Cici di kenal sebagai 'Aruna Cielo'.
Rasa cinta dan obsesi Vir pada Aruna masih sama, semua yang dia tampilkan pada Aruna dan yang lainnya hanyalah kedok belaka.
Presdir yang selalu ramah tamah dan selalu senyum sejuta Watt itu hanyalah sebuah topeng, Seorang psikopat gila sangat mahir dalam penyamarannya.
Vir memang membohongi Aruna, tapi Vir tidak membohongi Aruna.
Dia membohongi Aruna dengan kedoknya, tapi cinta itu bukanlah sebuah kebohongan. Vir hanya tidak mengatakan yang sebenarnya bahwa dirinya juga terobsesi pada Aruna.
Vir tidak jujur, dia takut, dia takut jika mengatakan yang sebenarnya adalah sebuah kesalahan. Vir takut Aruna akan meninggalkannya lagi.
Vir takut.. dirinya takut.
Dan rasa takut itu menjadi kenyataan.
Dirinya tidak mengatakan yang sebenarnya tapi kenapa Cici-nya kembali pergi meninggalkannya lagi sendirian di tempat ini? ... Kenapa? Kenapa? KENAPA?!
Apa menyamar tetap tidak ada gunanya? Apa mengenakan topeng tetap tidak ada gunanya? Apa akting ini tetap tidak ada gunanya? ... Apa semua ini tetap tidak ada gunanya?..
Katakan padanya ... Katakan padanya.. KATAKAN PADANYA!! KENAPA?!! KENAPA CICI-NYA TETAP PERGI DARINYA?!!
Apa tuhan begitu membencinya hingga tidak pernah membiarkan Vir benar-benar merasa bahagia .. selamanya? Kenapa? Kenapa? KENAPA? KENAPA?!!
Kenapa? ...
Nunu tidak bisa hidup tanpa Cici, Vir tidak bisa hidup tanpa Aruna.
Apa kegelapan dan cahaya memang selamanya akan terus berlawanan arah?
Tidak.
Bulan yang cerah juga selalu berada di langit gelap, maka Aruna juga pasti akan selalu berada di sisi Vir.
Harus.
Aruna harus selalu berada di sisinya, di hidupnya, jika boleh, bahkan Vir akan menelan Aruna agar dia selalu berada bersamanya. Selamanya.
Tapi tidak, nanti Aruna-nya marah lagi padanya.
Vir mungkin hanya akan mengikat atau mungkin mematahkan kedua kaki Aruna agar belahan jiwanya itu tetap bersamanya. Selamanya.
Hehe.
Dan kepribadian psikopat itu juga tumbuh dari kecil dengan seiring berjalannya waktu. Saat belum bertemu dengan Aruna kepribadian itu ada dan saat bertemu Aruna kepribadian itu sedikit tidak ada.
Dan saat Aruna pergi dari hidupnya, kepribadian itu kembali menguasai, bercampur dengan cinta dan obsesi.
Kepergian Aruna dari hidupnya benar-benar berpengaruh besar terhadap Vier Zanu Zealand. Dia kembali menjadi Vir tanpa perasaan, pembunuh berdarah dingin.
Psikopat gila.
Kilasan silam off.
Foto-foto Aruna dari yang remaja hingga beranjak dewasa tertempel di dinding sebuah ruangan besar nan luas itu. Ada foto Aruna yang tengah memakan roti hingga kedua pipi chubby nya semakin menggembung lucu, foto saat Aruna lulus SMP dan SMA, foto saat Aruna tengah kerja kelompok, Foto saat Aruna tengah menyirami tanaman di halaman rumah dan foto-foto Aruna yang tengah melakukan kegiatan lainnya.
Empat dinding di ruangan tersebut di penuhi oleh Foto-foto Aruna, bahkan ada yang di beri pigura berlapis berlian.
Pencahayaan di ruangan itu tidak terlalu terang, tapi cukup untuk menyinari jelas keseluruhan di dalam ruangan. Bercahaya tapi gelap.
Vir menatap satu foto dirinya dan Aruna yang tengah naik bianglala di pasar malam dua puluh lima tahun lalu. Saat Aruna masih menjadi karyawannya.
"Kamu benar-benar sangat indah, Sayang ..." Iris cokelat gelap itu menatap lekat foto wajah Aruna yang bercahaya Karena kelap-kelip lampu pasar malam.
Lalu tatapannya beralih pada satu foto Aruna yang tengah melamun di halaman belakang rumah Rini, wajahnya yang cantik di terpa oleh sinar matahari dan terlihat memancarkan cahaya keindahan.
Vir menarik foto tersebut dan mengusapnya pelan penuh perasaan, di membawa foto itu ke bibirnya dan menciumnya pelan.
"Saya akan membawamu pulang, My Wife."
Wajahnya tersenyum lembut menatap foto tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Montok Milik Presdir - END [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[SUDAH TERBIT E-BOOK, TERSEDIA DI GOOGLE PLAY STORE DAN PLAYBOOK] Namanya Aruna Cielo, yang kerap di panggil 'Gemoi' oleh ibunya karena tubuhnya yang montok dan juga kenyal jika di cubit. Aruna niatnya sih mau kerja dengan tekun di tempatnya bekerj...