***
***
***
"Kakak!"
Seruan Nyonya Koch membuat beberapa kepala di aula utama menengok ke arahnya dan melihat sekeliling, bertanya-tanya akan siapa yang dimaksudnya.
Wanita tua yang mulai tak kurus lagi itu berjalan cepat -hampir berlari malahan- ke posisi di mana Tuan Bauer berdiri. Pria tua dengan rambut putih panjang dikuncir rapi itu sudah memasang ekspresi bingung begitu mendengar seruan Nyonya Koch.
Jean mematung saat menyadari apa yang terjadi.
"Aku baru tahu kalau mereka saudara." Gumam Mary cukup keras.
"Mereka tak terlihat selayaknya saudara," tambah Jean.
Mereka berdua hanya berdiri sesaat melihat Nyonya Koch berbicara dengan raut muka cemas pada Tuan Bauer.
Melihat reaksi kepala pelayan rumah itu pasti bukanlah kabar baik, Jean pikir.
"Ayo," ajaknya ke Mary untuk berjalan lagi mengantarkan kain-kain kotor ke tempat cuci.
"Sebentar,"
Jean menengok ke arah pandangan Mary yang baru saja mencegahnya pergi.
Tuan mereka tengah menuruni tangga dengan setelan baju santainya -baju dalam beserta vest dan celana, dia berjalan ke arah dua kepala pelayannya yang masih sedang berbicara.
"Jarang-jarang 'kan kita bisa melihatnya," ujar Mary dengan sumringah.
Jean mendengus pelan,
"Kalau kau ingin terus melihat harusnya minta kerjaan di kandang kuda saja pada Jerry."
Dengan secepat kilat Mary menengok ke arahnya.
"Dari mana kau tahu Yang Mulia sering ke kandang kuda? Kau sering melihatnya?"
"Bukan, Emily yang cerita."
"Ah..." Mary menganggukkan kepala pelan sambil terpikirkan ide yang cemerlang untuknya sendiri.
"Ayo." Jean mendorongnya untuk berjalan lagi.
Hari itu berjalan seperti biasa, dengan bisik-bisik di koridor dan suara cekikikan para gadis saat menerima kerlingan mata dari para ksatria yang sedang berlatih pedang di halaman. Rosier Chateau tampak lebih hidup sejak kepulangan pemilik mudanya dan rombongan ksatria sebulan yang lalu. Dan sekarang mereka sedang bersiap diri ditinggal lagi oleh tuan mereka ke ibukota untuk menghadiri musim sosial tahunan sekaligus pengangkatan resmi tuan mereka sebagai Grand Duke Rosier..
"Ini terlalu cepat." Gumam dramatis Mary sembari melipat rapi sprei kering dan bersih.
"Pasti Yang Mulia belum puas berada di rumahnya, dan sekarang harus pergi lagi." Lanjut gadis berusia dua puluh dua tahun itu.
"Yang Mulia atau kau yang belum puas, 'hmm?" Sahut Jean tanpa memberikan perhatiannya.
Mary hanya menghela napas keras.
"Seharusnya kau merasa beruntung Yang Mulia tidak langsung tinggal di istana. Bukankah Yang Mulia harusnya hadir di sana selama perayaan kemenangan berlangsung? Tapi malah menundanya sampai musim sosial-"
Belum sempat Jean mengakhiri kalimatnya, pintu ruang linen dibuka keras. Nyonya Koch masuk diekori Tuan Bauer.
"Jean! Ternyata kau di sini, aku cari-cari tadi-"
"Ada tugas penting yang harus kau lakukan. Ayo ikut aku!"
Gerutuan Nyonya Koch terpotong oleh ajakan Tuan Bauer.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Escape
Romance𝑹𝒐𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆 𝑭𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔𝒚 Seorang Saintess yang dimuliakan di penjuru Kerajaan Syca, memilih kabur dari kuil yang telah membesarkannya, hanya karena merasa muak dengan semua masalah yang dilimpahkan padanya untuk diselesaikan. Sementara itu, tan...