Chapter 23 - Ampuni Abang

241 36 8
                                    

Backsound chapter ini adalah
TERAMINI - Ghea Indrawari
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang karena chapternya cukup panjang!
Wajib diputar lagunya yah, guys! wkwk

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

"Argh!!! Di capek," keluh Diandra menatap tumpukan buku bisnis yang ada di meja belajarnya. Dia benar-benar lelah karena begitu banyak yang harus dia pelajari. Apalagi lusa dia ada seleksi olimpiade matematika. Kepalanya benar-benar penuh.

'Tok tok tok.'

Pintu kamarnya di ketuk lalu terbuka dari luar. Ternyata Krisna yang masuk, lelaki dewasa itu mengenakan kacamata bacanya, sepertinya malam ini dia akan lembur di rumah.

"Ada dua buku lagi yang akan sangat membantumu, Di. Ingat bulan depan kamu sudah mencoba turun ke lapangan langsung, Sayang. Jadi semangat belajarnya yah!" Krisna menambahkan dua buku bisnis ke meja belajar Diandra.

"Jika ada yang sulit langsung ke ruang kerja Papah, ok! Nanti Papah jelaskan dengan lebih detail seperti biasanya. Maaf malam ini Papah tidak bisa menemani Di belajar, ada banyak kerjaan yang tidak dapat Papah tunda." Krisna mengecup puncak kepala putri bungsunya sebelum pamit keluar dari kamar Diandra.

'Hhh.' Helaan nafas lelah terdengar sangat keras keluar dari mulut Diandra.

Sejak Radi keluar dari rumah, Krisna menjejalinya banyak buku-buku bisnis. Tidak ada satu malam pun Diandra lewati tanpa belajar soal bisnis dengan papanya itu. Baru malam ini saja Krisna absen tidak mengajarnya.

Diandra mulai jengah, karena semakin lama sang papa menekannya dengan halus. Menuntutnya secara tidak langsung dengan keras. Memaksanya secara lembut untuk mengikuti kemauannya terjun ke dunia bisnis, dunia yang tidak pernah Diandra inginkan.

"Di hanya ingin menjadi pelajar biasa, Pah. Di bukan Abang," gumam Diandra meremas kepalanya frustrasi. Kepalanya terasa pusing karena terus-terusan dia pakai berpikir sekaligus berperang dengan dirinya sendiri.

Meski demikian Diandra tetap melakukan apa yang Krisna minta. Gadis remaja itu mulai membuka salah satu buku bisnis yang Krisna berikan. Hingga pukul dua dini hari Diandra masih membaca buku tersebut, sesekali dia juga mengetikkan hal-hal penting di laptopnya. Malam minggu yang seharusnya remaja itu lewati dengan kebahagiaan, malah berakhir dengan penuh tekanan.

....

Pada hari seninnya Diandra keluar dari ruang guru dengan wajah murung. Dia terus menundukkan kepalanya karena sedih.

"Sayang?" panggilan lembut dari suara yang sangat Diandra kenal berhasil membuat gadis cantik itu mengangkat kepalanya.

"Papah?" rengek Diandra dengan suara parau dan mata berkaca-kaca. Krisna yang sudah dari tadi menunggu putrinya langsung memeluk Diandra.

"Ada apa hmm?" tanya Krisna lembut. Dia khawatir, untung saja dia langsung pergi ke sekolah Diandra setelah perang memperebutkan projek LEC Inc. dengan Radi tadi. Tangan Krisna secara otomatis mengelus belakang kepala Diandra lembut berusaha menenangkan.

"Di gagal, Pah. Di tidak lolos International Mathematics Olympiad ke Sydney." Air mata Diandra luruh, dadanya sesak dan kecewa pada dirinya sendiri.

"Jangan sedih, Sayang! Di pasti bisa mencoba lagi di lain kesempatan. Saat SMA nanti Di coba lagi yah. Lagian sebentar lagi kan Di udah lulus, ngapain juga masih aktif ikut lomba, Sayang?" Kening Diandra mengerut mendengar kalimat terakhir yang Krisna lontarkan. Papanya tanya ngapain? Ngapain? Batinnya memberontak tidak terima.

"Maksud Papah apa? Papah menyepelekan keinginan Di untuk ikut olimpiade kali ini? Memang salah jika Di ingin lolos?" tanya Diandra sambil melepaskan pelukan Krisna.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang