Chapter 26 - Support System - 2

338 38 14
                                    

Backsound chapter ini adalah
Seribu Pelukan - Raisa Ramadhani
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

Krisna memegang tangan Radi kuat, tangan putranya itu kini terasa sangat dingin. Paramedis sudah melakukan pertolongan sementara yang terbaik yang bisa mereka lakukan. Sirine ambulance yang memekakan telingapun Krisna abaikan, fokusnya hanya Radi dan berdoa.

"Bang Jeff, kita sedang di jalan menuju ke rumah sakit. Radi jatuh dari tangga." Awan menelpon Jeffan untuk siap-siap.

Jeffan langsung berdiri dari kursi kerjanya. "Tolong jelaskan sekilas kondisinya dan apa saja yang luka!"

"Kepala bagian belakangnya pendarahan. Telinga kiri mengeluarkan darah sedikit. Tapi darah dari hidungnya sangat banyak." Jeffan memejamkan matanya mendengar kepala Radi yang terluka. Ini bahaya.

"Ok, Abang bersiap." Jeffan berlari keluar untuk mengumpulkan tim nya.

"Dad? Ada apa?" Tanya James.

"Radi jatuh dari tangga, kata Awan pendarahan di kepala belakang, telinga, dan hidungnya." James sangat terkejut mendengarnya.

"Siapkan ruang operasi! Siapkan banyak kantong darah! Sisanya sambut pasien, saya dan James menunggu di dalam ruang operasi." Tim Jeffan langsung memahaminya, mereka langsung membagi diri mereka dengan sangat terorganisir.

"Dad? Bagaimana dengan kankernya jika begini?" tanya James yang sedang bersiap.

"Itu yang Daddy pikirkan. Kemonya akan tertunda jika begini, berdoa saja selama kemonya di pending kondisi Radi tidak semakin parah." Seharusnya lusa adalah jadwal kemo Radi, jika begini maka kemo Radi harus diundur sampai Radi membaik.

"Kita akan ganti terapi target untuk sementara waktu. Meski efeknya akan lebih dahsyat dari kemo karena kondisi badan Radi sedang buruk."

"Gak papa, Dad. Itu lebih baik. Jangan sampai pengobatan kankernya kita skip, akan tambah bahaya jika begitu." Mereka kasihan pada Radi, tapi lebih kasihan lagi jika kanker Radi semakin parah.

Radi sudah sampai, Elang, Awan, Krisna, dan tim medis mendorong brankar pasien dengan berlari. Mereka bahkan tidak sadar paramedis membawa tubuh Radi langsung ke ruang operasi.

"Mas? Saya benci ruangan ini," ujar Krisna. Memorinya memutar kejadian satu tahun yang lalu saat Radi juga masuk ke ruangan yang sama akibat insiden penusukan.

"Radi pasti baik-baik saja." Awan merangkul Krisna menguatkan.

"Mas, aku belum ngabarin yang lain." Krisna baru ingat dia belum mengabari siapapun.

"Tante Em sudah jalan ke sini dijemput Abi dan Umi, Om. Idzar sudah mengabari tadi." Abidzar, Jodi, Andi, dan Diandra sudah sampai juga di rumah sakit. Krisna mengangguk paham dan lega mendengarnya.

"Pah?" panggil Diandra yang wajahnya sudah berantakan.

"Papah masih kotor, Sayang. Peluknya nanti yah," ujar Krisna meminta pengertian, karena dia tahu putrinya saat ini pasti sedang butuh pelukan. Pakaian Krisna dan Awan memang masih bersimbah darah milik Radi.

"Sama Kakak dulu, Di." Elang langsung memeluk Diandra menggantikan Krisna.

"Mas Kris, ini ada baju untuk Mas dan Mas Awan. Mandi di ruangan Prof. Jeffan. Mari!" dr. Rian dan dr. Arya yang tahu kejadian ini langsung menjalankan tugas mereka memberikan pelayanan terbaik untuk keluar pemilik heal hospital. Awan dan Krisna membersihkan diri dengan sangat cepat, hal yang mereka pikirkan saat ini hanyalah keadaan Radi.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang