***
***
***
Majikan barunya -atau yang paling awal, entahlah- sudah mendesaknya untuk melakukan segala cara agar mendapatkan bukti apapun demi memberatkan majikan satunya. Kunjungan pria itu kemarin yang tiba-tiba ternyata untuk melihat progress Vivienne. Padahal juga baru beberapa hari, tepatnya cuma lima hari ini sejak ia memberikan tugas itu, mengancam-nya dengan membuka sandiwara Saintess yang Vivienne mainkan, menawan Cardinal sebagai saksi ucap-nya.
Begitu sadar diri di paviliun Permaisuri dan mendengar para orang kuil yang diundang ke istana sudah bertolak balik ke Itsvia, ia pikir beruntung tak berkesempatan untuk bertemu lagi, dan tak susah payah pasang muka di hadapan mereka setelah lima tahun kabur. Alih-alih, dalam perjalanan pulang dua hari-nya, sang Cardinal malah ditahan oleh Louis Archer.
Vivienne sebetulnya tak begitu peduli dengan nasib si orang-orang kuil. Tetapi, sayangnya posisi mereka mengancam gambaran kedamaian hidupnya di waktu mendatang, jika ia masih tak bisa pergi dari Syca sebelum kesabaran para penguasa habis. Krisis besar yang harus segera ia tangani secepatnya. Begitu bisa kabur dari paviliun ini, Vivienne harus segera bersembunyi sementara waktu sampai kapal penumpang ke Savoy tiba. Dan ia bisa mencari penginapan terdekat pelabuhan. Rencana itu harusnya ia lakukan jauh-jauh hari dulu, dan sekarang Vivienne penuh penyesalan karena keraguan semata, menunda-nunda.
Rasakan kesalahanmu sendiri.
Satu bagian otak kecil Vivienne serasa ingin berkata, 'kubilang juga apa' berkali-kali pada dirinya sendiri begitu melakukan hal yang sama berulang kali, meskipun sudah tahu itu pasti akan menggigitnya kembali di kemudian hari. Sama seperti kasus bagaimana Vivienne mempercayai komplotan serikat gelap begitu saja, padahal sudah sangat jelas bagaimana gelap-nya mereka bekerja, hanya karena ia malas untuk berusaha keras sendirian.
Sama halnya dengan Vivienne yang terlalu ringan memberikan tubuhnya kepada orang yang salah. Padahal niat awal ia menyerahkan diri karena rasa penasaran saja akan kenikmatan tersebut yang akan ia buang begitu rasa penasarannya terbayarkan, malah hatinya jadi cukup tertambat akibat rasa nyaman fana yang pria itu ciptakan selama waktu yang mereka curi. Dan menjadikan semua hal tersebut terasa seperti pengkhianatan untuknya.
...terhadap gambaran orang yang kau buat sendiri. Betapa bodohnya dirimu. Hah.
Dan sekarang ia harus melakukan perintahnya juga. Yang mengancam nyawa, perlu diingatkan lagi.
Vivienne yang seorang pengecut, dengan langkah maju-mundurnya mencoba, mengusahakan. Di saat seperti ini ia ingin memiliki sifat impulsif, yang dengan percaya diri menerjang tanpa rencana matang, karena Vivienne sudah diburu.
Tak ada waktu untuk memperhatikan setiap gerak-gerik Permaisuri Eleanor, berharap menemukan celah. Menyelinap langsung ke ruang pribadi di istana yang penuh mata mengawasi, sangatlah beresiko, bak pencuri amatiran. Meskipun Vivienne bukan juga seorang pencuri, apalagi yang profesional.
Sungguh, kenapa cobaan hidup seperti ini diberikan kepadanya yang bernyali ciut. Vivienne bukanlah ahli strategis ataupun manipulator, lebih-lebih seorang mata-mata. Dan mencari informasi untuk hamba kuil juga tak akan se-menegangkan ini, kecuali insiden dengan Rick Jester yang memang Vivienne akui ia kurang perhitungan. Kerjanya menjadi Saintess hanya perlu memasang mata dan telinga, mengobservasi setiap detail, lalu membuat penilaian, tak ada hal yang berkaitan dengan menyusup. Seperti sekarang ini, memperhatikan setiap gerak-gerik targetnya, dan mencoba mendekat, berharap menemukan rahasia kecil yang tak sengaja dilontarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Saintess' Escape
Romance𝑹𝒐𝒎𝒂𝒏𝒄𝒆 𝑭𝒂𝒏𝒕𝒂𝒔𝒚 Seorang Saintess yang dimuliakan di penjuru Kerajaan Syca, memilih kabur dari kuil yang telah membesarkannya, hanya karena merasa muak dengan semua masalah yang dilimpahkan padanya untuk diselesaikan. Sementara itu, tan...