***
***
***
Ketukan di pintu membangunkan dua insan yang terlelap dalam selimut hangat di saat gemericik suara hujan di luar masih tak terhenti sejak kemarin. Sementara Jean masih diam tak membuka mata ataupun bergerak sedikitpun, orang yang terbangun di sampingnya beranjak dari ranjang dan membuka pintu setelah mengambil dan memakai jubah tidur seadanya yang penting menutup tubuh telanjangnya.
Wajah Belinda Spinner yang pertama kali dilihat Louis dengan mata kantuknya, dalam hati bertanya-tanya jam berapa sekarang melihat ekspresi energik itu. Apalagi kedua mata tuanya yang saat ini membuka lebar penuh rasa penasaran mencoba melirik lebih jauh ke dalam kamar tidurnya. Beruntung Louis hanya membuka sedikit pintu itu hingga apa yang berada di dalam ruang tertutup sepenuhnya oleh tubuhnya.
Kepala pelayan Arcus Hall menelan rasa kekecewaannya dan kembali pada niat utamanya kenapa ia mengganggu pagi yang tenang dan melelahkan si tuan rumah.
"Saya hanya ingin memberikan ini pada Jean jika ia sudah bangun, Yang Mulia."
Satu botol kecil berisi semacam cairan kental putih disodorkan ke arahnya.
"Apa ini salep?"
Nyonya Spinner menganggukkan kepala, "Jean akan tahu sendiri nanti."
Karena tak ingin berlama-lama berdiri dan menghilangkan rasa kantuknya, Louis menerima begitu saja dan ingin segera menutup pintu kembali, tentu saja sebelum Belinda menyempatkan bertanya lagi.
"Apa sarapannya perlu saya siapkan sekarang di ruang makan, Yang Mulia?"
"Nanti akan aku panggil." balasnya singkat dengan suara masih serak pagi sebelum akhirnya menutup pintu.
Menaruh botol kecil itu di nakas sampingnya dan masuk kembali ke dalam selimut setelah menanggalkan jubah tidurnya yang jatuh di lantai begitu saja. Tangannya secara otomatis meraih pinggang wanita yang masih berbaring membelakanginya di ranjang, dan memeluk erat, sementara wajahnya ia benamkan ke tengkuk leher wanita itu yang terekspos, menghirup aroma musk floral yang tercium samar.
Sensasi kulit bertemu kulit di hampir seluruh bagian tubuh terasa hangat menggelitik, apalagi dalam dekapan selimut dan suara hujan yang mengiringi. Perasaan nyaman yang tak bisa hanya dijelaskan dengan kata-kata. Louis merasa bisa membiarkan dirinya tenggelam dalam sensasi tersebut. Membuat pria itu merengkuh lebih erat lagi tubuh dalam dekapannya sekilas, mengekspresikan perasaannya meskipun tak ada penonton yang memerlukan pembuktian.
Sementara ia mengesampingkan banyak emosi lain yang harus ia rasakan dan perjelas. Bahkan memikirkan permukaannya saja sudah membuatnya pening. Untuk sekarang, ia hanya akan mematikan sistem rasa lainnya, terkecuali untuk menikmati perasaan nyaman ini selagi bisa. Terlebih lagi, Louis bisa merasakan wanita dalam rengkuhannya sudah terbangun dengan otak yang telah bekerja penuh.
Jean hanya diam seolah masih terlelap, tapi matanya terbuka begitu pria di sampingnya kembali memeluk.
Dirinya baru saja kehilangan kesuciannya semalam, dan bangun dengan perasaan campur aduk. Ia mencoba mengabaikan perasaan intim serta sisa rasa kepuasan yang didapat dari aktivitas malam mereka tadi.
Dalam kepalanya ada banyak hal yang harus dijawab, penentuan batasan hingga apa saja rugi-untungnya dari interaksi kelewat batas ini. Yang pasti, tak ada keuntungannya sama sekali untuk Jean, apalagi Vivienne si Saintess yang dibenci.
Apa dirinya yang pelayan berakhir menjadi penghangat ranjang untuk majikannya sekarang? Seperti yang dibilang Nyonya Spinner saat pertama kali mereka tiba di Arcus Hall?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Escape
Romance𝑹𝒐𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆 𝑭𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔𝒚 Seorang Saintess yang dimuliakan di penjuru Kerajaan Syca, memilih kabur dari kuil yang telah membesarkannya, hanya karena merasa muak dengan semua masalah yang dilimpahkan padanya untuk diselesaikan. Sementara itu, tan...