32. Waltz in Silent

49 9 9
                                    

***



***



***

Louis kali ini yang menjadi tamu tak diundang. Begitu masuk setelah namanya diumumkan, matanya langsung disuguhkan oleh kebisingan yang menjadi perhatian sebagian tamu. Bersumber dari posisi Permaisuri Eleanor berada bersama anaknya yang memperhatikan dari kursi, dan dayang-dayangnya. Dan ia pikir, saat ikut bergabung dalam pembicaraan mereka, Eleanor akan mempertanyakan kehadirannya yang tiba-tiba, bukan dengan membiarkan begitu saja.

Pasti wanita serakah itu punya rencana lain begitu mengizinkan Louis angkat suara, ikut menyangkal keberadaan si Saintess sebagai pelayan di kediamannya, yang adalah fakta. Dan semakin membuat putri bungsu Duke Lyre itu tampak seperti orang gila di hadapan para bangsawan yang hadir. Sementara si Saintess dengan gaun bagusnya, hanya diam tak ikut ambil bagian, seolah apa yang tengah diributkan bukanlah tentang dirinya tadi.

Bahkan saat Elayne Lyre pergi, dan Louis memberi salam, tak ada pertanyaan bernada manis palsu tentang kehadirannya yang tak diundang oleh Eleanor Boucher selain raut wajah terheran. Lebih-lebih saat ia meminta dansa dari sang Saintess, wanita tua itu hanya bergantian melihat dirinya dan perempuan muda di samping kirinya, tak ada komentar lebih, hanya takjub.

Sama halnya dengan ekspresi sang Saintess yang sekarang tengah menghindari tatapannya dengan takut-takut begitu digiring ke tengah lantai dansa. Reaksi yang wajar memang. Rasa gugupnya bahkan menjalar dari tangan mereka yang tertaut. Louis bisa melihat roda otak tengah berputar dengan penuh tekanan dalam kepala wanita di hadapannya.

Dirigen orkestra yang disewa memulai kembali iringannya begitu melihat keponakan raja mereka dengan sang Saintess mengambil posisi di antara pasangan yang tadi terjeda tarian mereka akibat keonaran kecil Lady Elayne tadi. Salah satu nada waltz romantis klasik yang dipilih dirigen, semakin membuat aula masuk penuh desisan dengan fokus utama mereka pasangan yang ganjil itu.

Louis tak ambil pusing dengan pandangan yang mereka tampilkan. Minuet maupun waltz, tak menjadi masalah. Ia hanya ingin waktu berbicara berdua, dan melihat wanita di hadapannya tak berkutik di hadapan banyak orang lebih menyenangkan dibanding menyeret paksa wanita itu keluar. Belum lagi jika Louis melakukan hal tersebut pasti, orang-orang akan berpikir kalau rumor itu benar, rumor soal Saintess yang ditemukan terpenjara dalam kediamannya, biarpun memang fakta. Namun entah kenapa, Permaisuri Eleanor tak mengiyakan saja rumor tersebut, tak juga membendung. Membuatnya berpikir, kalau diri Louis masih ada gunanya untuk rencana wanita serakah itu.

Berikut juga dengan Saintess Vivienne. Fakta keberadaannya yang menjadi pelayan Rosier disembunyikan. Mungkin memang untuk melindungi reputasi orang yang akan berada dipihaknya ini.

Sementara Louis sendiri masih kesulitan mencari bukti. Apalagi ditambah situasi di paviliun Permaisuri dan Putra Mahkota yang semakin diperketat selepas Lucas sadar. Ia hanya perlu menemukan surat balasan Eleanor atau tanda pemberian dari Thothage untuk menghukum wanita tamak itu.

Begitu tangannya bertengger pada pertemuan punggung dan pinggang sang pasangan, kedua netra mereka bertemu sedetik sebelum Vivienne membuang mata dan memutus interaksi spontan itu. Dan Louis jadi cukup tahu, bahwa untuk sepintas, dalam benak mereka sama-sama terlintas akan memori dansa singkat mereka tanpa iringan musik dan minimnya cahaya di tengah kamar utama Arcus Hall, malam-malam begitu Louis pulang dari pesta dansa lain yang melelahkan, dan berakhir dalam malam penuh gairah lainnya di seminggu itu...

Bagaimana cepatnya dunia berbalik.

Memang rumor yang beredar perihal Grand Duke Rosier yang menginginkan sepupunya mati dengan mengurung Saintess, tak diakui kebenarannya dari pihak Permaisuri yang hanya diam. Tetapi tetap saja Louis merasa semakin terkhianati entah kenapa oleh wanita di hadapannya.

The Saintess' EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang