31. Pawn in Chess

49 8 4
                                    

***

***

***

Puluhan pelayan dengan nampannya sesekali berkeliling menawari kudapan ataupun minuman segar untuk para tamu. Aula masuk paviliun Permaisuri Eleanor yang cukup luas, terlihat lebih meriah dibanding biasanya, karena kehadiran para bangsawan yang memenuhi undangan dengan senang hati. Sebuah acara perayaan kecil untuk Putra Mahkota yang akhirnya siuman setelah lebih dari tiga minggu tak sadar diri. Dan Vivienne ikut menjadi bintang utamanya dalam acara dadakan ini karena berkat kekuatan ilahi Saintess-nya. Itu yang mereka pikirkan semua.

Nyatanya, Vivienne selama seminggu kemarin berusaha menjauhkan bubur kacang itu dari mulut Putra Mahkota dengan susah payah menjadikan dirinya tak terlihat di bawah pengawasan setiap mata pihak, karena tak ingin dicap salah satu musuh besar fraksi kiri ataupun Felicia Plourde. Juga sekaligus secepatnya membuat penawar racun itu berupa arang aktif yang ia minumkan -dengan bantuan Gerty, sebelum sang Putra Mahkota lumpuh total. Ia sangat berharap cara sederhana itu cukup berhasil untuk sekedar membuka mata pemuda bersurai pirang platina itu. Karena Vivienne sendiri tak menemukan penyembuh total untuk kelumpuhan akibat kacang Latirus. Dari yang ia ketahui berdasar kasus di lapangan, orang yang sudah lumpuh akan permanen dan hanya dengan terapi perawatan yang rajin agar bisa beraktivitas normal kembali.

Bukankah itu sangat mengkhawatirkan bagi nasib si Saintess ke depannya?

Vivienne meminta Permaisuri agar ia tak diganggu, yang untungnya dengan penuh kepasrahan sang ibu menuruti dengan berkunjung sesekali tanpa didampingi dayang-dayangnya yang melirik penasaran. Ia meminta juga untuk mengganti semua bahan makanan putranya yang dituruti tanpa pikir panjang. Bahkan permintaan agar Tabib Gervaise agar tak menemui Putra Mahkota Lucas untuk sementara waktu juga diindahkan.

Meski semua tindakannya berjalan dengan penuh curiga dan tudingan dari sekeliling, tak membuat Permaisuri goyah atas keyakinannya pada kekuatan sang Saintess, betapa putus asa-nya wanita itu. Dan Vivienne pikir, Permaisuri Eleanor begitu konyol, sekalipun ia sangat berterima kasih. Untuk beberapa detik, dirinya seakan merasa dapat menggenggam wanita dengan gelar tertinggi tersebut dalam tangannya.

Dan saat pemuda berusia sembilan belas tahun yang terbaring cukup lama itu akhirnya membuka makanya, Permaisuri Eleanor melemparkan kata-kata berterima kasih dan senyum syukur kepada Vivienne sambil memeluk sang anak dengan penuh tangis haru. Dan ia pun juga sangat berterima kasih pada Dewi Viada yang telah memberinya keberuntungan.

Krisis kedua sudah ia lewati dengan cukup kalang kabut. Sekarang tinggal menyusun rencana untuk bisa kabur, mumpung pasien eksklusifnya masih tampak sehat. Karena vivienne sendiri tak tahu lebih tentang penyakit utama Putra Mahkota, dan ia takut akan terjadi komplikasi akibat racun kacang liar yang telah ia konsumsi tanpa sengaja selama dua bulanan itu. Dan sebelum hal menakutkan terjadi, lebih baik Vivienne segera menghilang.

Terlebih, ada hambatan lain yang mengintai dan perlu ia hindari segera.

Kalau saja bisa, ia akan memilih untuk tak hadir di acara yang skalanya seperti pesta dansa saja, dibanding perayaan kecil. Semua tamu bangsawan hadir memakai pakaian mewah dan sikap elegan mendekati arogan mereka. Ia berdiri di kakinya sendiri dengan tak nyaman. Apalagi tadi Permaisuri memberikan sambutan beserta harapannya kepada Vivienne untuk terus merawat putranya yang sekarang duduk di kursi -karena masih perlu dibantu untuk berdiri ataupun jalan- dengan senyum manis tersungging ramah kepada semua orang yang menyapa dan memberi salam. Sambutan itu seolah baru saja mengunci nasib Vivienne ke depannya yang hanya perlu berada di sini Permaisuri. Acara yang tak penting ini malah semakin membuat dirinya ditandai lingkaran merah oleh bangsawan fraksi kiri.

The Saintess' EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang