Warning: mohon kebijakan untuk para pembaca, karena bagian ini ada sedikit adegan mature/dewasa. And hope it's not overly done for your taste^^
***
***
***
Langkah kaki Louis Archer semakin meringan tanpa disadari begitu menjejakkan kaki di lantai kediamannya, sementara Benjamin -sang valet- mengekor penuh fokus memasang telinganya, tak ingin kelewat perintah satupun dari si tuan, yang tampak tak begitu senang berada di pesta dadakan yang didatangi, karena ajakan paksa dari Count muda Levett selesai rapat kuartal kedua dewan bangsawan di istana.
Louis sendiri tak sebegitunya dekat dengan Raphael. Mereka mengenal satu sama lain juga karena status mereka dan pengukuhan ksatria dulu. Lalu watak pria setahun lebih muda darinya itu yang sangat mudah bergaul dan menarik siapapun di dekatnya untuk bergabung dalam kegilaan kurang penting-nya. Seperti contoh, datang tanpa undangan ke pesta milik keluarga yang ia tak begitu kenal. Itupun karena Louis -yang jarang-jarang- telah kalah taruhan mainan kartu orang lain pada si Count muda. Jawaban pilihan tanpa niatnya menjadi pegangan Raphael untuk membuat Louis terseret ke pesta milik Viscount Cantagrel, berdiri tak nyaman karena tatapan penasaran orang-orang akan kehadirannya yang jarang-jarang terlihat. Terlebih sekarang si Permaisuri tua bangka tengah sibuk merawat sepupunya, dan tak lagi merecoki Louis untuk pergi ke pesta dansa seperti sebelum-sebelumnya.
Namun tak apa, sekarang ia sudah berhasil pulang begitu setengah gelas anggurnya kosong, tak peduli juga dengan bagaimana Raphael Levett pulang nantinya, karena pemuda itu telah membajak kereta Louis waktu pergi.
Arcus Hall yang sunyi seakan menjadi suaka ternyamannya setelah Rosier Chateau. Seolah Louis akhirnya dapat menghirup udara bebas. Terlebih dengan adanya wanita itu.
Secara spontan, bibirnya menarik garis lengkung samar begitu sosok tersebut terlintas dalam benaknya. Louis menengok ke belakangnya dengan bibir kembali lurus,
"Tolong panggilkan Jean, Ben, ada kancing bajuku yang terlepas, perlu segera diperbaiki. Setelah itu kau bisa langsung istirahat malam ini."
"B-baik, Grand Duke." si valet tergagap sebelum pamit undur diri dengan kikuk tanpa bertanya lebih jauh lagi pada alasan tuannya yang cukup aneh,memasang kancing di malam hari.
Dan Louis tak ambil pusing, langsung masuk ke kamarnya. Melepaskan ikatan cravat, jas panjang rompi, hingga tersisa celana dan kemeja putih yang bawahnya sudah keluar dari tatanan dengan dua kancing atas terbuka.
Ia baru saja kembali dari mencuci muka ketika pintu kamarnya diketuk.
Louis tak memberi perintah seperti biasanya, melainkan langsung membuka sendiri pintu itu. Dan menampakkan pelayan senior Rosier berdiri dengan gaun panjang coklat-nya masih rapi dan tertutup, dari lengan sampai kerah berdiri sedikit berenda. Padahal sudah hampir tengah malam, meskipun tatanan rambut panjang itu lebih seadanya digelung.
Pria itu tanpa pikir panjang, langsung menarik lengan sang puan masuk dan mengunci pintu.
Ada sesuatu yang ingin Louis lakukan tiba-tiba, yang ia sedang lakukan sekarang, detik ini juga, berdansa dengan wanita itu.
Mungkin karena dirinya masih terbawa suasana pesta tadi. Tapi perasaan mendamba untuk menari ini baru muncul begitu melihat sosoknya, mendorong diri Louis secara impulsif.
Ekspresi terkejut tentu tergambar pada wajah Jean. Namun, tak ada sanggahan ataupun ucapan sepatah kata lain yang mengikuti, membiarkan lelaki sebayanya itu mengajaknya berkeliling ruangan dalam gerakan waltz yang Jean cukup tahu berkat ajaran Countess Devon, meskipun tak pernah berkesempatan mempraktikannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Escape
Romance𝑹𝒐𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆 𝑭𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔𝒚 Seorang Saintess yang dimuliakan di penjuru Kerajaan Syca, memilih kabur dari kuil yang telah membesarkannya, hanya karena merasa muak dengan semua masalah yang dilimpahkan padanya untuk diselesaikan. Sementara itu, tan...