***
***
***
Jean terbangun di tengah tidurnya untuk ke sekian kali dalam seminggu ini. Dinginnya udara malam di Morè, memaksanya bangun dan pergi untuk urusan toilet, terkadang juga karena alasan kerongkongannya yang kering. Dan seperti malam-malam sebelumnya, suara benturan besi pada kayu keras terdengar di halaman tengah Arcus Hall. Suara itu bahkan adakalanya bisa sampai ke kamar Jean, terdengar seperti orang yang sangat frustasi hingga melampiaskannya pada samsak kayu yang malang.Jean tak menghiraukan, hanya peduli pada keperluannya. Dengan pandangan lurus ke arah tujuan dan ingin secepatnya kembali meringkuk ke ranjang yang hangat.
Jam sakunya menunjukkan pukul satu tengah malam ketika ia terbangun tadi, masih cukup dini, dan pria itu sudah pulang dari pesta debutan keluarga Marquis Bellerose dua jam yang lalu.
Entah karena masalah yang dihadapi tuannya semakin membesar atau ada masalah lain lagi yang menghampiri, suara frustrasi itu semakin lantang tiap sesi malamnya, mengingatkan Jean kembali pada cerita kalau majikannya adalah seorang panglima yang bengis di medan perang.
Wanita itu mengeratkan dekapan selimutnya ketika angin malam menerpa dan membuatnya menggigil sesaat. Lorong koridor terasa sangat panjang dan ujung gelapnya sana seolah akan membawa orang melintas masuk ke dimensi lain. Arcus Hall terasa aneh dengan kecantikan interior dan kesuramannya saat tengah malam seperti ini. Apalagi mengingat selama lima tahun tak ada yang menempati selain Nyonya Spinner yang sesekali untuk menjaga, dan sekarang hanya ada 3 orang yang menghuni tiap malamnya selama semingguan kini.
Kabar kesatria Rosier -Sir Claude- yang akan menyusul juga terdengar diundur, membuat lima pelayan sementara mendesah menyayangkan. Tapi Jean juga tak bisa menjamin bertambahnya satu orang lagi di Arcus Hall akan mengubah suasana ini. Bujukannya pada Nyonya Spinner untuk ikut bermalam di kediaman juga tak digubris, malahan wanita setengah abad itu menakut-nakuti dengan bercerita horor tentang hantu gadis yang mati tragis di tanah ini.
Jean tentu berpikir itu hanyalah omong kosong belaka. Malahan, ia cukup nyaman dengan kesunyian malam di kediaman seperti ini, tak membuatnya takut sama sekali untuk sekedar menyusuri lorong demi keperluannya.
Dan tak lebih dari dua puluh menit, Jean sudah selesai dari urusan toilet, lalu sekarang tengah duduk di bangku dapur menikmati suzette crepe dengan sari jeruk yang hampir mengisi penuh mangkuknya, sisa makanan penutup semalam. Salah satu keuntungan melayani keluarga bangsawan yang anggotanya sedikit, pasti akan ada sisa makanan untuk mereka para pelayan. Apalagi hanya ada beberapa pelayan di sini, jatahnya semakin banyak.
Jean baru saja akan menyuap sesendok crepe ketika dari ekor mata tertangkap sosok yang perlahan mendekat ambang pintu, sehingga ia spontan menengok ke arah sana tepat saat orang itu akan berbalik. Namun naasnya, Jean sempat berkontak mata hingga membuat udara menjadi melayang canggung di ruangan. Meskipun dengan kilat ia coba berlagak tak melihat, menganggap interaksi kecil itu tak pernah terjadi.
Jean ingin sekali mengumpat, dan yang keluar dari mulutnya hanya berupa decakan lidah pelan.
Mereka akan dalam situasi itu lagi, pikirnya. Mengingatkannya pada topik terakhir pembicaraan mereka dan segala omong kosong Nyonya Spinner sore itu. Terlebih lagi, waktu menikmati kesunyian malamnya bersama kudapan manis ini mau tak mau harus berakhir.
Wanita itu berharap kalau sosok pria tadi lanjut berbalik menjauh, dan diam-diam sepakat kalau kontak mata mereka memang tak pernah terjadi, tetapi sepertinya harapan kecilnya terlalu berlebihan ia pikir, begitu mendengar suara ketukan di pintu muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Escape
Romantik𝑹𝒐𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆 𝑭𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔𝒚 Seorang Saintess yang dimuliakan di penjuru Kerajaan Syca, memilih kabur dari kuil yang telah membesarkannya, hanya karena merasa muak dengan semua masalah yang dilimpahkan padanya untuk diselesaikan. Sementara itu, tan...