***
***
***
Makan malam pertama yang telat, dihadiri oleh Lady Elaine dan Countess Devon di Arcus Hall berlangsung dengan atmosfer yang sulit Jean deskripsikan. Dari posisinya di ambang pintu koridor ke ruang makan sana, Jean bisa merasakan kebingungan Lady Elaine dalam mencari topik untuk membuat Louis Archer berbicara lebih selain kata balasan iya dan tidak padanya. Padahal jika Countess Devon yang bertanya, pria itu mampu mengutarakan sampai lima kata.
Jean kembali duduk di seberang Nyonya Spinner yang tengah mempersiapkan bahan makanan untuk dimasak besok pagi, ikut membantu lagi. Sementara lima orang masih setia berdiri di ambang pintu itu, mengintip ke area makan. Kelima pelayan sewaan yang biasanya langsung pulang begitu makan malam dihidangkan, dengan senang hati menetap lebih lama agar dapat menyaksikan interaksi antara Lady Elaine dengan Grand Duke muda dari Rosier itu. Sedangkan pelayan baru Sally dan Hannah berkesempatan langsung berada dalam seruangan dengan bangsawan-bangsawan itu, seperti Benjamin dan Greta, pelayan pribadi Lady Elaine.
"Aku sudah tahu selera Yang Mulia," Pernyataan Jean langsung merebut perhatian ke-enam orang di ruangan.
"Wanita lebih tua darinya, kalau bisa yang usianya lebih dari lima puluh tahun."
Satu ikat seledri datang dari seberang hampir saja mencambuk mukanya kalau saja ia tak refleks mundur. Dan rotasi berpasang-pasang mata juga terlempar ke arah Jean menanggapi lanjutan pernyataan tadi.
"Hush! Jaga bicaramu!" desis Nyonya Spinner tak ingin didengar keluar ruangan, seraya memberikan tatapan galaknya.
Si pelayan Rosier cekikikan dalam hati melihat reaksi mereka, sementara hanya ekspresi datar yang keluar.
"Aku serius. Dia bahkan tidak bisa mengeluarkan satu kalimat sempurna padanya. Hanya 'oh', 'iya', tidak pernah', 'baguslah'." Jean mencoba menirukan cara membalas majikan mereka kepada Lady Elaine. Nyonya Spinner menggelengkan kepala malas menanggapi.
Sifat dingin pria itu seolah dikeluarkan semua malam ini. Setelah baru muncul lewat dari jam makan malam normalnya, pemuda yang menjadi topik panas di ibukota minggu ini, mengambil waktunya dengan sangat leluasa untuk berganti pakaian yang biasa ia kenakan sehari-hari. Membuat penantian kedua tamu kehormatan tersebut terkesan sia-sia. Lady Elaine yang bersikukuh untuk tetap menunggu kehadiran sang tuan rumah yang didamba. Sementara kesabaran Countess Devon yang duduk di sampingnya mulai terkikis habis. Beruntung, Louis Archer tiba sebelum wanita tua itu sempat hengkang dari kursi. Dan kemunculannya seolah menghidupkan kembali rona cahaya di wajah Lady Elaine.
Jean merasa kasihan pada putri bungsu Lyre. Ia juga tak tahu, selain penuh kecurigaan, tuannya bisa bersikap se-menjengkelkan sekarang. Dan itu malah berujung meninggikan ego Countess Devon, Jean yakin. Wanita tua kurus kering itu pasti merasa perannya begitu penting di sini sebagai penghubung antara gadis kurang pengalaman dengan si pujaan hati, melihat Louis lebih menanggapi basa-basinya terlepas ekspresi dasar dan jenuh yang tergambar jelas di wajah rupawan itu.
Sangat berbeda dengan lelaki yang mengajaknya bicara panjang lebar dua malam sebelumnya. Yang bahkan sempat menawarinya waktu untuk tidur lebih lama setelah begadang. Tapi sayangnya, hari itu Jean sudah kembali terbangun sesaat si kepala dapur datang. Jam tubuhnya sudah tersetel.
Sifat dingin itu entah mengapa mengingatkan Jean pada personanya waktu di bak mandi saat insiden konyol itu terjadi. Memori yang sepertinya telah disepakati untuk tak diungkit lagi.
"Apa besok aku bisa izin keluar sebentar, Nyonya Spinner?"
Kepala dapur yang sekarang mendadak merangkap menjadi butler untuk Arcus Hall, melemparkan tatapan bertanya ke arahnya, tampak cukup terkejut dengan peralihan topik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Escape
Romantizm𝑹𝒐𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆 𝑭𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔𝒚 Seorang Saintess yang dimuliakan di penjuru Kerajaan Syca, memilih kabur dari kuil yang telah membesarkannya, hanya karena merasa muak dengan semua masalah yang dilimpahkan padanya untuk diselesaikan. Sementara itu, tan...