Chapter 48 - Ditemani

315 46 32
                                    

Backsound chapter ini adalahSaat Kau Telah Mengerti - VirgounSilakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Backsound chapter ini adalah
Saat Kau Telah Mengerti - Virgoun
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

Pukul sembilan pagi menjadi waktu dimana Radi harus kemoterapi. Krisna sudah siap menemani Radi seperti yang putranya minta, meski tanpa dia tahu bahwa obat yang akan masuk ke tubuh putranya adalah obat kemoterapi.

"Om, mau rujak kayak biasa," pinta Radi pada Jeffan. Krisna langsung mengerutkan keningnya bingung.

"Hah? Rujak buat apa?" tanyanya menatap dua orang itu bergantian.

"Terapi yang sebelum ini bikin mual, Abang pengen rujak, itu bikin Abang gak terlalu mual," jelas Radi.

"Tapi tadi kamu bilang kayak biasa, Rad. Maksudnya gimana? Emang udah berapa kali terapi?" tanya Krisna lagi, kata biasanya terkesan sangat sering dan hal biasa. Memang tajam dan teliti sekali telinga bapak satu ini.

"Tiga, sejak Radi bangun dia terapi tiap hari," jawab Jeffan berbohong. Krisna menatap Radi memastikan dan Radi memberikan anggukan. Radi menatap om nya dengan tatapan terima kasih.

"Ok," jawab Krisna percaya untuk sementara, sisanya dia nanti akan memastikan cerita tersebut benar atau tidak pada Abidzar. Karena dia merasa banyak yang janggal.

"Rujaknya sudah ada, dari pagi udah Om siapin. Kita mulai masukin obatnya yah." Radi mengangguk, sedikit gugup karena takut dia tidak dapat mengontrol diri.

Begitu selesai dengan tugasnya, Jeffan pergi ke pantry dan mengambil pesanan Radi. Tentu saja Radi tersenyum senang.

"Mau berdua aja sama papahmu atau mau ditemani Om juga di sini?" tanya Jeffan.

"Berdua dengan papah aja, Om." Jeffan mengangguk sambil mengelus kepala Radi.

"Langsung tekan tombol darurat kalau ada apa-apa! Gue keluar dulu," pesan Jeffan pada adik sepupunya, Krisna mengangguk paham.

"Kebiasaan banget, lagi sakit tetep sukanya rujak, mana cuma bengkoang doang lagi," omel Krisna sambil mencomot lebih dulu rujak tersebut.

"Yeu! Ngomel-ngomel tapi nyomot juga rujaknya Abang!" balas Radi sambil mulai memakan rujaknya.

"Enakan mangga tahu, kenapa gak mangga aja? Kalau perutnya sakit gimana? Masa makan rujak masih pagi gini?" Krisna menatap Radi cemas, tidak habis pikir dengan kecintaan putranya terhadap rujak buah.

"Mangga muda asem, Pah." Radi menggeleng tidak setuju.

"Mangga yang manis, mangga matang!" koreksi Krisna sambil memutar bola matanya malas, mengundang tawa puas dari putranya.

'Uhuk uhuk uhuk.' Radi tiba-tiba terbatuk.

"Kan ... kan ... kualat itu! Keselek kan!" omel Krisna kembali. Meski demikian dia segera membantu Radi dengan memberikan minum serta menepuk-nepuk punggung Radi agar batuknya segera reda.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang