Chapter 15 - Menyakitkan

258 35 6
                                    

Backsound chapter ini adalah
Agnes Monica - Rapuh
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

Radi kini sedang berada di ruang kerja dr. Rian Kanaka. Kakak dari dr. Arya Kanaka inilah yang akan menyampaikan hasil dari medical check up Radi hari ini. Radi datang ke rumah sakit malam tadi, setelah kepulangan semua sahabatnya pemuda itu tidak dapat lagi menahan sakit yang menyerang kepalanya. Jadi saat itu juga Radi melakukan medical check up setelah diberikan obat untuk menghilangkan rasa sakitnya.

Sebenarnya tim dokter sangat khawatir karena dari darah yang sudah masuk lab lebih dulu saat Radi kambuh di kediaman Prasetya menunjukan hasil yang tidak baik tapi mereka masih belum bisa menyampaikan hasilnya karena pemeriksaannya belum lengkap. Pagi menjelang siang ini hasilnya keluar secara lengkap karena medical check up sudah dilakukan semua.

Jujur saja Radi sangat gugup, karena medical check up kali ini pemuda itu sampai melakukan PET scan. Tentu saja pikiran Radi sudah kemana-mana, apalagi dia sudah menyadari sendiri memang ada yang tidak beres dengan tubuhnya.

Helaan nafas yang keluar dari mulut dr. Rian seolah menguatkan firasat Radi bahwa memang ada sesuatu yang kurang baik terjadi pada tubuhnya. Radi ingin optimis, tapi firasat buruknya jauh lebih kuat.

"Berdasarkan dari hasil medical check up mu, kamu mengidap kanker otak stadium dua, Rad."

Radi mematung saat mendengar hasil dari medical check up nya. Dunianya terasa runtuh, waktu rasanya terhenti detik itu juga. Telinganya mendadak tuli, kini dia merasa sedang berada di ruang hampa. Penjelasan dari dr. Rian tidak lagi terdengar di telinga Radi. Dadanya terasa dihimpit batu besar, sulit sekali meraup udara yang ada di sekitarnya. Perlahan namun pasti matanya memanas lalu menciptakan embun penuh kepedihan.

"Diandra," gumam Radi lirih yang tersadar dari rasa syoknya. Lelehan air hangat mengalir di pipinya, jantungnya kini berdegup kencang.

"Om, tolong siapkan medical check up untuk Diandra! Pulang sekolah nanti Di akan aku suruh kesini segera." Radi memberikan perintah yang membuat dr. Rian mengernyitkan keningnya bingung.

"Rad!" interupsi dr. Rian karena penjelasannya mengenai kondisi Radi sama sekali belum selesai.

Sementara Radi sendiri tidak peduli, pemuda itu langsung menghapus air matanya dan dengan buru-buru mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Namun dengan segera dr. Rian beranjak menahan tangan Radi.

"Om belum selesai menjelaskan kondisimu, Rad!" interupsinya tegas dengan mata menyorot tajam.

"Om kirimkan saja rekam medisku pada emailku. Nanti aku kirim pada dr. Jeffan, Radi hanya ingin ditangani oleh beliau!" ujar Radi tegas.

"Tapi, Rad!" dr. Rian kehilangan kata-katanya, dia tahu bahwa Radi kini tengah terguncang.

"Maaf, Om. Maaf kalau Om tersinggung. Radi sama sekali tidak bermaksud mengecilkan kemampuan Om atau kapabilitas Om sebagai seorang dokter. Tapi Radi serius, Radi hanya ingin ditangani oleh dr. Jeffan." Radi langsung menjelaskan takut dr. Rian benar-benar tersinggung dengan permintaannya lagipula kanker memang bukan spesialisasinya.

"Rad, Om sama sekali tidak tersinggung. Siapa Om berani meragukan dr. Jeff? Tapi tolong, kamu fokus sama diri kamu sendiri dulu, Rad! Kenapa jadi lari ke Diandra?" dr. Rian benar-benar tidak habis pikir.

"Kelas lima SD Di pernah kecelakaan dan kepalanya terluka cukup parah, Om. Radi khawatir ada efek jangka panjang akibat kecelakaan tersebut. Bagaimana jika Di juga sama seperti Radi sekarang terkena kanker? Atau ada masalah serius lainnya menyerang kepala Di. Otak itu vital, Om! Radi tidak akan membiarkan adik kesayangan Radi telat mendapatkan penanganan!" jawab Radi lugas, dia melepaskan tangannya dari cekalan dr. Rian.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang