16. Old People, Old Times

79 10 7
                                    

***

***

***

Arcus hall sedang sibuk-sibuknya dalam tiga hari ini. Dua kamar tamu sudah dipersiapkan agar lebih nyaman lagi untuk ditempati, terlebih si pemilik sementara adalah seorang wanita bangsawan. Meskipun si Grand Duke muda tak berpesan apapun saat menyuruh mereka mempersiapkan kamar-kamar yang akan dipakai, tapi dengan ekstra Nyonya Spinner memilihkan warna-warna pastel, seperti kelopak bunga hydrangea yang mulai bermekaran di taman tengah kediaman. Apalagi jika dipadukan dengan interior Arcus Hall yang menggunakan motif kayu-kayu muda dan cat putih. Menurut Jean sangat cocok dengan citra nona muda Lady Elaine Lyre.

Putri bungsu dari ketiga bersaudara keluarga Lyre itu sangat terkenal akan kecantikan yang jelita sejak awal debutnya yang ternyata baru setahun yang lalu. Dari rumor yang beredar, gadis berumur delapan belas tahun itu juga telah banyak menerima proposal dari berbagai kalangan bangsawan. Tapi tentu saja, sekelas keluarga Duke pasti menginginkan posisi yang tinggi dan sepantasnya jika bisa. Terlebih Syca punya dua calon menantu pria dengan kedudukan dan latar belakang yang besar. Kalaupun tak bisa mendapatkan jatah kursi putri mahkota Syca, menjadi nyonya dari Dukedom Rosier pun tak apa, apalagi ditambah dengan adanya hubungan darah langsung dari keluarga aristokrat Sheaniel.

Duke Lyre pasti cukup puas, Jean tebak, karena telah mengizinkan putri kecilnya berada satu atap dengan pria lajang tanpa ikatan. Mungkin akhir musim ini semuanya akan bisa terealisasikan.

Pernikahan antara dua Dukedom, Rosier dan Lyre, akan menjadi penguat kedudukan Putra Mahkota Lucas di kursi tahta, dilihat dari sejarah Duke Lyre yang selalu menyatakan dukungan pada Permaisuri Eleanor saat ia masih menjadi selir.

Atau malahan, bisa menjadi kekuatan baru bagi si Gand Duke muda Louis jika ia memang punya ambisi tinggi. Itu mungkin akan menjadi sejarah besar juga bagi Syca, sebuah penggulingan tahta. Semuanya memang tak ada yang mustahil, dan Jean lagi-lagi terlalu jauh berpikiran ke sana.

Dari jauh, kereta kencana putih mewah dengan lambang bunga teratai ungu mulai terlihat memasuki pelataran Arcus Hall yang tampak sederhana jika dibandingkannya.

"Bisa-bisanya dia telat muncul di waktu-waktu seperti ini." Gerutuan panik Nyonya Spinner terdengar dari depan Jean. Ia tahu siapa yang dimaksud kepala pengurus kediaman itu. Siapa lagi kalau bukan tuan mereka, yang menjadi topik hangat tiap jamnya di ibukota More, tak menampakkan diri saat ada tamu kehormatan datang sesuai perkiraan jadwal.

Pria itu berpesan untuk menyambut dengan hangat Lady Elaine jika ia belum pulang dari kesibukan bisnisnya. Seolah memang sudah bersiap untuk terlambat, dan sekaligus mengirimkan sinyal penolakan pada proposal penyatuan keluarga dari Duke Lyre sedari awal. Sebuah hal yang berbalik dari pemikiran Jean tadi. Seharusnya ia tak terkejut lagi menilik reaksi pria itu semenjak Benjamin mengatakan isi surat pengantar beberapa hari yang lalu. Tapi ia masih tak menyangka, setidak tertarik itu Pangeran Louis pada Lady Elaine hingga membiarkannya datang tanpa sambutan dari si tuan rumah langsung.

Kereta bangsawan tadi akhirnya berhenti di depan pintu masuk kediaman, di mana Jean berdiri bersama Nyonya Spinner yang memasang senyum lebarnya di tengah rasa panik, dan dua pelayan baru, Sally dan Hannah, yang akan ditugaskan untuk membantu keperluan Lady Elaine selama di Arcus Hall.

Si tuan kusir secara kilat menurunkan bagasi-bagasi barang pribadi majikannya, yang dengan sigap dibantu oleh Jeremy, menantu dari Nyonya Spinner. Bersamaan satu pelayan keluar lebih dulu dari dalam kereta sebelum membantu nona-nya turun. Seorang gadis pirang yang beranjak dewasa tampak anggun memakai gaun biru lembut yang cukup mewah untuk dipakai selama perjalanan jauh, berdiri dengan ekspresi ganjil memandangi para orang yang menyambutnya. Sementara itu, masih ada satu penumpang lagi yang turun dari kereta.

The Saintess' EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang