Sudah setengah jam Vir memeluk tubuh Aruna dengan erat tanpa ada keinginan untuk melepaskannya, Reylan menatap datar dua sejoli di depannya itu. Matahari lagi panas-panasnya ini, orang-orang yang berlalu lalang di tempat parkir pesawat itu kebanyakan yang tidak berpasangan. Terutama Reylan yang sangat merindukan istrinya di rumah. Melihat pemandangan itu hanya membuat hati mereka terbakar bukan karena matahari tapi karena rasa iri.
"Udahh, Sayangg. Kalo kaya gini terus kapan aku berangkatnya?" Tangan Aruna menepuk-nepuk pelan punggung tegap Vir yang di balut kemeja hitam polos, meminta agar Vir segera melepas pelukannya.
"Sebentar lagi." Vir terus memeluk dan menghirup serta menciumi ceruk leher Aruna yang beraroma candu baginya, katanya untuk stok sampai besok sore. Mengisi daya dulu itu penting, nanti kalo mati kan repot.
Suka suka sia we Vir.
"Ayolah, ini sudah pukul sembilan. Jarak terbang dari sini ke Swedia itu jauh." Kata Reylan tidak sabar, dirinya itu masih memiliki sesuatu yang harus di urus di sana.
"Sayang, anak-anak kan di tinggal di rumah. Nanti mereka buat yang aneh-aneh kalo kamu gak cepet-cepet balik." Ujar Aruna halus, membujuknya agar Vir segera melepaskannya.
Para remaja kembar itu di tinggal di rumah oleh mereka, Ravindra sudah merengek dan Rafaizan tantrum karena ingin ikut mengantar Aruna. Tapi itu di bantah keras oleh Sang Ayah dan Bunda. Aruna sudah memiliki filing jika mereka ikut juga maka pasti keberangkatannya akan tertunda lama. Si Vir saja sudah segini susahnya.
Menghela nafas berat, Vir melepaskan pelukannya pada Aruna. "Kamu harus pulang lagi, jangan terlalu lama di sananya."
Aruna mengangguk dan berjinjit untuk mengecup pipi Vir. "Iyaa, kamu sabar. Jangan cemberut gitu. Jelek tau."
Bibir merah alami itu semakin di majukan karena ucapan Aruna, imuet gini di sebut jelek. Istrinya itu memang suka sekali merusak citranya sebagai pria tampan lucu sejagat raya, untung sayang.
"Ya sudah, hati-hati di sana. Jangan lama-lama." Vir mencium dan melumat pelan bibir Aruna. Tidak lupa juga mengecup kening Sang istri.
"Kamu nunduk," Titah Aruna pada Vir dan prianya itu menurut.
Aruna mengecupi seluruh wajah Vir dan terakhir di bibirnya, Aruna tersenyum menatap Vir. "Buat stok juga."
Bucin dua-duanya mah da emang susah.
Dengan hati yang sedikit berbunga-bunga karena sudah di ciumi oleh Aruna, Vir memandangi jet putih dengan poles hitam di ekornya itu yang melaju dan terbang bebas ke atas langit biru sana. Bersatu dengan awan putih dan burung-burung.
Saat jet itu hilang di balik awan, Vir berbalik dan pergi pulang ke rumah. Vir tidak akan kaget jika terjadi sesuatu dengan rumahnya, tak apalah. Lagipula dirinya masih punya banyak rumah.
Vir sudah mempersiapkan diri untuk berhadapan dengan empat macan tutul kecilnya itu.
• • • •
"ABANGGG MONYET IHH!!"
"Kita itu kembar, kalo gue monyet lu juga monyet."
"ABANG YANG MONYET! LAVI MAH ENGGA, YA!!"
"Udah, diem. Sesama monyet jangan saling hina."
Rezvan menggeram tertahan karena terganggu tidurnya. "Berisik!"
Keempat remaja kembar itu tengah bersemayam di ruang keluarga, televisi menyala tapi tidak ada yang menontonnya. Yang tiga tengah saling hina sedangkan yang satu tengah tiduran di atas meja dengan nyaman.
Mejanya empuk, kenapa bisa empuk padahal terbuat dari batu marmer? Ya karena Rezvan melapisinya dengan selimut.
Rafaizan dan Ravinka begitu menikmati menggoda Sang adik bontot yang sudah berkaca-kaca akan menangis.
Sebenarnya awalnya mereka berempat sedang bermain ludo king di dalam ponsel, tapi saat permainan semakin panas membara dan masuk pada masa saling membunuh. Rafaizan dan Ravinka terus saja menembakkan token milik mereka pada token karakter milik Ravindra yang berwarna kuning.
Token hijau, merah dan kuning milik mereka bertiga saling kejar mengejar dan injak menginjak. Mereka bertiga sangat ribut sekali, wajah ketiganya sudah cemong oleh spidol hitam dan kuning. Persis seperti macan tutul.
Sedangkan Rezvan, dia sangat kalem ayem sekali. Token birunya berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun, dirinya hanya fokus bermain untuk mencapai finis tanpa menghiraukan keributan mereka. Tapi tentu saja wajahnya juga terkena noda spidol hitam kuning, mereka itu kembar jadi semuanya harus sama rata.
Permainan ludo sudah berakhir dengan Token karakter biru yang menjadi pemenangnya dan mereka bertiga masih bertengkar. Rezvan kemudian pergi menuju kamar Ravinka untuk mengambil selimut milik Abangnya itu, balik lagi dan menggelar selimut tersebut di atas meja ruang keluarga lalu tiduran di atasnya.
Sofa di sekitarnya itu ghaib, tidak terlihat oleh mata Rezvan. Lik lik Rerez saja lah.
"Udah tau warna kuning itu tai, masih aja di pilih." Ejek Ravaizan dengan wajah menyebalkan nya pada Ravindra.
"Tai juga ada yang walna hijau, ya!" Balas Ravindra tidak terima saat warna kesukaannya di hina. Warna kuning itu warna yang sangat-sangat cantik, enak saja di katai kek tai.
"Tai siapa yang warna hijau, coba? Aneh lu, cadel." Sahut Ravinka yang tengah melukis di pergelangan tangannya sendiri menggunakan spidol hitam.
"Ada!"
"Apa?" Tanya keduanya bersamaan.
"Tai nya si Hulk!" Sentak Ravindra dengan berkacak pinggang dan dagu terangkat.
"Emang lu pernah liat si Hulk berak?" Tanya Rafaizan meladeninya.
"Pelnah!" Jawab Si bontot tidak ingin kalah.
Ravinka menyeringai mengejeknya, "Kagak ada kerjaan aja lu liatin si Hulk berak." Dia mengguratkan spidol pada pipi Ravindra hingga sang empunya kesal.
"Bentuknya kaya apa, coba?" Ravaizan masih ingin terus meladeni kekesalan Sang adik bontot. Ravindra mendelik.
"Ya kaya tai, lah! Masa kaya stobeli!" Ketus Ravindra menggebu-gebu. Lihat wajahnya sudah merah karena kesal begitu tapi Rafaizan terus saja menggodanya tanpa henti.
"Gue kira kaya lu- A-ahh!"
"Akh! Sakit woi! Lepasin, nanti pala gue botak!"
Rafaizan dan Ravinka meringis nyeri karena rambut mereka di jambak oleh Sang adik bontot yang sudah sangat jengkel sekali.
"Bodo amat botak juga! Tinggal Lavi masukin kalian ke biala buat jadi biksu!" Sentak Ravindra bersungut-sungut, tangannya menjambak rambut kedua abangnya dengan kencang.
Puas sekali rasanya, kekesalannya sedikit berkurang sekarang.
"Ekhem."
![](https://img.wattpad.com/cover/368389105-288-k813668.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Montok Milik Presdir [END-SUDAH TERBIT]
Fanfiction[PART TIDAK LENGKAP, SILAHKAN DAPATKAN VERSI LENGKAPNYA DI SHOPEE^^] Namanya Aruna Cielo, yang kerap di panggil 'Gemoi' oleh ibunya karena bentuk tubuhnya yang montok dan juga kenyal jika di cubit. Aruna niatnya sih mau kerja dengan tekun di tempatn...