35. Hard to forget

70 12 5
                                    

***


***


***

Berita pelayan yang dipotong tangan dan lidahnya menjadi topik terpanas bagi penghuni paviliun Permaisuri saat ini. Para pelayan berbisik-bisik mengasihani, ngeri, atau bahkan ada yang mengutuk pelayan malang itu. Dan Vivienne memusingkan bagaimana mencari cara agar tangannya bisa mengambil kertas itu tanpa bernasib sama.

Marchioness Auclair tampaknya orang yang sangat peka dengan pergerakan dan menjadi hambatan terbesar bagi Vivienne. Tetapi, mengingat desakan si Grand Duke muda Rosier, mau tak mau harus segera ia tangani. Bahkan Vivienne sempat berpikir untuk membuat surat ataupun bukti palsu agar setidaknya, Louis Archer tak lagi bernapas di belakangnya dan siap mencekik untuk sementara waktu. Keadaan ini membuatnya seakan tengah berjalan di atas danau beku.

Bagaimana caranya?

Ayolah Vivienne, orangnya Louis saja bisa tanpa ketahuan. Kau juga pasti bisa melakukannya.

Dan Vivienne kembali berkesimpulan kalau pelayan kemarin bukanlah salah satu orang Louis Archer. Karena rencana itu tampak sangat kacau, bukan seperti cara lelaki yang pernah ia amati.

Apa Plourde bekerja sendiri?

Itu terlihat benar, jika mengingat lagi kalau selir Raja itu pernah memasukkan orangnya tanpa ketahuan ke Arcus Hall, kediaman orang yang seharusnya menjadi figur yang disodorkan oleh fraksi kiri bangsawan.

Apa ada tiga kubu ternyata?

Vivienne ingin mencebik kesal, tapi harus tertahan oleh situasinya sekarang yang menerima undangan minum teh lagi dari Permaisuri Eleanor yang masih sedang berceloteh ria tentang masa mudanya dulu, menuruti permintaan Vivienne yang sok manis begitu para dayang lain sudah pamit untuk tidur siang mereka. Bercerita betapa malang nasibnya dulu yang tak dianggap sebagai bagian dari keluarga Marquis Boucher. Dan bagaimana Marchioness Auclair yang selalu mendukung dari saat dirinya masih selir dulu hingga menjadi permaisuri sekarang. Bahkan sampai memberi wejangan soal sifat semua lelaki yang tak akan bisa diubah sekeras apapun berusaha.

Berkaca dari pengalaman, celetuk Vivienne dalam hati sebelum menyesap teh bunga krisan premium kesukaan Permaisuri, sementara otaknya kembali berputar.

Bagaimana caranya? Bagaimana menggantinya?

Tumpukkan kertas baru di dekat perapian drawing room seolah tengah menggodanya, melemparkan seringaian kalau itu masuk akal.

Sementara obrolan dua orang bangsawan tinggi beralih topik setelah melihat raut sendu Permaisuri Eleanor yang teringat akan kisah cintanya yang sekarang berputar arah.

"Musim semi sepertinya akan berakhir lebih cepat." ujar Marchioness Auclair memandang keluar jendela, di mana bunga-bunga yang berjajar di taman paviliun sudah berjatuhan kelopaknya, menyisakan benang sari dan putik mereka. Kipasnya mengibas pelan meskipun udara tak terasa ada hawa panas sama sekali, seakan sudah menjadi kebiasaan bagi mereka para wanita bangsawan.

Perhatian Permaisuri ikut teralihkan.

"Iya, Fiona. Padahal seperti baru seminggu yang lalu kebunku penuh bunga warna-warni. Sekarang tinggal daun-daun saja."

"Oh, apa teh ini diambil dari koleksi kebun anda, Yang Mulia Permaisuri? Aromanya sangat pekat dan lebih terasa." Vivienne bertanya dan menyanjung dengan antusias sembari mengamati kelopak bunga yang menari-nari terendam dalam cangkir tehnya.

The Saintess' EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang