11. The Ink Bottle

86 13 0
                                    

***

***

***


Hujan kemarin akhirnya berhenti baru tadi pagi, dan matahari seolah memamerkan sinarnya dengan ceria, begitupun langit yang tak kalah dengan mengeluarkan warna biru terbaiknya di musim ini. Semuanya tampak segar dan bersemangat dengan senyum cerah. Sementara Jean duduk di salah satu bangku di dapur, menghadap jendela dengan pemandangan bunga-bunga cantik yang bermekaran selepas badai.

Namun sayangnya, ia tak bisa menikmati segala hal indah itu dengan santai. Ia berkutat dalam kepalanya sendiri sejak menyelesaikan pekerjaan bersih-bersihnya tadi, dan sekarang membuat banyak alternatif rencana untuk keberlangsungan hidupnya jika ia keluar dari Rosier.

Perasaan malu kemarin begitu membekas dan menambah pasti keyakinan Jean untuk pergi. Bahkan dirinya sudah bersiap-siap jika akan dipecat, meskipun dirinya sama sekali tak punya persiapan setelah itu. Palingan juga ia akan tidur lagi beberapa hari di penginapan, dan uang simpanannya pun masih sangat cukup.

"Kenapa kau tidak ikut pergi saja ke alun-alun dengan pelayan lain? Daripada menghela napas terus di sini seperti orang yang terpaksa menyangga dunia." Ucapan jengkel terdengar dari belakangnya tak terhiraukan, tapi setidaknya menyadarkan Jean kalau masih ada makhluk hidup lain di ruangan.

"Nyonya Spinner, apa kau ada lowongan pekerjaan lain?" tanyanya tanpa mengalihkan mata dari pemandangan luar dan tangan masih menopang dagu. Wanita tua itu tengah mengupasi bawang putih, meskipun persediaan masih ada banyak, tapi tangannya merasa tak bisa diam begitu saja, ujarnya. Orang yang sangat produktif, pikir Jean.

"Kenapa? Kau sudah bosan jadi pelayan?" Nada ketus keluar dari belakangnya, tak terdengar ada pergerakan lain.

"Iya," jawab Jean sekenanya ringan.

Lalu terdengar decakan keras menghakimi, meskipun tak melihat langsung ia bisa menebak Nyonya Spinner menggelengkan kepalanya tak setuju.

"Padahal kerja di sini sangat menguntungkan, kau hanya perlu melayani satu orang. Makanan pun kau tak akan kesusahan mencari lagi, kau juga punya atap dan ranjang yang hangat. Kalau kerja di luar sana, belum tentu akan mendapat semua ini,-"

"Kalau lowongan pelayan di kediaman lain bagaimana? Ada?" Jean memotong dan baru membalikkan badan ke arah wanita tua itu yang sekarang terdiam berpikir kelewat lama dengan mata semakin menyipit sebelum akhirnya membuka lebar.

"Aha! Kau pasti sangat bosan jadi pelayan di sini makanya mau pindah ke kediaman lain! Kau pasti sangat ingin merasakan pesta bangsawan seperti pelayan-pelayan itu, 'kan?" tuduhnya dengan cengiran menggoda.

Sesaat Jean ingin menyangkal, tapi langsung ia urungkan. Berpikir kalau hal tadi alasan yang masuk akal dibanding alasan sebenarnya. Dan Jean mengangguk.

"Iya, di sini terlalu sepi untuk wanita muda sepertiku. Selama aku bekerja, keluarga Grand Duke belum pernah mengadakan pesta, jadi aku juga ingin merasakan suasana pesta seperti itu." dalihnya dengan sedikit bumbu memelas.

Nyonya Spinner hanya menggelengkan kepalanya dengan senyum mengejek.

"Kasihan dirimu! Dulu waktu aku muda saat Grand Duchess masih hidup, hampir tiap musim beliau mengadakan pesta, dan pestanya sangatlah meriah. Acara Grand Duke Archer adalah yang paling ditunggu-tunggu tiap musimnya, kau tahu. Sangat melelahkan setelahnya, tapi menyenangkan."

Iya, Jean juga cukup tahu dan mendengar semua berita itu saat masih di kuil. Keluarga Grand Duke terkenal sangat dermawan, pun sumbangan pada kuil besar dan berbagai organisasi amal lainnya yang mereka dirikan. Seorang filantropis yang populer.

The Saintess' EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang