"Wendy, I love you..." Teriak Irene membentangkan tangannya, menikmati sejuknya angin menerpa kulitnya
"I love you too Irene.." Balas Wendy memeluknya dari belakang
"Wen, jangan pernah berubah ya. Tetaplah seperti ini. Jangan pernah tinggalkan aku.." Irene menatap Wendy mengelus pipinya dengan lembut
"Iya Irene, aku sangat mencintaimu.." Wendy memberikan ciuman yang hangat
.
.
.
"Aku mau es krim. Titik!!" Irene ngambek gara-gara Wendy telat menjemputnya
"Baiklah, aku akan membelikannya yang banyak. Maaf ya membuat mu menunggu..." Wendy mengelus pipi Irene
"Lettgoooooo..." Ucap Irene menarik Wendy dan menggandeng lengannya
Semua kenangan manis itu berputar seperti rekaman video. Betapa bahagianya mereka bukan? Tapi kenapa, kenapa Irene mulai berubah. Perasaannya, sikapnya, bahkan Wendy harus banyak mengalah seperti apalagi. Sungguh ini menyiksa.
.
.
.
.
"Aku bosan Wen.."
"Coba bilang, kamu mau apa?"
"Aku pingin liburan.."
"T-tapi aku masih sibuk Irene. Emm, Bagaimana jika dua minggu lagi.."
"Ahh lupakan saja. Tolong antar aku pulang saja ya.." Wendy hanya menurut tanpa ada perdebatan
.
.
.
"Irene, aku mohon bersabarlah. Aku janji, aku akan segera menjadikan mu milikku." Gumam Wendy yang sedang melukis
Iya, Wendy bisa dikatakan pria yang sangat multitalent. Ia memang sangat pintar melukis, menyanyi, memainkan alat musik dan satu lagi pintar memasak.
Wendy juga memiliki toko roti sendiri. Tokonya tidak besar, tapi penikmatnya selalu ramai. Karena selain enak, harga terjangkau, karyawannya juga sangat ramah seperti pemiliknya. Alasan toko roti ini dia buat, karena pujaan hatinya sangat menyukai roti. Konyol bukan? Apakah ini defenisi cinta itu tak ada logika?
.
.
.
Malam ini mereka sudah berjanji akan pergi makan malam. Wendy sudah menunggu setengah jam, Irene juga tak kunjung datang. Padahal tadi Wendy ingin menjemput Irene. Namun Irene mengatakan akan langsung menyusul ke restorant nya saja.
Ponsel Irene sama sekali tidak bisa dihubungi. Wendy sungguh sangat khawatir jika sesuatu terjadi dengan kekasihnya. Ia memutuskan pergi dari sana dan di pertengahan jalan pesan dari Irene masuk.
Maaf, aku terlalu sibuk Wen. Ponsel ku tadi habis baterai. Sekarang aku sudah di apartemen. Besok saja ya kita makannya.
Iya Irene. Kamu istirahat ya. I love you
.
.
.
"Irene, kamu mau nonton apa?"
"Terserah kamu aja Wen.."
"Kan kamu yang ngajak nonton, kamu pilih saja aku tidak masalah.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secuil Tentang Rasa (PART 1)
Contoberdua lebih baik, awas loh ada syaiton~ next ke lapak "DUA HATI SATU RASA" ygy