Love Arcade

122 19 14
                                    

happy reading~









Seorang pria tampan dengan memakai jas coklat susu, dalaman kemeja putih, dan dibalut dasi kupu-kupu terlihat sangat rupawan.






Di depannya sudah ada piano. Tangannya yang lentik mulai menekan tuts demi tuts hingga terdengar melodi yang indah di telinga para pendengarnya.






Irene. Salah satu wanita yang sangat mengagumi pemandangan itu.






“Ma, siapa cowok yang main piano itu?”






“Mama juga gak tau sayang, kenapa hem? kamu naksir?” Fanny menggoda putrinya






“Hehe gemes aja Ma. Udah tampan pinter main musik lagi. Mama kan tau itu tipe aku banget hehe..”






“Ya udah tanya sama papa gih, papa pasti tau..”






“Gak mau ah, nanti diledekin. Ya udah deh, aku mau keliling cari makanan enak dulu ya Ma..”






Irene pun beranjak meninggalkan Fanny. Ia sibuk melihat kiri kanannya. Jadi malam ini acara ulang tahun hotel milik teman Papanya.






Karena fokus lihat kiri kanan, sampe gak sadar Irene nabrak seseorang.





Brukk






“Yahh, kalau jalan itu hati-hati dong. Kan jadi kotor gaun aku, kamu tuh ya..” ucapan Irene terhenti saat matanya menangkap sosok Wendy. Pria yang tadi memainkan piano dengan indah.






“Anak kecil kok bisa nyasar disini?” Wendy bukannya minta maaf, malah cari perkara.






“Minta maaf dulu dong Om!”






“Om om! Sembarangan banget kalau ngomong..”






“Ya kan om duluan yang ngatain saya anak kecil..” muka Irene udah sewot abis lah, mana gaunnya jadi ternodai. Orang yang sempat ia taksir 10 menit yang lalu ternyata manusia menyebalkan.






“Ya udah, saya minta maaf..”






Wendy mau pergi gitu aja. Oh jelas dong Irene mana mungkin diem aja. Istilah pepatah kuno, mata dibalas mata wkwk.





“Tunggu dong om!” Wendy berhenti






Irene sengaja nyenggol minumannya Wendy biar tumpah ke jasnya.






“Yahh kamu ini..”






“Opsss sorry om, sengaja hehe..” Irene pergi sambil melambai manja, ninggalin Wendy yang jadinya bete.






“Dasar bocah, om katanya ckk. Muka seganteng dan segemes ini kok dipanggil om. Awas aja ya kamu bocah..”






Wendy udah ngomel panjang kali lebar, sampe suara Juna menyadarkannya.






“Ngomong sendiri aja Wen, apa perlu dicariin teman ngobrol..”






“Pffftttt hahahha…” Egi udah ketawa aja. "Ganteng-ganteng kok ceroboh sih Wen.."






“Gak usah ketawa-ketawa ya. Awas kalian, aku mau ke toilet dulu..”






“Kayaknya Wendy emang butuh seseorang deh Jun..”






Secuil Tentang Rasa (PART 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang