banyak yang menunggu duda mu Wen😭😭
dan kayaknya kelen² suka ya tipe cerita menusuk, nyes² kayak gini🥲😭
letgooooooooo
Happy reading~
"Wen, ceraikan aku!"
Wendy meletakkan sendoknya. Ia meneguk sisa air dalam gelasnya. Ia lap bibirnya dengan tisu.
"Itu tidak akan pernah terjadi Irene.." Wendy tidak ingin memulai perdebatan, ia segera berdiri dan pergi
"KENAPA KAMU MELAKUKAN SEMUA INI. DENGAN KAMU KAYAK GINI, ITU SEMAKIN MEMBUATKU TERSIKSA HIKSS HIKSS. APA KAMU MAU MEMBALAS DENDAM HIKSS HIKSS..."
Sungguh Irene tidak bisa menahan lagi gejolak perasaannya yang seolah-olah dipermainkan? Atau Irene yang lupa, seberapa dahsyatnya ketika umpatan selalu ia lontarkan untuk Wendy. Kadang manusia lupa tentang apa yang diperbuat. Namun ia akan mengingat perbuatan yang ia dapat. Seegois itukah sebuah perasaan?
Wendy berhenti dan memalingkan tubuhnya menghadap Irene.
"Karena aku sangat mencintaimu Irene. Dari dulu hingga detik ini. Dan sampai akhir waktu ku nanti. Pernikahan bukanlah sebuah permainan ketika kamu bosan semua akan selesai. Pernikahan bagiku ketika sakit mu juga milikku, senang mu adalah senang ku.." Ada jeda setiap kata yang keluar, Wendy tidak ingin dianggap lemah dimata wanitanya ini
"Aku yang telah memilih mu. Jadi semua akan ku terima. Jika hari ini masih sulit untuk mu, aku akan tetap menunggu. Apa ini cukup menjawab pertanyaan kamu?" Irene semakin terisak, ia tatap wajah yang berbulan-bulan ini sudah menjadi suaminya.
Kemana saja Irene selama ini? Sosok yang begitu tulus mencintainya. Persahabatan yang selalu dijaga oleh Wendy. Karena tidak ingin Irene membenci jika ia tau perasaannya. Bagaimana bisa ia menahan sakitnya setiap kali Irene dan Egi harus bermesraan. Wendy tahan itu semua. Demi melihat Irene bahagia dengan pilihannya. Seperti kata-kata klasik, cinta tak harus memiliki.
Katakanlah takdir yang jahat, apakah Wendy yang salah dalam hubungan ini? Wendy hanya ingin ikatan yang mereka jalani lamban laun bisa memicu perasaan baru. Walaupun ia tahu semua butuh waktu.
"A-ku terlalu jahat hikss..Maafkan aku Wen.." Irene menundukkan kepalanya. Bukankah Irene harus beruntung memiliki Wendy?
Wendy angkat dagu Irene, ia tatap dalam wanita yang sudah menjadi pilihan hidupnya. Ada rasa penyesalan dimata coklat itu, Wendy sangat tau itu. Masih terdengar sesenggukan dari kerongkongan Irene.
"Jangan menangis lagi ya. Habiskan lah nasi gorengnya. Aku harus pergi, karena ada meeting pagi ini.." Wendy tersenyum kemudian meninggalkan Irene
.
.
.
.
Semenjak kejadian malam yang pahit itu. Irene perlahan berubah layaknya seorang istri pada suami. Walaupun belum bisa sepenuhnya melayani Wendy. Setidaknya Irene sudah mau menjawab jika Wendy bertanya. Atau sebaliknya, ia akan mulai bertanya terlebih dulu. Dan lebih menjadi sensitif perasaannya.
“Papa ingin kita ke rumahnya Wen..”
“Baiklah, besok kita akan kesana..” Irene bisa melihat beberapa bekas luka ditangan Wendy. Ada rasa sakit di dalam hatinya. Ternyata Wendy menahan selama itu, apa luka-luka itu bisa pulih? Jawaban bisa. Hanya saja bekas tidak akan pernah kembali seperti semula walau pudar sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secuil Tentang Rasa (PART 1)
Short Storyberdua lebih baik, awas loh ada syaiton~ next ke lapak "DUA HATI SATU RASA" ygy