𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒍𝒖𝒅𝒆 -𝟓- 𝑭𝒊𝒓𝒔𝒕 𝑴𝒆𝒆𝒕𝒊𝒏𝒈

37 8 2
                                    

***

***

***

Kuda coklat gagah berpacu sendirian dengan begitu cepat nan lantang di tengah gelapnya dini hari bersama penunangganya, membelah hutan belantara sepanjang perjalanan impulsifnya ke kota suci Itsvia. Dari Rosier, melewati Morè ke Renant, hanya ada perasaan tak nyaman yang terus membayangi sejak ayahnya memutuskan untuk pergi siang nanti sebagai penengah dalam perundingan penuh ketegangan dekade ini, antara Raja Sheaniel dan Raja Thothage.

Hubungan keduanya yang sejak lama tak baik menjadi semakin buruk, bermula ketika Putra Mahkota Sheaniel mengalami kecelakaan dua bulan lalu di wilayah abu-abu antara Sheaniel dan Thothage saat menginspeksi. Teluk Bantry yang katanya banyak menyimpan berbagai mineral yang bisa ditambang selama berabad-abad, menjadi rebutan sejak lama. Sementara Sheaniel secara sah berhasil mendapatkan bagian besar wilayah itu dengan perjanjian dèthaobhach. Meskipun begitu, tak membuat Thothage mundur. Rajanya membangun benteng dan markas tepat di garis batas wilayah.

Kecelakaan putra mahkota Sheaniel semakin menjadi pemicu ketegangan. Terlebih sampai sekarang kabar keadaannya masih sekarat belum sadar dengan luka benturan di kepala. Dari pihak Sheaniel menuduh Thothage yang menyebabkan insiden satu orang tanpa saksi itu, sementara Thothage merasa tak terima. Permasalahan batas wilayah mereka diungkit kembali.

Memang ide ayahnya yang berinisiatif menjadikan Syca sebagai penengah antara kedua kerajaan tetangga yang bersitegang. Lalu paman dan bibinya menawarkan Louis untuk mediator kepada ayahnya lebih dulu, tapi pada akhirnya Charlus menolak dan mengajukan dirinya sendiri. Terlebih ayahnya yang menantu dari Raja Sheaniel, dan merasa sang putra masih terlalu muda yang hanya akan terlihat kurang cakap di mata orang-orang tua kolot itu, meskipun sang ayah yakin Louis cukup mampu.

Tapi entah kenapa memikirkan perundingan itu, perasaannya dipenuhi kekhawatiran dan membuatnya terjaga semalaman, hingga melakukan perjalanan jauh yang mendadak ini ke Kuil Agung Viada kota Itsvia, cuma demi menemui Sang Saintess yang katanya tahu segalanya.

Ternyata tiba juga saat di mana ia akan memakai jasa orang suci itu, batin Louis penuh sarkasme.

Dalam benaknya, Saintess Vivienne tak lebihnya seorang pendongeng, sama seperti para peramal yang Permaisuri Eleanor sangat percayai. Tapi banyak juga karangannya yang menjadi kenyataan -entah itu hanyalah kebetulan semata atau fabrikasi, sehingga membuat banyak orang percaya kalau dirinya memanglah anak suci Dewi Viada, seperti yang Cardinal Kuil nyatakan empat belas tahun silam.

Namun, baru saat ia berumur tujuh belas tahun, si Saintess membuka praktik dongeng-nya secara umum dan terstruktur, dengan julukan yang lebih terkenal sesi 'penunjukkan arah'. Orang akan datang ke kuil dengan persembahan se-ikhas mereka sebelum menceritakan masalahnya, dan Saintess akan memberikan petunjuk berdasarkan wahyu Dewi Viada yang diterimanya.

Itu yang Louis dengar dari banyak gosip yang sampai di wilayahnya. Ia sendiri tak pernah ikut memusingkan segala rumor yang mengelilingi figur itu. Kabar yang paling heboh akhir-akhir ini tentang Saintess, adalah kebenaran prediksinya yang mencengangkan pada petunjuk yang ia berikan pada Saudagar Moreau, yang sekarang sudah membeli gelar Baron-nya setelah setahun memanen emas berlimpah dari tambang Dupont yang baru didapatnya dari pelelangan. Meninggalkan Marquis Fornier bersama tambang sisa yang sebelumnya digadang-gadang akan menjadi pintu kejayaannya.

Di setiap kesempatan, Baron baru itu dengan semangat menceritakan ke semua orang betapa agungnya kekuatan yang dimiliki Saintess Vivienne, memuji sosok itu dengan tinggi, hingga para bnagsawan ibukota semakin ikut tertarik juga untuk mencoba peruntungan.

The Saintess' EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang