10. Fever Dream

99 11 0
                                    

***


***

***


Hujan musim semi mengguyur Morè, ibukota Kerajaan Syca. Awan mendung tiba-tiba lewat dan merusak acara luar ruangan para nyonya bangsawan di siang hari, seolah membuat waktu terjeda dan semua aktivitas mau tak mau dijadwalkan ulang. Keluhan terdengar dan menyebar dari mulut pelayan kediaman satu ke pelayan kediaman lainnya, dan begitulah gosip menyebar. Apalagi dengan adanya pelayan sewaan di ibukota yang bisa leluasa melompat dari satu townhouse ke townhouse lain.

Sepanjang siang Jean mendengarkan obrolan Nyonya Spinner dengan para pelayan lain. Tak banyak pekerjaan di Arcus Hall karena cuma melayani satu tuan mereka yang sekarang sedang pergi. Semua linen sudah rapi diganti dan wangi. Debu-debu sudah dibersihkan dan tak tampak lagi sejauh penglihatan. Serta tiap vas sudah diisi berbagai bunga segar dan harum semerbak setiap kali Jean lewat.

Sejujurnya ia tak begitu mendengarkan tukar gosip mereka, kepalanya cukup jauh berada dalam renungannya sendiri setelah ia bicara dengan Benjamin tadi pagi sebelum mereka berangkat pergi. Valet baru itu terlihat sudah mulai beradaptasi dengan kebiasaan tuannya. Dan Jean pikir mungkin dia bisa kembali ke Rosier Chateau lebih awal, sendirian. Mungkin akhir bulan ini kalau memungkinkan, lebih cepat akan semakin lebih baik untuk menenangkan kegelisahannya. Meskipun memang tidak ada insiden yang menegangkan selain tatapan kecurigaan tuannya, tapi akan lebih baik kalau ia segera pergi menjauh dari radar itu. Menghindari bencana tentu lebih dianjurkan, bukan?

Namun sekarang, Jean tak tahu apa ia bisa menanggalkan pikiran waspadanya semenjak interaksi mereka berdua semalam. Atau mungkin ia hanya terlalu berpikir berlebihan atas kecurigaan tuannya yang hanyalah besar di permukaan saja. Iya, Jean bukanlah orang yang selalu berpikiran positif. Ia terlalu sering memikirkan situasi yang paling buruk. Yah, bukanlah masalah besar sekedar untuk berjaga-jaga.

Menetap di Rosier sepertinya masih bisa Jean lakukan, tak usah susah payah kabur dari Syca. Hanya perlu membatasi interaksi dengan dunia luar. Lagipula, sudah tak ada lagi kabar pencarian Saintess Vivienne oleh Kuil Besar yang terdengar. Sepertinya orang-orang kuil sudah menyerah dan tak lagi peduli juga, berpikir kalau Saintess yang mereka besarkan tak berguna lagi, ia tebak. Vivienne pergi di saat pengaruhnya melemah dan sebagian orang mulai tak percaya lagi dengan kekuatannya sebagai Saintess.

Jean ingin menertawakan mereka yang percaya. Dari awal bahkan tak ada yang bisa dipercaya.

Suara langkah terburu-buru Nyonya Spinner membangunkan wanita hampir kepala tiga kurang dua tahun itu dari lamunannya. Dari jendela terlihat sebuah kereta kuda memasuki pelataran Arcus Hall, menerobos hujan deras yang tak kunjung reda. Yang tak lain adalah kereta kuda Yang Mulia Pangeran Louis -ah tidak, tapi Grand Duke Archer muda.

Langkah Jean terhenti di ambang pintu dari koridor dapur seketika ia sadar kalau ia tak perlu juga ikut berdiri di samping Nyonya Spinner di depan pintu utama menyambut tuan mereka. Ia putuskan untuk berdiam diri di posisinya memperhatikan dari jauh, jaga-jaga jika Nyonya Spinner perlu bantuan lain.

Sambutan ramah bercampur khawatir terdengar bersama sodoran handuk tebal. Tapi tak ada tanggapan sekedar basa-basi dari si pria bangsawan itu yang langsung meraih handuk dan berujar.

"Siapkan air hangat dengan ekstra herbal." Perintah tuan mereka tanpa berkontak mata ke salah satu dari dua pelayan di hadapannya, sebelum kemudian pergi berjalan dan menaiki tangga utama.

"A-akan saya siapkan, Yang Mulia."

Nyonya Spinner melempar tatapan menyidik ke valet yang berdiri tak jauh di depannya.

The Saintess' EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang