"Ekhem."
Suara deheman seorang pria menyadarkan Aruna dari mengenal ketiga anak kembar itu, Aruna sontak saja langsung berdiri tegak dan tegang seketika itu juga. Tangannya kembali memegang jemari tangan Vir karena gugup dan takut. Aruna sangat malu saat ini karena hampir melupakan keberadaan keluarga Vir yang tengah duduk di sofa sana karena begitu fokus pada ketiga anak kembar menggemaskan di bawahnya ini.
Kepala Aruna menunduk takut-takut, tangannya meremas jemari Vir dengan sedikit kencang. Vir balik meremas pelan tangan Aruna mencoba memberitahunya untuk jangan takut bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Tenang, ada saya di sini." Vir tersenyum tipis pada Aruna yang menunduk. "Ayo?"
Menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan, Aruna mengangguk dan kedua berjalan beriringan ke arah sofa dengan diikuti tiga tuyul di belakangnya.
"Zan," Seorang wanita setengah baya yang masih terlihat cantik dengan riasan di wajahnya itu menatap Vir dengan hangat, layaknya seorang ibu yang menatap anaknya dengan penuh kerinduan mendalam.
Vir hanya memandangnya sekilas tanpa berekspresi apapun lalu kembali menatap Aruna di sampingnya. "Itu wanita yang melahirkan saya dan di sampingnya adalah suaminya."
Aruna mengangkat wajahnya ke arah Vir karena tidak mengharapkan Vir akan berkata seperti itu saat memperkenalkan kedua orangtuanya sendiri pada Aruna. Apa hubungan antara orangtua dan anak ini benar-benar tidak begitu baik? ...
Aruna kemudian menatap dua orang tua itu yang duduk di sofa yang berada di tengah-tengah, dia tetap membungkuk sopan meksipun canggung pada mereka semua. "Om, tante, semuanya."
Tidak ada balasan dari kedua orang tua itu ataupun yang lainnya, Aruna menjadi bingung harus bagaimana dan canggung nya semakin terasa menyesakan udara.
"Saya akan menikahi Aruna besok lusa." Perkataan Vir memecah keheningan di mansion besar itu. Aruna tercengang mendengarnya bahkan orang-orang yang duduk di sofa pun terlihat sedikit terkejut.
"Ayo kita pulang." Kata Vir lalu melingkarkan tangannya ke pundak Aruna dan menariknya lembut untuk kembali pergi dari tempat ini. Aruna tidak tahu harus berkata apapun jadi dia hanya membungkuk sekilas pada mereka yang di sofa dan pasrah akan di bawa pergi lagi oleh Vir.
"Kalian, kemarilah." Suara berat pria yang sedikit serak karena faktor usia itu menghentikan langkah Aruna dan Vir-- tidak, lebih tepatnya hanya Aruna saja karena Vir ikut menghentikan langkahnya itu karena Aruna berhenti melangkah. Tidak mungkin kan Vir menyeret calon istrinya ini, mana tega dia.
Karena suara yang terdengar memerintah itu, atmosfer di ruangan ini tiba-tiba menjadi tegang dan kaku. Bahkan ketiga anak kembar itu tiba-tiba menghilang juga dan tidak terdengar lagi suaranya.
Apa tiga anak kembar itu memang tuyul piaraan keluarga Vir?
Keringat dingin membasahi punggung Aruna serta kedua telapak tangannya. Dia meneguk ludahnya sendiri karena gugup bukan main.
"Kita pergi saja, jangan di dengarkan." Vir tersenyum meyakinkan pada Aruna dan ingin kembali membawa Aruna untuk melangkah pergi tapi tidak jadi karena perkataan Aruna.
"Jangan kaya gini, kamu udah janji kan jika kita akan menghadapi semuanya sama-sama. Bagaimana pun juga mereka orang tua kamu."
Menghela nafas berat, Vir akhirnya menyerah dan menuruti apapun keinginan Aruna. Keduanya kembali berbalik dan berjalan perlahan menuju ke arah kedua orang tua Vir yang tengah duduk anggun dan elegan di sofa, layaknya bangsawan.
Aruna dan Vir berdiri berdampingan di depan orang tua Vir dengan meja bundar yang membatasinya. Vir tidak ada niatan untuk hanya sekedar mengeluarkan kata apapun dan tatapannya hanya tertuju pada orang di sampingnya, Aruna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Montok Milik Presdir - END [SUDAH TERBIT]
Fanfic[SUDAH TERBIT E-BOOK, TERSEDIA DI GOOGLE PLAY STORE DAN PLAYBOOK] Namanya Aruna Cielo, yang kerap di panggil 'Gemoi' oleh ibunya karena tubuhnya yang montok dan juga kenyal jika di cubit. Aruna niatnya sih mau kerja dengan tekun di tempatnya bekerj...