Wedding Dress (2)

153 26 29
                                    

berhubung banyak yang minta lanjut, dan hati mungiel saya emang lagi baik, yodah cuss lahh dibaca🥰

siap² lapang dada kelen ya🥲

vote ya vote!! komen juga😚

jangan buat saya marrahh👿






Happy reading~












Hari-hari berlalu, namun bukan kebahagiaan yang didapat baik Wendy ataupun Irene. 


“Irene bangun lah! Aku sudah membuatkan sarapan untukmu..”


“Makanlah sendiri. Aku bisa membelinya nanti di kantor..”


“Tapi kamu harus sarapan Irene..”


“Kamu lebih baik diam! Terserah aku mau makan atau enggak!” Irene beranjak dari kasurnya, kemudian masuk ke kamar mandi



“Semangat Wen, kamu pasti bisa..” Gumamnya

.

.

.

.

Irene baru saja pulang, dengan kondisi yang sangat berantakan. Bau alkohol menyeruak di indra penciuman Wendy.


“Lihat lah suami ku yang manis sudah menunggu. Berapa bayaran yang sudah kamu dapatkan hem?” Wendy tidak memperdulikan ucapan Irene


“Irene, maaf ya. Aku akan menggendong mu..”


“Lepaskan! Jangan menyentuh ku! Aku bisa sendiri..” Irene tertatih menapaki setiap anak tangga.


“Huffff… aku harus apa Irene?” Gumamnya


Wendy ikut masuk ke dalam kamar. Membantu Irene membuka high heels nya. Meletakkan tasnya ditempat semula. Wendy tidak berani untuk melakukan hal lebih lanjut. Seperti mengganti bajunya.


Wendy turun ke bawah, mengambil air hangat untuk membersihkan wajah Irene.


“Irene, sampai kapan kamu membenciku hem?” dengan telaten Wendy membersihkan perlahan wajah mungil istrinya ini.


“Aku sangat mencintaimu..”


“Aku merindukanmu Egi..” Irene mengigau


“Sebegitu cintanya kah kamu dengan Egi? Apa gak ada sedikit pun ruang untukku yang tersisa Irene..” Tak terasa air mata Wendy menetes. Wendy memberanikan diri, mengecup kening Irene. Tiba-tiba…


PLAKKKK


“YAHHHHH BERANINYA KAMU!!"


“Ma-maaf Irene. A-aku hanya ingin…”


“APA!? MAU MENGAMBIL KESEMPATAN, IYA?”


“Eng-enggak....”


“Ohh kamu ingin menyentuhku iya! Haha, kamu pasti tidak sabar ya mencicipi tubuhku. Baiklah iya iya, kamu mau meminta hak mu sebagai suami kan?”


“Enggak, gak gitu. Tolong dengarkan aku dulu...”


Dengan sekali tarikan, kemeja yang Irene pakai kancingnya sudah bertebaran. Wendy langsung memalingkan wajahnya.


“Cepatlah lakukan! Mau tunggu apalagi..”


Ada rasa sakit yang menjalar di hati Wendy. Sungguh terasa panas  kerongkongannya. Sebegitu tidak pentingkah Wendy bagi hidup Irene?


Secuil Tentang Rasa (PART 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang