Pukul tiga pagi Aruna di bangunkan dengan begitu brutalnya oleh Rini karena dua orang yang di tugaskan untuk menjemputnya ke gedung pernikahan sudah datang, dia tentu hanya bisa pasrah saja di bawa pergi menuju gedung dan bahkan tidak sempat cuci muka dulu. Rini juga ikut di bawa.
Letak gedungnya tidak terlalu jauh tapi juga tidak dekat, setengah jam kemudian mereka sampai di tempat gedung tersebut menjulang tinggi. Dengan langit yang masih gelap gulita ini Aruna bisa melihat gedung putih itu terlihat menyeramkan.
Aruna merasa jika dirinya akan di jadikan tumbal pesugihan karena di sisi kiri-kanannya di kawal begini. Rini mengekor di belakang sembari menjinjing tas selempang hitam berisi barang-barang penting Aruna; ponsel, dompet, dan lainnya.
Rini terlihat santai, berbeda halnya dengan Sang Anak yang terlihat tertekan.
Empat orang wanita itu masuk ke dalam gedung dan Aruna di buat ternganga lebar melihat bagian dalam gedungnya. Jika bagian luar terlihat menyeramkan, maka bagian dalamnya terlihat mengagumkan. Dekorasi-dekorasi itu sudah di pasang dengan baik dan indah.
Lampu gantung yang terlihat seperti batu permata terpasang di tengah-tengah langit-langit gedung, bunga-bunga palsu dan asli sudah menempel di tempat yang sudah seharusnya, hiasan-hiasan lainnya juga begitu cantik dan elegan.
Rumbai-rumbai bunga serta rumbai-rumbai hiasan kristal es di langit-langit gedung juga sangat banyak, lampu-lampu gantung lainnya memancarkan cahaya yang membuatnya memantul ke seluruh ruangan. Warna putih dan biru mendominasi dekorasi pernikahan tersebut.
Aruna menatap sekelilingnya tanpa berkedip, kedua kakinya mematung di tempat dan mulutnya tidak bisa tertutup. Ini benar-benar indah, sangat indah.
Dekorasi pernikahan yang selalu Aruna hayalkan kini sudah menjadi kenyataan.
Di depan sana adalah pelaminan, dari jarak ini Aruna bisa melihatnya. Sekali lagi dirinya di buat terkagum-kagum oleh dekorasinya, di bagian depan panggung pelaminan tersebut terdapat jejeran yang terlihat seperti panah es-es yang tajam serta bunga-bunga berwarna berwarna biru dan putih. Kursi pengantin serta kursi kedua orang tua masing-masing. Tanaman daun berwarna hijau tosca merambat di latar belakang pelaminan, di padukan dengan permata biru dan mutiara putih.
Di latar belakang itu terukir nama Aruna dan Vir.
Di sekeliling ruangan juga terdapat foto-foto prewedding Aruna dan Vir yang terlihat cantik dan menawan.
Itu benar-benar sangat menakjubkan.
Aruna seperti tengah berada di dalam istana es si Elsa projen.
Rasa kagumnya tertunda karena lagi-lagi dirinya di seret menuju bagian dalam gedung dan berakhir di sebuah ruangan yang terdapat gaun-gaun serta jas-jas pengantin. Kata salah satu wanita yang menjemputnya Ini ruang makeup, Aruna mengangguk saja dan menurut saat dirinya di dudukan di atas kursi rias menghadap cermin meja rias.
Wajah bantal dan kotoran di sudut matanya menjadi pandangan pertama Aruna saat melihat wajahnya di pantulan cermin.
"Mbak, saya permisi mau cuci muka dulu, boleh?" Tanya Aruna pada wanita yang memegang sekotak tisu basah, wanita itu menggeleng.
"Tidak usah, Kak. Kami sudah memiliki tisu basah sama pengharum mulut. Jadi kamu tidak perlu cemas." Jawab Wanita itu pada Aruna yang terlihat tidak nyaman karena belum cuci wajah.
Aruna ber-ah ria mendengarnya, dia melirik Sang ibu yang tengah duduk manis di kursi sampingnya sembari memperhatikan Aruna yang tengah akan mulai di rias. Tapi sebelum di rias, Aruna di pakaikan dulu gaun pengantinnya.
Gaun itu sangat indah, terlihat pas dan cocok di kenakan oleh Aruna. Tentu saja karena gaun pengantin tersebut di rancang khusus untuk Aruna dari Vir oleh dua orang perancang busana terbaik di seluruh dunia. Berwarna putih bersih, manik-manik berkilauan cantik di sekeliling gaunnya. Bagian dada Aruna terekspos karena model gaunnya yang seperti itu. Aruna sedikit tidak percaya diri karena bentuk tubuhnya yang pasti tidak akan sesuai dengan gaun pengantin ini.
"Kamu cantik sekali, Kak." Ujar wanita yang selesai membantunya memakaikan gaun pengantin, empat orang lainnya mengangguk begitupun Rini yang tersenyum padanya.
Aruna tersenyum membalas pujian mereka, Rini bangkit dan berjalan mendekat ke arah Aruna. Iris cokelat yang persis seperti milik Aruna itu membendung air mata, kedua telapak tangan yang tidak lagi halus tersebut menyentuh kedua pipi Aruna dengan lembut. "Anak Mamah cantik banget, anak Mamah sama Ayah emang yang paling cantik."
Hati Aruna sesak tapi juga hangat, matanya memanas dan air mata menetes dari pelupuk matanya, mengalir lembut di pipinya. Rini ikut menangis sembari mengusap air mata Aruna.
"Puasin sekarang nangisnya, nanti mah jangan nangis, makeup kamu bisa-bisa luntur." Di saat-saat haru seperti ini, Rini masih saja melawak. Aruna terkekeh kecil dengan masih menangis.
Ibu dan anak itu saling berpelukan dengan perasaan yang hangat. Lima orang yang melihatnya ikut merasa terharu dan bahkan ikut meneteskan air mata juga.
Lima menit kemudian acara tumpah air mata itu berakhir. Kini wajah Aruna di lukis sedemikian rupa oleh perias tersebut.
Puk sana, puk sini. Gurat sana, gurat sini. Mari berdoa untuk keselamatan wajah gembul Aruna.
Mahkota yang terbuat dari emas putih dengan permata putih tertempel di mahkotanya terpasang di kepala Aruna, dengan sentuhan terakhir itu Aruna terlihat seperti orang lain. Sang perias wajah Aruna sampai di buat ternganga lebar melihat hasil tangannya sendiri.
Rini yang sudah di rias juga hanya bisa menahan air matanya karena takut nanti makeup-nya luntur melihat rupa Anaknya yang begitu cantik dan indah. Benar-benar sebuah keindahan yang luar biasa.
Sang Perias wajah melihatnya menjadi pangling, dia merasa hanya memberikan polesan samar pada wajah Aruna tapi hasilnya kenapa begitu cantik? Ternyata yang di katakan orang-orang memang benar, orang yang tidak pernah merias wajah pasti akan sangat cantik jika di rias meksipun hanya sedikit saja.
Wajah Aruna menjadi lebih bersih dan bersinar, hidungnya yang tidak terlalu mancung terlihat menggemaskan. Iris cokelat redupnya masih sama dan tidak menggunakan kontak lensa, ada bintang-bintang kekaguman di dalam matanya, bulu mata hitam itu di berikan sedikit bulu mata palsu yang membuatnya lebih lebat dna lentik. Pipinya yang chubby menjadi sedikit tirus karena di berikan polesan. Kedua alisnya yang hitam hanya di bentuk sedikit dan di warnai dengan warna yang sedikit gelap. Itu benar-benar keindahan yang murni.
Bibir merah yang sedikit berisi itu terbuka, Aruna menatap pantulan wajahnya di dalam cermin sana dan tidak bisa untuk tidak merasa kagum. Wajah itu sangat asing, itu benar-benar wajahnya atau wajah orang lain?
Mereka tidak melebih-lebihkan, tapi Aruna memang benar-benar sangat cantik.
Peri peri byutipul.
![](https://img.wattpad.com/cover/368389105-288-k813668.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Montok Milik Presdir [END-SUDAH TERBIT]
Fanfiction[PART TIDAK LENGKAP, SILAHKAN DAPATKAN VERSI LENGKAPNYA DI SHOPEE^^] Namanya Aruna Cielo, yang kerap di panggil 'Gemoi' oleh ibunya karena bentuk tubuhnya yang montok dan juga kenyal jika di cubit. Aruna niatnya sih mau kerja dengan tekun di tempatn...