Destiny

124 22 7
                                    



kenapa lapaknya jadi rame gini😭😭

gak bisa bilang lah, tersanjung, terhura, terter terbuai kan jadinya😭😭

makasih ya buat reader yg setia, kalian keren masih mau baca cerita yg ngalor ngidul ini🥲

cuss lah dibaca yuksss!










happy reading~












“I-Irene…”






“Wendy…”






“Mamiiiiii…Ayok kita naik wahana itu...” tunjuk Ruka






“Oke let's go....” tanpa permisi Irene pergi membawa Ruka dan meninggalkan Wendy yang masih diam membeku.






“Tunggu!”






Wendy menyusul Irene dan Ruka. Ruka sudah terlebih dahulu lari menemui Egi.






“Ka-kamu udah nikah Rin? I-itu anak kamu?”






“Menurut kamu gimana? Udah ya Wen, permisi...”






“Mami? Jadi dia sudah menikah. Ta-tapi, kenapa wajah anaknya mirip denganku. A-aku harus mencari tau...” Wendy masih setia berdiri melihat Irene dan Ruka dari kejauhan bersama seorang pria.

.

.

.

.

“Wen, antar aku ke alamat ini ya..”






“Rin, kamu gak capek kerja kayak gini?” Irene fokus menatap jalanan di depannya






“Kamu serius nanya kayak gini Wen? Hahaha takdir hidupku memang seperti ini. Aku menikmati semuanya..."






“Aku tau Rin. Tapi aku percaya masih ada jalan untuk semuanya bisa berubah..."






Irene fokus menatap Wendy yang menyetir. “Maksud kamu?”






“Menikahlah dengan ku. Aku akan berusaha membahagiakan kamu, aku juga akan mencari kerja yang layak..”






“Pfftttt haha. Kamu gak ingat ya janji kita. Aku sama kamu itu cuma sebatas teman kerja Wen. Jangan berlebihan membawa perasaan kamu. Maaf, dengan tegas aku menolak...”






Ada kekecewaan dihati Wendy. Penolakan Irene benar-benar sangat berpengaruh. 






“Tapi aku muak Rin. Aku marah setiap kali kamu bermain sama pria random diluar sana. A-aku sangat menyayangi kamu. A-aku sakit...”






“Stop! Stop aku bilang!”






Citttttt






Wendy memberhentikan mobilnya mendadak.






“Kamu udah kelewatan Wen. Sekarang aku tanya, kamu yakin bisa lepas dari mami Sica hem? Jawab aku! Aku sangat berutang budi sama mami Sica...”






“......”






“Kenapa kamu diam? Sebelum kamu menemukan jawabannya, jangan pernah ikut campur terlalu dalam urusanku!”






Secuil Tentang Rasa (PART 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang