21. In Threshold

67 11 10
                                    

***


***


***

"Lalu, bagaimana kabar Putra Mahkota Sheaniel yang sebenarnya?"

Si ksatria yang Louis utus dua minggu lalu untuk memeriksa situasi kerajaan yang baru saja bergabung dengan Syca, -Gabriel, menghela napas sebelum menjawab.

"Dari yang saya dengar, beliau masih kritis di istana, Yang Mulia Grand Duke. Semua keluarganya, -istri dan tiga anaknya- juga telah berada di dalam satu paviliun utama bersama Raja Sheaniel. Kami belum bisa masuk ke sana, tak menduga kalau pengamanannya akan sangat ketat."

"Baguslah kalau mereka aman."

"Tapi, saya pernah melihat banyak orang Permaisuri juga ikut berjaga di sana. Hal itu yang membuat kami tak bisa memutuskan untuk masuk atau tidak."

"Orang Permaisuri?" beo Claude bingung, Gabriel mengangguk.

Alis Louis menaut curiga dengan informasi yang disampaikan.

"Kau bisa kembali ke sana lagi, dan usahakan surat itu sampai ke tangan Kakek kalau sudah bisa masuk istana."

"Siap, Yang Mulia." Dan dengan itu, ksatria dengan rambut pirang cepak undur diri dari ruang kerja Louis di Arcus Hall.

"Sheaniel terdengar seperti negeri dalam masa terpuruknya. Dengan kemiskinan, kriminalitas merajalela, belum lagi kasus putra mahkota sedang sekarat sementara raja mereka tak lagi muda." komentar datang dari Bernard Warden yang sedari tadi diam mendengarkan.

"Tapi masih cukup wajar karena pasca perang, perlu banyak waktu untuk menstabilkan kehidupan mereka." lanjut Bernard mencoba menenangkan.

"Tapi sangat aneh sekali jika Permaisuri yang turun tangan, apalagi dengan ikut campurnya dia pada hubungan bilateral Syca-Sheaniel. Bukankah Raja Credence terlalu mudah dibujuk? Seperti orang kena sihir-"

"Hush, kau ini. Jangan sampai ada orang lain yang mendengar ucapan seenakmu itu." tegur Bernard ke Claude seraya mengetuk dahi ksatria itu ketika lewat dan mengambil tumpukkan berkas di meja Louis yang diam berpikir.

"Claude, suruh Pierre mengawasi lebih dekat lagi Permaisuri. Kalau bisa, masukkan orang ke dekatnya. Aku ingin daftar siapa saja yang ia hubungi akhir-akhir ini."

"Siap laksanakan, Tuan!" balas ksatria bersurai coklat itu dengan antusias sebelum pergi, sementara Bernard menggelengkan kepala pada tingkah pemuda yang sudah dikenalnya dari kecil.

"Jadi," ia ingin melanjutkan obrolannya dengan si Grand Duke muda yang terpotong oleh kedatangan dua ksatria tadi.

"Bagaimana? Apa Jean boleh?"

Raut bingung tergambar di wajah Louis dengan peralihan topik tiba-tiba.

"Dengan adikku, Adrien."

"Kenapa kau menanyakan itu padaku?" tanya balik Louis dengan nada terdengar sedikit jengkel, yang Bernard pikir karena terlalu stres memikirkan banyak hal.

"Karena kau majikannya tentu saja! Ada banyak majikan yang tak suka para pelayannya memadu kasih di bawah atap kediamannya. Sebelum itu terjadi, jadi aku bertanya dulu padamu." jelas panjang lebar si steward.

"Terserah." dan dibalas dengan sangat singkat oleh Louis yang sudah beralih pada lembar perkamennya, tampak seolah mendengarkan sekenanya.

Bernard mengedikkan bahu pada dirinya sendiri, tak ingin ambil pusing. Ia melanjutkan.

The Saintess' EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang