Tidak terasa sudah hampir setahun saja Vir dan Aruna menjalin hubungan. Mereka saling melengkapi. Saling mendukung dan menopang. Meskipun Vir masih sama genitnya dan Aruna yang masih sama montoknya, malahan mah Aruna terlihat semakin montok.
Berat badan Aruna naik dua kilo, dari yang asalnya 70 kilo, kini menjadi 72 kilo karena pengawasan ketat Vir terhadap pola makan Aruna.
Saat Vir dua bulan lalu melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri, selama satu Minggu lamanya Aruna tidak bertemu dengan Vir. Tapi Vir tentu saja selalu menelpon dan Video call hampir setiap jam nya perhari. Aruna hanya bisa menghela nafas dan geleng-geleng kepala saat Vir terus saja merengek 'Kangen' lewat ponsel.
Karena Vir saat itu tengah berada di luar negeri, Aruna mengambil kesempatan tersebut untuk melakukan diet sehat. Sehat-sehat langsung kena lambungnya dan berakhir di rumah sakit. Di rumah sakit, Rini memarahinya habis-habisan karena melakukan diet menuju liang lahat.
"Diet sih diet, tapi yang bener! Makan kagak, minum aja melulu! Turun berat badan iya, hampir mati juga iya!"
Di sana, di atas ranjang rumah sakit. Dengan jarum infus yang menempel di punggung tangannya, Aruna hanya bisa menunduk pasrah. Mendengarkan ceramahan ibunya yang sangat mengkhawatirkannya.
Bahkan Vir yang tengah di luar negeri yang harusnya baru bisa kembali ke sini dua hari lagi itu langsung pontang-panting balik ke Indonesia saat mendengar kabar dari Gilang jika Aruna, calon istrinya masuk rumah sakit. Meninggalkan pertemuan penting dengan pengusaha-pengusaha lainnya dan terbang ke sini menggunakan helikopter pribadinya, langsung mendarat di atas rumah sakit tempat Aruna di rawat.
Persetan dengan para klien-klien itu, Calon istrinya lebih penting dari apapun.
Untung atap rumah sakitnya ada tempat untuk pendaratan helikopter.
Setelah di marahin oleh ibunya, Aruna juga harus menerima semburan sayang dari Vir.
Semenjak kejadian dua bulan lalu itu Vir jadi selalu mengawasi Aruna, takutnya kekasihnya itu melakukan diet menuju liang lahat lagi.
Kan gak lucu kalo Vir nanti nikahnya sama batu nisan.
Hampir setiap hari libur Vir menghabiskan waktunya dengan Aruna, dan setiap pulang kerja Vir selalu mengantar Aruna dan mampir dulu ke Rumah calonnya itu lalu baru pulang pukul sepuluh malam. Vir belum menceritakan tentang keluarganya pada Aruna dan Aruna tidak memaksa dia untuk hal itu. Aruna memahaminya, mungkin Vir butuh waktu yang tepat untuk menceritakan tentang keluarganya itu.
Hari ini Sabtu sore menjelang malam, Aruna dalam perjalanan pulang ke rumah dengan seperti biasa di antar oleh Vir menggunakan mobilnya. Jarak antara perusahaan dan rumah Aruna lumayan jauh. Vir sengaja melambatkan laju mobilnya karena ingin berdua-duaan lama-lama dengan Aruna.
Lumayan banyak pengendara mobil dan motor yang melintasi jalan raya, suara-suara kendaraan dan orang-orang berlalu lalang bercampur aduk. Lampu-lampu jalanan mulai di nyalakan dan memantulkan cahaya pada benda bulat kecil yang di letakkan di garis tengah jalan raya. Langit jingga secara perlahan berubah menjadi biru gelap menuju malam.
Terlihat benda bulat putih samar yang sudah muncul dari arah timur, sudah siap untuk menggantikan matahari yang akan beristirahat.
"Aku mau nanya, boleh?" Aruna memutuskan untuk bersuara setelah lama berkutat dengan pikirannya sendiri.
"Tentu saja, Sayang." Jawab Vir lembut, dia menunggu pertanyaan yang akan di lontarkan oleh kekasihnya itu.
Aruna meremas jemari tangannya sendiri cemas dan ragu-ragu. Dia menarik nafas dalam-dalam, mengumpulkan keberaniannya untuk bertanya hal pribadi pada Vir.
"Apa o-orangtua kamu tau tentang hu-hubungan kita ini?.." Aruna menunduk dan semakin meremas jemarinya sendiri karena gugup dan cemas.
Hening, tidak ada jawaban dari lawan bicaranya.
Meskipun Aruna baik-baik saja jika Vir tidak menceritakan tentang keluarganya, tapi tetap saja Aruna gelisah dan penasaran. Aruna takut jika hubungannya ini hanya di jadikan main-main oleh Vir.
Itu membuat Aruna gelisah, perasaan takut menyelimutinya.
"Saya tidak ingin mereka tahu." Ujar Vir setelah sekian lama membisu. Tatapan matanya menjadi gelap dan rumit saat memandang lurus ke depan, tangannya yang memegang setir mobil berubah menjadi meremasnya erat. Vir terlihat menahan emosi.
Aruna yang menunduk tidak mengetahui jika Vir tengah tidak senang itu kembali bertanya. "Kenapa..?"
Mobil Lexus LS silver itu mengerem secara mendadak hingga membuat Aruna terkejut dan sedikit syok. Aruna menoleh ke arah Vir yang tengah menatap lurus ke depan dengan pandangan dingin menusuk tidak bersahabat, dia baru menyadari jika Vir sepertinya tidak ingin membahas mengenai masalah ini.
Aruna merutuki mulutnya sendiri.
"Gak apa-apa jika kamu bel-- hmpp-!?" Perkataan Aruna terpotong karena Vir tiba-tiba mencium bibirnya dengan ganas dan liar. Sandaran kursinya juga tiba-tiba bergerak seperti akan jatuh ke belakang yang di mana itu membuat Aruna jadi seperti tiduran, Vir bergerak melepaskan sabuk pengamannya sendiri dan kemudian naik ke atas tubuh Aruna dengan masih menciumnya dengan liar.
Aruna linglung dengan matanya yang melotot kaget saat Vir terus menciumi bibirnya dengan sedikit kasar dan naik ke atas tubuhnya. Aruna memukul-mukul dada Vir untuk menyadarkannya, dia mendorong Vir tapi pria di atasnya ini tidak bergerak sedikitpun dan malah semakin dalam masuk menjelajahi mulutnya.
Karena Vir tidak juga menghentikan ciumannya ini dna Aruna sudah kehabisan nafas, Aruna terpaksa harus menggigit keras bibir Vir hingga pria itu akhirnya melepaskan bibirnya dari bibir Aruna karena gigitan itu.
"Hahh.. hahh.. hah.. Maaf, aku.. Hahh.. kamu kenapa?" Kata Aruna heran dengan nafas tersengal-sengal, Aruna tidak mengerti apa yang membuat Vir terlihat begitu sangat marah. Apa Vir benar-benar tidak suka jika ada orang yang bertanya tentang hal pribadinya? Tapi kenapa? Apa yang terjadi dengan keluarga Vir?
Cairan merah menetes tepat ke bibir Aruna dan masuk ke dalamnya, bibir Vir berdarah. Aruna menjadi panik dan merasa bersalah. "Astaga? Ya ampun! Aku gak sengaja, sumpah! Aku- aku beneran minta maaf!"
Aruna komat-kamit panik dan cemas, dia dengan cepat langsung mengelap darah di bibir Vir yang terluka akibat gigitannya yang terlalu keras. Vir hanya diam saat Aruna mengelap bibirnya yang berdarah dna terluka menggunakan ibu jarinya, iris hitam kecokelatan itu menatap rumit Aruna yang berada di bawahnya yang tengah panik, cemas dan merasa bersalah padanya.
Setelah menatap dalam dan lekat Aruna, Vir langsung kembali lagi ke kursi kemudi dan kemudian mengenakan kembali sabuk pengaman. Tidak lupa juga Vir mengembalikan keadaan sandaran kursi milik Aruna ke seperti semula lagi.
"Baiklah." Kata Vir yang tidak Aruna pahami.
Mobil Lexus LS silver itu kembali melaju seperti biasa, mengantarkan Aruna pulang. Dua orang berbeda jenis kelamin itu hanya saling diam dengan pemikirannya masing-masing.
Malam ini terlihat cerah dan indah, mendukung bagi para pasangan untuk jalan-jalan dan bermesraan.
Tapi tidak untuk pasangan antara Atasan dan Bawahan itu. Setelah mengantarkan Aruna pulang, Vir langsung pergi lagi tanpa mampir terlebih dahulu ke dalam Rumah Rini.
Hati Aruna sedikit sakit hati karena sikap dingin Vir, tapi juga dia merasa bersalah pada Vir karena kejadian di mobil tadi.
Aruna terus menatap kepergian mobil itu hingga menghilang di kejauhan. Menghela nafas, Aruna akhirnya masuk ke dalam rumah dan pergi beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Montok Milik Presdir - END [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[SUDAH TERBIT E-BOOK, TERSEDIA DI GOOGLE PLAY STORE DAN PLAYBOOK] Namanya Aruna Cielo, yang kerap di panggil 'Gemoi' oleh ibunya karena tubuhnya yang montok dan juga kenyal jika di cubit. Aruna niatnya sih mau kerja dengan tekun di tempatnya bekerj...