Gairah Muda 🔥🔥 (end)

174 18 17
                                    

"Kalau anehnya sama kamu gak apa-apa kan Nda?" Wendy majuin tubuhnya, Rinanda sedikit mundur


"Kamu kenapa sih Nda? udah gak sayang ya sama aku. Coba kamu bilang.." Wendy mulai kesal soalnya dari tadi Rinanda selalu nolak


"Eng-nggak gitu Wen.."


"Terus apa? Emang salah ya aku cuma mau cium pacar aku.."


"........"


"Tuhkan kamu diem, biasanya juga kamu tuh gak nolak kalau aku cium."


"Iya, yaudah boleh kok.." Rinanda malas kalau Wendy udah ngomel, pusing kepala berbie pokoknya


Wendy senyum nakkal, mendadak kesalnya jadi luntur berubah jadi mecum.


Wendy majuin tubuhnya, narik dagu Rinanda buat lebih dekat.


Cup


Bibir Wendy berhasil mendarat di bibir Rinanda.


"Eumhh..." Rinanda menyudahinya. Ini yang dia takuti, pasti Wendy jadinya bukan sekali tapi berkali-kali


"Udah ya Wen.."


"Apaan sih kamu. Semenit juga belum. Kamu udah bosen ya Nda?"


"Eng-ngak gitu Wen. Soalnya ini udah malam.."


"Sekali lagi ya, plisss?" Jujur Rinanda pingin nolak, cuma dia juga gak tega lihat Wendy udah kek bocil gini. Rinanda anggukin kepalanya. Kesempatan buat Wendy.


Bibir mereka bertemu, Wendy mulai mengecup perlahan. Menggigit bibir bawah Rinanda agar mempermudah lidahnya masuk. Tangan Wendy megang leher Rinanda, biar makin terasa sensasinya. Bisa aja lu bwangg~


"Haa...haa.." Kamu ternyata makin jago Nda. Wajah Rinanda memerah. "Apaan sih Wen.."


"Nda, aku boleh gak ngasih tanda disini?" Wendy mengelus leher Rinanda lembut, jujur buat Rinanda jadi merinding. Dasarnya human, dikasih hati minta jantung, gak tau deh abis ini apalagi.


"Wen, emm..tapi.." Rinanda udah gelisah aja


"Sebentar doang Nda, janji gak bakal lama. Boleh ya boleh..." Lagi dan lagi Rinanda mengiyakan ucapan Wendy


Wendy ya pasti senang lah, kucing dikasih ikan ya gak nolak dong ckk ckk.


Mulai mencumbu leher Rinanda, ia hisap memberikan karya terindahnya. "Kamu milikku Nda.." Wendy senyum bangga

.

.

.

.

"Wen, ada cewek baru loh. Gak mau kenalan?" Elgi nunjukin fotonya


"Enggak dulu deh, mau setia dulu sama Rinanda..."


"Helehh bulol.."


"Biarin. Wong saya suka kok.." Elgi lempar sisa-sisa es batu dalam gelasnya

.

.

.

.

Hari ini Wendy ngajak Rinanda buat ke puncak. Janjinya sih pulang. Ehh rupanya hujan deras. Sebenarnya sih ya bisa-bisa aja, cuma emang akal-akalan si Wendy aja biar bisa lama-lama.


"Kita nginep aja ya Nda?"


"Dimana?"


"Di hotel dong Nda, masa didalam mobil. Aku gak mau lah lihat kamu gak nyaman.."


"Janji gak aneh-aneh.."


"Iya.." Padahal dalam hati Wendy, enggak.


Musim hujan kayak gini hotel jadinya penuh. Termasuk mereka salah satu tamunya.


"Kita tidur sekasur Wen?"


"Yaiya dong, gak mungkin lah kamu dibawah.."


"Jangan aneh-aneh ya, awas aja.."


Mereka sama-sama gak bisa tidur. Sementara malam semakin larut. Wendy memiringkan tubuhnya ke hadapan Rinanda. Tangannya memainkan rambut Rinanda.


"Kamu kok cantik banget sih Nda.."


"Helehh gombal.."


"Serius, aku pengen nikahi kamu segera jadinya.." Rinanda noleh ke Wendy


"Jadi kalau aku jelek, kamu gak bakal nikahi aku gitu?"


"Ya gak gitu. Jujur setiap kali aku sama kamu jantungku selalu berdebar-debar gak beraturan gini Nda.." Wendy letakkan tangan Rinanda tepat di jantungnya. Benar, Wendy gak bohong.


Wendy mulai majuin tubuhnya buat semakin dekat sama Rinanda. Jangan tanya jantung Rinanda juga demikian rasanya.


"Aku mau ini boleh?" Wendy nunjuk bibir Rinanda


"Tuhkan janjinya udah lupa.." Muka Wendy langsung berubah sedih. Posisinya jadi belakangi Rinanda


"........"


"Wen, jangan marah dong.."


"Ya udah terserah kamu aja.."


Rinanda balikin itu tubuh Wendy buat natap dia. Rinanda kasih kecupan dibibir." Udah jangan ngambek lagi.." Wendy tahan kepala Rinanda. "Itu belum cukup Nda."


Wendy mulai memimpin, janji cuma kecupan doang malah jadi kecupan basah.


"Eummhh..." Rinanda memukul dada Wendy. Nafas mereka berdua tersengal.


"Nda, aku gak bisa nahan lagi. Aku janji bakal nikahi kamu setelah ini. Besok juga aku siap.." Nafas Wendy udah gak beraturan. Rinanda cukup dewasa untuk tau itu. Ia merasakan ada yang menonjol di bawah sana.


"A-aku takut Wen.."


"Ada aku Nda, aku janji gak bakal nyakiti kamu. Aku udah gak kuat.." Wendy arahin tangan Rinanda buat nyentuh miliknya yang masih dibalut celana.


"Ahh...good girl. Bentar, biar aku buka dulu.."

"Nda, coba liat ini.." Rinanda refleks malingin wajahnya, wajahnya sudah memerah, hawa dingin ruangan menjadi hawa panas


"Nda, bantuin aku. Sakit ini rasanya.." Ada rasa gak tega, walaupun hatinya pengen nolak, ia tau kalau ini dosa.


Hujan pun menjadi saksi, suara-suara haram dari makhluk yang berbeda jenis kelamin itu.

.

.

.

.

Seminggu berlalu, Wendy menepati janjinya. Rinanda langsung dilamar. Bahkan Wendy pun yang meminta pernikahannya di percepat aja sekitar sebulan lagi. Udah gak sabar kayaknya jadi suami, biar bisa ngatur Rinanda ini itu.


"Nda, akhirnya kita bisa sama-sama ya. Kamu seneng gak?" Wendy memeluk Rinanda dalam keadaan tak berbusana, hanya selimut yang menjadi penutup mereka


"Seneng, tapi kita udah terlalu jauh ini Wen.." Rinanda memainkan jarinya didada telanjang Wendy membentuk pola lingkaran


"Ya sebulan lagi kita nikah Nda, atau mau besok aja.."


"Aku takut."


"Kamu tenang aja, aku pake pengaman kok. Nda, sekali lagi yokk!!" Wendy menimpa Rinanda


Mereka melanjutkan kegiatan haram itu. Soalnya Wendy memang pinter banget buat nona Rinanda luluh, melehoy, alias jadi stupid. Entah udah berapa kali hentakan demi hentakan Wendy berikan, dari gaya kupu-kupu sampai gaya belalang.









-End-



pesannya : jangan ditiru ygy!!!! udah gitu aja.

see ya~😘




Secuil Tentang Rasa (PART 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang