Akhirnya Ku Menemukanmu (2)

115 18 6
                                    

"Hallo keponakan onty Jennie.." Jennie mencium gemas pipi Aruka yang sedang dipangku Irene.

Aruka Auriga namanya. Bayi laki-laki yang sekarang sudah berusia 5 bulan. Hadiah yang diberi Tuhan kepada Irene untuk menjadi penguat hidupnya. Sesuai arti dari namanya, kelak seperti bintang yang selalu bersinar.

Rasa pahit yang Irene lalui kini berubah menjadi manis saat Aruka lahir ke dunia ini. Perjuangan Irene yang tidak mudah, akhirnya bisa membuatnya bangkit. Dibantu sang sahabat yang menjadi support sistem, dialah Jennie Alexa.

Dengan bujukan Tiffany, kemurkaan Teo kepada anaknya perlahan mulai berkurang. Sikapnya lebih sedikit peduli walaupun masih kelihatan canggung. Namun sebenci apapun ia sama Irene, tetap saja kehadiran Aruka begitu menggemaskan dimatanya. Karena bukan salah Aruka, orang dewasalah yang membuat semuanya rumit.

.
.
.
.
.

Akhirnya Wendy dan Rosi memilih mengakhiri hubungan mereka. Walaupun sejujurnya berat untuk Rosi. Tapi apalah daya jika dipaksa juga tidak akan baik. Hubungan itu harus dua arah, jika hanya satu orang yang ingin berjuang rasanya tidak adil. Hati dan pikiran Wendy juga bukan untuk Rosi. Sungguh menyakitkan.

Setidaknya inilah yang bisa Wendy lakukan, melepaskan Rosi dari rasa sakit atas sikapnya. Ia tidak ingin terlihat seperti pecundang yang hanya memanfaatkan kehadiran Rosi. Satu beban dihati Wendy sudah bebas, sekarang saatnya menemukan Irene. Semoga saja takdir berpihak padanya.

Duduk di salah satu taman adalah pilihan yang terbaik. Wendy duduk sendiri dengan segala pikirannya. Matanya menangkap satu objek, bayi laki-laki yang ada didalam stroller meluncur karena kecerobohan wanita yang bernama, Jennie.

Wendy langsung mengejar stroller nya. Akhirnya dengan kecepatan yang tepat, Aruka berhasil diselamatkan. Jika terjadi sesuatu dengan Aruka, sudah jelas Jennie akan menerima kemurkaan dari Irene.

Dengan nafas tersengal Wendy langsung menggendong Aruka. Menepuk pelan punggungnya, Aruka sama sekali tidak menangis, dia malah tertawa. Mungkin dia berpikir sedang diajak bermain.

Wendy melihat scarf biru didalam stroller nya, seperti tidak asing. Ingatannya berputar, bukankah itu scarf favoritnya. Karena penasaran ia mengambil scarf tersebut dan benar ada inisial namanya WA. Wendy Atmaja.

Bagaimana bisa? Ia jelas ingat betul, scarf ini dibalutkan dileher Irene, karena menutupi tanda yang ia ciptakan beberapa waktu silam. Semua terjadi begitu cepat, apakah ini pertanda Tuhan mengabulkan doanya?

Jennie yang sedang membeli es cream keliatan panik, kemana perginya Aruka. Padahal tadi disampingnya. Apakah diculik? Bisa mati jika Irene tahu. Mata kucingnya melirik kesana kemari, akhirnya ia melihat Aruka digendong oleh seorang pria.

Jennie lari mendekati pria tersebut dan memukulnya dengan sangat amat penuh amarah.

"Lepaskan anakku, dasar penculik!!"

BUGHH BUGHH BUGHH

"Auww auuww, heyy tunggu dulu!! Aku sudah menyelamatkan anakmu. Kamu yang ceroboh, stroller nya meluncur dari sana.." Wendy menjelaskan kepada Jennie dengan rasa kesal.

