10: Gajian.

23.9K 920 0
                                    

BRAK!

"Ayam dua! Eh-"

Vir menahan tawa geli mendengar suara latah Aruna yang kaget karena gebrakan meja.

Calon istrinya itu kagetan ternyata.

Gimana gak kaget, banh. Tuh anak orang dari pas di panggil ke sini jantungnya udah jedag jedug nge-DJ, pake ngegebrak meja segala lagi. Untung yang keluarnya Ayam dua bukan rudal rusia.

"M-maaf, Pak!" Aruna langsung membungkuk 180° ke arah Vir karena keceplosan latah di depan Presdirnya itu, mana gak estetik banget lagi latahnya, pake ayam dua segala.

Sinar mentari sore menelusup masuk lewat kaca jendela besar di sisi ruangan, menembak tepat ke arah Vir. Iris cokelat kehitaman itu memandang Aruna dengan kehangatan, bayangan bulu mata di bawah matanya terlihat seperti tirai hitam yang menyembunyikan sesuatu hal.

"Mendekat,"

Mendengar perintah itu Aruna berjalan mendekat dengan perlahan dan kaki yang sudah gemetar, dia berhenti selangkah lebih jauh dari meja hitam yang mengkilap di depannya. Aruna tidak berani mengangkat kepalanya, takut dapat doorprize.

Serr..

"Uang gajian kamu, ambillah."

Otak Aruna ngeblank sebentar, dia mengangkat kepalanya perlahan dan melihat ke atas meja. Di sana sudah ada amplop coklat kecil yang terlihat lumayan tebal isinya.

"Ini.." Ujar Aruna menggantung.

"Kalau kamu tidak mau, saya ambil kem--"

Aruna membuang rasa bingung, takut dan malunya. Dia langsung mengambil amplop cokelat tersebut dengan cepat bahkan sebelum ucapan Vir selesai. Duit hasil kerja keras ini, enak aja mau di ambil balik.

The real hasil kerja keras dia cuy, selama satu bulan lamanya Aruna bertahan di perusahaan ini meskipun terus di ganggu oleh Presdirnya sendiri. Entah itu di kurung selama tiga jam di ruangan Presdir, entah itu di telepon tiap menit saat hari libur, entah itu mendengar berbagai macam omong kosongnya, entah itu menerima sikap presdirnya yang seperti Sugiono, entah itu dan sebagainya.

Aruna juga pernah ngeluh kepada atasannya itu tapi jawabannya malah membuat Aruna nelen sabar lagi dan lagi.

"Pak Pres, Jangan ganggu saya terus! udah cape kerjaan banyak, di tambah bapak. makin capek saya tuh, pak!"

"Ya udah, sini, istirahat di atas pangkuan saya kalo kamu cape, Moi." Kata Pak Presdir dengan santai dan wajah tersenyum, seolah ucapannya itu adalah hal yang biasa.

Presdir sengklek emang.

Jadi Aruna memang harus kuat mental dan spiritual.

Tapi jadi Aruna ada enaknya juga; bisa liat terus pria tampan, tidak perlu terus diam di di depan komputer sepanjang hari dan terus menghitung jumlah angka saham perusahaan karena setiap lima belas menit pasti Aruna di panggil ke ruangan Presdir dan baru boleh keluar setelah tiga jam lamanya.. ngapain aja tuh? Hanya dua insan itu yang tahu.

"Terimakasih, Pak Pres!"

Aruna membungkuk sopan dengan aura kebahagiaan yang menggeleber di sekitarnya, Vir saja sampai menggeleng pelan di buatnya.

Aduh, manis sekali ayang.

Sudah pasti Aruna sangat bahagia, orang mana yang menerima duit gajian tapi tidak bahagia? Jikapun ada, wah, wah, wah. Songong sekali dia.

"Jika kurang, bilang saja sama saya, gold card saya ada lima." Vir menyunggingkan senyuman pada Aruna.

Aruna tersedak pelan mendengarnya.

Lima gold card? Pasti Vir nafas saja langsung keluar dollar.

Bibirnya tersenyum kaku, "Ini- ini udah lebih dari cukup kok, Pak. Terimakasih banyak!"

"Apa sih yang tidak buat calon istri." Monolog Vir dengan senyuman lebarnya.

Mendengarnya, Aruna hanya bisa tertawa garing. "Ha ha.. jika begitu, saya permisi dulu ya, Pak Pres."

Harus cepat-cepat pergi, Bisa gila Aruna jika kelamaan di ruangan ini sama Vir.

Saat Aruna akan berbalik dan pergi, suara Vir mengintruksikan nya untuk berhenti di tempat.

"Berhenti,"

Aruna meneguk ludahnya, menjadi was-was saat mendengar suara kursi yang bergerak di belakangnya dan suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya.

Sebuah lengan kekar dan berotot yang di balut jas hitam mahal melingkari pundaknya, Aruna dengan kaku menoleh ke samping. "P-pak Pres..?"

Wajah Vir hanya berjarak dua centi dari wajah Aruna. Bibir tipis merah muda itu bergerak dan tatapan mata Aruna seolah terhipnotis oleh suara dan gerakan bibir itu. "Nanti malam dandan yang cantik, saya bakal jemput kamu pukul setengah tujuh malam."

"Iya, Pak.." Ujar Aruna linglung, beberapa saat kemudian dia tersadar. "Eh- hah?"

Tapi semua itu terlambat karena Vir sudah menuntunnya menuju pintu kaca buram saat Aruna linglung tadi, Aruna juga baru menyadari jika dia saat ini sudah berada di luar ruangan Presdir, Vir di belakangnya menutup pintu depan senyuman yang misterius.

Tidak memberikan kesempatan bagi Aruna untuk menolak perintahnya.

Dia mengangkat tangan kirinya untuk mengetuk pintu tapi tidak jadi saat suara notifikasi ponselnya berbunyi.

Aruna membaca pesan grup dari rekan-rekan kerjanya di sini dan tidak bisa untuk tidak merasa bersalah.

Pren poreper💋💋

Sellyyy~
Naa, maaf ya kita tadi pulang duluan soalnya buru-buru ada perlu @Arunn, tapi si @Alanvii mah belum pulang, dia kayanya masih di sana.

Mey>>
Iya, Na, maafin kita yaa..

Neng Jenar^^
Maaf yaa, Runaa, aku tadi tiba-tiba di telepon sama ibu aku katanya adek ku nangis mau robot Ultraman.

Satrjuan
Maafin Juan yaa, Ruru~ (⁠っ⁠.⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)⁠っ

Mahendra Kin
Maaf ya, Runa. Tadi aku buru-buru pulang dan ninggalin kamu di sana, soalnya adik aku nelepon katanya pipa wastafel di rumah ada yang copot.🙏🏼🙏🏼

Alanvii.
/Read

Selly~
Tapi nanti malem kita jadi ya makan malem bersama nya? Okee!?

Satjuan
Jadi, dong!

Mahendra Kin-Neng Jenar-Mey
Jadiii!

Alanvii.
/Read

You
Aduh, maaf, aku kayanya gak bisa deh. Soalnya ibu aku mau di periksa ke dokter dulu.. hehe, maaf yaa semuanya 🙏🏼🙏🏼 gak pa-pa, kok, kalian pergi makan malem ajaaa

Aruna terpaksa berbohong pada mereka, sebab jika mengatakan yang sejujurnya maka mereka pasti akan salah paham padanya dan Presdir.

Dia menghela nafas berat seraya melirik pintu kaca buram ruang Presdir dan kemudian Aruna berbalik untuk turun ke lantai enam, mengambil tasnya dan turun lagi ke lantai satu bersama dengan Alan yang ternyata memang benar masih berada di sini.

Keduanya pulang dengan berjalan kaki beriringan menuju halte bus, tidak ada percakapan apapun, keduanya hening.

Introvert dan pendiam di satukan ya gini.

Cosplay jadi Bisu dua-duanya.

Si Montok Milik Presdir - END [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang