***
***
***
Hanya ada suara pedang beradu kayu dan napas yang terengah-engah di halaman tengah Arcus Hall yang tak begitu besar. Malam masih panjang dan Louis baru saja kembali dua jam yang lalu dari pesta dansa keluarga Marquis Lyre. Ia pamit pulang lebih awal beralasan karena lelah dan ingin cepat beristirahat, tapi malah di sini dirinya mengayunkan pedang.
Tangannya menurunkan pedang begitu sudut matanya menangkap gerakan dan menengok ke arah sana.
Ini ketiga kalinya Louis melihat siluet putih itu melintas di koridor terbuka, yang tak lain adalah pelayan Rosier, Jean. Meskipun ia tak percaya akan hantu tetapi saat pertama kali melihat wanita itu berjalan dengan cepat ke arah dapur seakan melayang bersama selimut yang memeluk pundak, membuatnya menyipitkan mata untuk memperhatikan lebih akurat, terlebih lagi ditambah suasana Arcus Hall dengan total 3 penghuni yang sunyi di malam hari dan kesuramannya setelah bertahun-tahun tak ditinggali.
Setelah yakin kalau itu adalah sosok manusia nyata dan mendapatinya kembali untuk ketiga kali ini, persepsi Louis berubah tentang pelayan itu dan aktivitas jalan-jalan malam harinya. Selain keahliannya berbahasa yang impresif, ia pikir pelayan itu sama saja seperti pelayan-pelayan wanita sebelumnya, pencari perhatian, berharap lebih pada takdir kebetulan yang disengaja untuk mempertemukan mereka dalam romansa, secara jelasnya Louis pikir pelayan itu sedang menggoda dan diam-diam mendamba. Membuatnya sedikit menyesali obrolan mereka di dapur malam itu, takut dikira memberikan kesempatan. Apalagi melihat suasana dan balutan mereka berdua, cukup tak pantas.
Namun, tak ada interaksi maupun kontak mata yang terjadi. Wanita itu berjalan cepat seperti biasa tanpa mengalihkan pandangan lurusnya ke posisi di mana Louis berada, yakni di halaman tengah Arcus Hall, tempat di mana ia berlatih pedang dan menghabiskan malamnya jika insomnia menyerang. Seakan tak melihat ataupun mendengar bunyi nyaring yang mengisi malam yang hening. Padahal ia yakin suara pedangnya terdengar cukup keras untuk sampai ke koridor dan dapur. Dan persepsi itu sedikit mulai berubah saat ia melihatnya lagi setelah dua hari absen dan dua hari sebelumnya berturut-turut. Mungkin Louis yang terlalu terbiasa berprasangka seperti itu.
Ia menepis prasangka buruk pada pelayan di sana yang mulai hilang sosoknya sesaat masuk ke dapur. Mungkin Jean memang mengambil air minum seperti malam itu, pikir Louis sebelum mengayunkan pedangnya lagi pada training dummy yang tampak sangat digunakan dengan baik, melihat goresan-goresan besar pada tubuhnya.
Berpikir mengenai pelayan itu, ada hal yang masih membuatnya penasaran tentang keahliannya berbahasa. Untuk sekelas wanita desa pinggiran -jika itu benar- bisa dua bahasa, Isidore dan Norman, adalah suatu hal yang menakjubkan. Terlebih untuk seseorang yang tak punya nama belakang, sudah dipastikan kalau keluarganya orang-orang rendah. Tentu, jika yang dikatakan memanglah fakta sebenarnya. Dari alibi yang disampaikan wanita itu, entah kenapa Louis mendapat kesan jawaban yang dibuat dengan buru-buru dan seadanya.
Yah, orang akan selalu menutupi kebohongannya dengan kebohongan kecil lain sampai semuanya terdengar tak sinkron. Tinggal menunggu waktu, pikir Louis.
Untuk sekarang ia akan mencoba membiarkan. Lagipula wanita itu tampak tak berbahaya, lima tahun bekerja di kediamannya juga tak ada masalah dari cerita Tom dan Marge.
Tetapi, sikapnya saat makan malam di hari pertama mereka datang ke sini, masih mengganggu Louis. Bagaimana postur dan gesturnya mencerminkan seorang bangsawan yang sudah sangat terbiasa dengan etiket. Dari mana wanita itu belajar? Dan untuk apa mempelajarinya jika dia benar-benar seorang wanita desa dari County Elsdon?
Louis bahkan menyempatkan diri di sela kesibukannya mencari kabar jika ada putri bangsawan yang kabur atau menghilang dalam beberapa tahun ke belakang, tetapi nihil, meskipun itu bukanlah prioritasnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Escape
Romance𝑹𝒐𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆 𝑭𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔𝒚 Seorang Saintess yang dimuliakan di penjuru Kerajaan Syca, memilih kabur dari kuil yang telah membesarkannya, hanya karena merasa muak dengan semua masalah yang dilimpahkan padanya untuk diselesaikan. Sementara itu, tan...