Jennie menghentikan aksinya dan mendengarkan penjelasan Wendy dengan serius

"Sebentar, apakah aku bisa percaya jika kamu adalah ibunya? Jika ku lihat-lihat dia tidak mirip denganmu.." lanjutnya menatap Jennie dengan curiga

"Ya memang, Aruka bukan anak kandungku. Tapi dia sudah aku anggap sebagai anakku sendiri.." balas Jennie santai sambil merebut Aruka dari gendongan Wendy

"Ini scarf siapa?" Tanpa basa basi Wendy langsung bertanya pada Jennie

"Kenapa? Mau tahu aja atau mau tahu banget?" Jennie bukan menjawab malah membuat Wendy semakin kesal

"Scarf itu milikku.." Jawab Wendy tegas

Jennie terkejut mendengar perkataan Wendy barusan. Maksudnya ini milik Wendy? Jadi pria ini adalah Ayah biologisnya Aruka? Dunia sedang tidak bercanda kan?

Irene yang baru datang dari toilet segera mengambil alih Aruka dari gendongan Jennie. Wajah Irene sudah memerah, jantungnya berdebar, rasa gelisah dan takut menjadi satu. Irena langsung pergi meninggalkan Wendy sama Jennie yang masih memproses dengan apa yang terjadi.

BUGGHH BUGHH BUGHHHH

Jennie memukul Wendy dengan high heels nya sekuat mungkin. Ini baru Jennie, belum papanya Irene.

"Ampun... ampun...." ucap Wendy mengusap-usap badannya

"Dasar lelaki brengsek. Kamu sungguh jahat!!!!" Jennie masih melakukan aksinya, Wendy hanya diam tanpa melakukan perlawanan

"Bertahun-tahun Irene harus merasakan kesakitan dan rasa pahit. Dia diusir dari rumah, diasingkan oleh papanya. Sementara kamu bisa hidup enak tanpa tahu rasa sakitnya Irene.." Jennie menceritakan semuanya dengan berlinangan air mata

"Tolong maafkan aku, aku bisa menjelaskan semuanya.."

"Maafmu itu bukan milikku, tapi mintalah maaf kepada Irene hikss hikss..." Masih terdengar isakan demi isakan

"Tolong antarkan aku ke rumah Irene, aku akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan aku. Karena ada harga yang harus aku bayar kepada Irene. Hidup ku.."

Malam ini Jennie berkunjung ke rumah Irene. Suasananya tidak seperti biasa, hanya keheningan dan hawa dingin yang dirasakan oleh Jennie. Aruka sudah tertidur pulas. Irene memandangi anaknya, mengelus pipinya.

"Rin, boleh kita bicara sebentar?" Jennie memberanikan diri memecahkan keheningan

Irene tidak menjawab, namun keluar dari kamar dan diikuti oleh Jennie.

"Kalau kamu mau bahas soal yang kemaren lebih baik kamu pulang saja, Jen.."

"Rin, aku tau perasaan kamu. Bukankah ini juga yang kamu harapkan?" Jennie menatap Irene dengan serius

"Hikss..hikss...aku takut Jen. Gimana jika Aruka diambil olehnya?" Tangisan Irene pecah, ia ungkapkan perasaannya yang membuat gelisah

Jennie menarik Irene dalam pelukannya. Sebagai seorang sahabat, Jennie sangat mengerti apa yang ditakutkan oleh Irene.

"Biarkan Wendy bertanggungjawab untuk semuanya Rin, Aruka juga butuh sosok seorang Ayah. Aku juga sudah berbicara dengan Wendy, dia tidak akan merebut Aruka dari kamu. Tapi sebaliknya, dia ingin kalian berdua!!" Jennie melepaskan pelukannya, menggenggam erat kedua tangan Irene

"Pertemukan Wendy dengan papa kamu Rin, biarkan dia bertanggungjawab atas kalian. Mungkin ini juga jawaban atas doa-doa kamu selama ini. Aku ingin lihat kamu sama Aruka bahagia Rin dengan keluarga yang lengkap. Sebelum aku dengan Jian pergi ke Kanada.."

Irene semakin terisak memeluk Jennie kembali. Begitulah seorang sahabat selalu ada disaat-saat yang pahit sekalipun. Irene akan selalu mengingat Jennie sampai kapanpun!!

"Ta-tapi Jen, aku takut. Bagaimana jika nanti Wendy dihajar oleh papa..." Irene melepaskan pelukan Jennie

"Itu sudah resiko yang harus ia hadapi. Biarkan saja ia nikmati.." jawab Jennie enteng




tbc~

Secuil Tentang Rasa (PART 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang