02. The Return

182 29 25
                                    

***

***

***

Lima tahun telah berlalu.

"Jean!"

Wanita muda dengan rambut hitam berkepang acak menghentikan langkahnya mendadak karena panggilan itu dan menengok ke belakang di mana wanita tua yang semakin berisi dibanding lima tahun yang lalu saat pertama kali mereka bertemu, berjalan cepat ke arahnya dengan napas tersengal-sengal.

"Iya Nyonya Koch?"

"Bantu Juliet dan Mary membersihkan kamar Yang Mulia! Mereka kurang tangan! Itu biar Emily yang urus. Cepat sana!" Nyonya Koch merebut kain sprei dan selimut kotor yang ada di tangan Jean sebelum mendorongnya pergi ke arah tangga utama.

"Bisa-bisanya mereka malah bermain."

Gerutuan wanita lima puluh tahun itu terdengar sekilas sesaat Jean menaiki tangga menuju sayap kiri Rosier Chateau, di mana ruang-ruang pribadi pemilik kediaman berada.

Para pelayan terlihat keluar masuk dari pintu-pintu yang berjajar di sisi koridor. Ini adalah minggu-minggu tersibuk kedua yang Jean rasakan di kediaman Grand Duke setelah setahun yang lalu. Rosier Chateau sedang mempersiapkan diri menyambut kedatangan pemilik mudanya.

Tidak, bahkan seluruh Syca tengah bersiap.

Perang akhirnya selesai setelah lima tahun terjadi, dan Kerajaan Syca berhasil menjadikan wilayah Sheaniel wilayah yurisdiksi kerajaan Syca setelah memukul mundur Kerajaan Thothage. Para prajurit yang tersisa sudah dalam perjalanan pulang, tinggal menunggu hari hingga mereka tiba di ibukota dengan kemenangan besar.

Rakyat Syca tentu sangat gembira, apalagi Raja Credence dan permaisurinya, Jean tebak.

Keponakan mereka menjadi bidak catur yang patuh dan sesuai yang diharapkan dengan dalih balas dendam. Insiden yang terjadi dalam perundingan lima tahun lalu, tentu seolah menjadi langkah menuju kejayaan Kerajaan Syca sekarang. Merebut wilayah kerajaan -meskipun terbilang kecil- hanya dalam lima tahun adalah sebuah kesuksesan besar, melihat lawannya merupakan wilayah terkenal bengis. Apalagi jika itu bukanlah tujuan awal.

Atau mungkin tujuan yang disembunyikan.

"Jadi, apa kau akan pindah sebentar lagi?" Suara Juliet terdengar menggoda bercanda.

"Apa maksudmu?" Elak Mary tak terima.

"Kau bilang akan pindah jika Yang Mulia kembali, ini sudah lima tahun sejak kau di sini, kuingatlan jika kau lupa." Sahut Jean ikut bermain.

Dua pelayan itu tengah mengelap meja dan permukaan lainnya yang berdebu ketika ia tiba di sana.

"Iya, tapi bukan berarti aku akan langsung keluar. Yang benar saja! Aku sudah menunggu di sini selama lima tahun, masak aku tidak bisa sekedar bertemu dengan Yang Mulia Pangeran Louis?! Sangat Percuma!" Pekik Mary dramatis.

Jean mulai membantu dengan memasang tirai jendela yang telah dibersihkan.

"Tapi bukannya kau punya prinsip maksimal lima tahun untuk keluar?" Timpal Juliet kembali dengan seringaian.

"Iya, iya, iya, terserah kataku, 'kan?" Sungut Mary seraya menepukkan dua batal untuk mengeluarkan debu.

Prang!

sebuah vas keramik pecah, terjatuh dari posisinya ke lantai terkena salah satu bantal Mary.

Tiga suara keras napas tercekat keluar bersama, semuanya mematung.

The Saintess' EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang