𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒍𝒖𝒅𝒆 -𝟑- 𝑭𝒐𝒓𝒏𝒊𝒆𝒓'𝒔 𝑷𝒍𝒂𝒏

118 13 0
                                    

***

***

***

Bagaimana bisa dia sampai di situasi yang mengerikan seperti ini?

Vivienne tak bisa berpikir di tengah rasa panik dan takutnya. Tangannya terikat, secara literal dan tidak. Dan tali yang mengikatnya terasa sangat kuat hingga telapak tangannya mulai mendingin. Ia bahkan tak tahu di mana dirinya dikurung sekarang. Mungkin masih di Morè, atau mungkin sudah keluar ibukota, ia tak tahu. Yang jelas ini masih salah satu gudang persembunyian serikat Elang Perak. Berteriak meminta tolong pun sepertinya tak ada gunanya di tempat yang terdengar sunyi itu.

Seluruh kerja kerasnya mengumpulkan informasi tambang Viscount Auger terasa sangat sia-sia jika dibandingkan dengan taruhan nyawa seperti ini. Dirinya merasa bodoh.

Seharusnya ia karang saja syair ramalan, prediksi, petunjuk, atau apapun itulah pada si pria tua gendut serakah, Saudagar Moreau. Bukan dengan menyusahkan dirinya seperti ini, menyuruhnya untuk menunggu, sementara dirinya susah payah mencari 'petunjuk' Dewi Viada yang welas asih.

Benar memang, rasa ingin tahun akan membunuh kucing itu sendiri. Seperti yang terjadi pada Vivienne dengan rasa penasarannya pada apa yang sesungguhnya terjadi di balik misteri pelelangan tambang besar terkenal penghasil emas milik keluarga Viscount itu.

Atau mungkin ia seharusnya menyalahkan saja pada dirinya di masa lalu yang memutuskan untuk meminta bantuan informan serikat gelap. Ia sendiri tak tahu kenapa para binatang bedebah itu malah mengikatnya seperti ini. Pembayaran sudah sesuai kontrak mereka, biarpun besarannya sangat tak masuk akal untuk sekedar memastikan informasi pelelangan dan nominal yang akan dibuang Marquis Fornier.

Ternyata dirinya masih terlalu naif, bisa percaya kalau segalanya akan berjalan sesuai kesepakatan. Memegang janji para manusia seperti mereka adalah sebuah kemustahilan, ia harus mematri di otaknya akan hal itu. Mereka saja bekerja mencari informasi untuk dijual, apalagi kalau ada tawaran dari pihak lain yang lebih menggiurkan, persetan dengan pihak pertama. Ia tak tahu pihak mana yang menyuruh mereka untuk menawannya, mungkin Viscount Auger atau bisa juga Marquis Fornier.

Dan sekarang Vivienne terjebak. Ia hanya perlu berhasil untuk kabur dari sini, semua informasi yang ia inginkan pun sudah ia kantongi. Ia yakin Saudagar Moreau itu akan mendapatkan apa yang ia harapkan di pelelangan, meskipun bukan tambang yang dimaksud yang ia akan dapat nanti. Tapi tetap saja dia akan mendapat keuntungan yang lebih besar di masa depan. Membeli jasa para informan gelap itu untuk menyelidiki rencana Marquis Fornier beralih ke rencana Viscount penggila judi.

Viscount Auger, Vivienne akui, adalah orang yang licik. Menyebarkan rumor dan berita betapa malangnya keluarga mereka saat rumah kasino meminta tambang-tambang emasnya sebagai penutup hutang judinya sendiri.

Namun rupanya, negosiasi masih bisa dilakukan di balik layar, dan jadilah acara pelelangan dua tambang itu. Tambang Berlioz yang paling terkenal sejak dulu merupakan penghasil emas terbesar di Syca, sementara tambang Dupont merupakan tanah tambang yang baru akan dibuka tak memiliki pamor. Dan yang membuat tambang Berlioz menjadi primadona pelelangan adalah karena tersebarnya desas-desus rumor bahwa Dupont tak memendam emas sebanyak Berlioz, dan hanya berupa tanah keras. Apalagi ditambah dengan raungan menyedihkan Viscount Auger soal betapa ia akan kehilangan kekayaannya karena Berlioz tak akan jadi miliknya lagi.

Namun Vivienne mengambil kesimpulan lain saat mengetahui bahwa ada kesepakatan lain antara rumah kasino dengan si Viscount, hutang judinya akan langsung lunas jika salah satu tambangnya bisa berhasil mencapai angka yang mereka inginkan, dan ia bisa mengambil kembali tambang yang tidak laku.

The Saintess' EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang