Dua orang pemuda tampan tengah menikmati deburan ombak dikaki pantai. Perlahan awan berubah jingga diufuk timur sana. Seberkas cahaya yang memantul dari air pun lambat laun mulai memudar.
"Mau sampai kapan kau menyendiri? Masa lalumu tidak akan pernah kembali Wen. Jika kau hanya duduk diam tanpa berbuat apapun." Ucap Elgi
Oknum yang disebutkan hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya.
"Aku tau apa yang harus kuperbuat Gi. Aku hanya butuh sedikit waktu.."
"Selalu itu yang kudengar 3 bulan ini. Itu seperti rutinas Wen. Aku mulai bosan mendengarnya." Elgi berucap hingga membuat Wendy tertawa.
"Lebih baik kau urus acara pertunangan mu dengan Joya. Sebelum ada yang mengambilnya." Wendy tertawa kemudian berdiri meninggalkan Elgi.
"Aishhh... Kau sungguh menyebalkan Wen.." Teriak Elgi
..
.
.
"Gi, aku mau keluar sebentar ya. Aku mau cari udara segar." teriak Wendy sambil memakai hoodie hitamnya.
"Iya Wen, kalau bisa pulangnya kau bawa wanita cantik ya." Teriak Elgi dari dalam kamar mandi.
"Siappppp broo.."
.
.
.
Hufff, helaan nafas keluar dari seorang wanita dengan rambut coklat panjang. Ia duduk disalah satu bangku menghadap arah pantai. Dinginnya angin yang menerpa kulitnya tidak membuatnya beranjak. Dia menutup kedua matanya dengan tangan yang direntangkan.
"DASAR PRIA GILAAAA. AKU MEMBENCIMU.."
Wendy yang melihatnya hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Kurasa dia benar-benar lagi patah hati." Gumamnya sambil mendekati sang wanita
"Permisi nona.."
Wanita itu langsung membuka matanya dan menatap pria asing yang ada di hadapannya saat ini.
"Jika kamu ingin teriak jangan disini. Itu hanya mengganggu ketenangan pengunjung yang lain. Lebih baik kamu teriak dibibir pantai sana." Wendy menunjukkan jarinya kearah pantai.
"Kamu siapa? Pemilik tempat ini? Bahkan pengunjung yang lain saja tidak keberatan. Kenapa kamu yang sewot." Balas wanita itu tidak terima
"Karena aku merasa terganggu dengan teriakan mu itu nona. Dan satu lagi, tubuhmu akan beku jika hanya menggunakan dress seperti itu." Ucap Wendy meninggalkan wanita itu
"Heii tunggu.." Teriak wanita itu dan.....
BUGH
"Aduhhhh...Yahhhh!!! Kenapa kamu melempar sandal mu?" Wendy menggosok-gosok kepalanya yang lumayan sakit
"Oh sorry, aku tidak sengaja." Balasnya kemudian mengibaskan rambut coklatnya meninggalkan Wendy yang kesakitan
"Dasar wanita aneh." Jeritnya
..
.
Terdengar suara pintu terbuka.
"Kamu dari mana saja? Apa sudah puas mengelilingi pantainya?" Ucap Jennie yang lagi mengeringkan rambutnya
"Kenapa wajahmu? kok senyum-senyum gitu? Apa kamu bertemu seorang pangeran?" Jennie menyelidiki tingkah Irene yang cukup aneh
"Aku tadi bertemu pria menyebalkan. Karena aku kesal, aku lempar saja kepalanya dengan sandal. Hahahha..." Irene tertawa dengan puas sedangkan Jennie masih mencernanya
"Apa kamu gila Irene? Gara-gara mantanmu yang kurang ajar itu, kamu membalas dendam sama orang asing?"
"Jen, ayolahh. Bukan seperti itu, hanya saja pria tadi memang sangat menyebalkan."
"Apa dia tampan?" Irene hanya menganggukkan kepalanya dengan senyuman masih terukir diwajahnya
"Kurasa sahabatku mulai gila.." Batin Jennie
..
.
.
Elgi sedang menonton TV, terdengar suara pintu kamar terbuka.
"Pfftttt..... kenapa dengan wajahmu?"
"Dasar wanita aneh, menyebalkan." Wendy berucap kemudian masuk kedalam kamar mandi.
"Kurasa dia mulai gila.." Gumam Elgi
..
.
.
Jam menunjukkan pukul 08.00 pagi.
"Irene, hey bangunlah. Kita harus segera pulang. Rosi akan marah jika dia tahu kita udah libur 2 hari."
"Ini anak kenapa sih? Biasanya juga gak susah kek gini dibanguni." Ucap Jennie yang baru selesai mandi. Karena penasaran ia menggerakkan lengan Irene.
"Astaga, Irene. Badan mu panas sekali." Jennie panik dengan kondisi Irene
"Euhmm.. Jen, aku kedinginan.."
"Ayokk kita siap-siap ke rumah sakit. Aku akan membantumu."
Perlahan mereka keluar dari kamarnya berbarengan dengan Wendy dan Elgi.
"Irene... Ehh Irene..." Jennie panik melihat sekelilingnya. Matanya melihat dua pria dibelakangnya.
"Apa kalian bisa membantuku? Teman ku pingsan, dia demam.."
Wendy langsung menghampiri. ''Haaaa... wanita ini?" Gumamnya pelan
Wendy langsung menggendong Irene dan memasukkannya kedalam mobil. Mereka berempat pun pergi ke Rumah Sakit.
.
.
.
.
Wendy yang mau pergi ditahan oleh Jennie.
"Sebentar, boleh aku meminta nomor mu? Ehmm jangan salah paham, itu biar Irene mengucapkan terimakasih jika dia sadar nanti.."
"Baiklah, kedengarannya bagus.."
"Haa?"
"Wen...ayokk.." Ajak Elgi
..
.
.
Seminggu sudah berlalu drama Irene yang menderita demam, hingga mereka harus mendengarkan ocehan Rosi selama seminggu penuh.
"Udah kamu tenang aja Jen. Desain bajunya udah aku buat kok. Aku yakin bos kita akan senang.."
"Iya semoga aja, aku lelah Irene.."
"Eh tunggu dulu, kamu udah ngucapin makasih sama cowok yang udah nolongin kita waktu itu?" Jennie langsung duduk dari posisi rebahan tadi
"Haa.. emang penting ya Jen?" Irene meneguk kopi hangat yang baru ia buat
"Astaga Irene. Kalau mereka tidak ada, aku sudah menggeretmu dari lantai 4 kebawah.." Jennie sudah memasang wajah pasrah atas kelakuan sahabatnya ini
"Hahaha...iya baiklah. Nanti aku akan menghubunginya.."
"Good. Mana tau kalian punya rasa yang sama.."
"Sama?"
"Iya, sama-sama gila.." Irene melempar Jennie dengan boneka kelincinya
"Sialan.."
Lanjut gak sih ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Secuil Tentang Rasa (PART 1)
Short Storyberdua lebih baik, awas loh ada syaiton~ next ke lapak "DUA HATI SATU RASA" ygy