Chapter 3 - Papah, Mamah, dan Diandra

333 41 9
                                    

Backsound chapter ini adalahAda Band - Yang Terbaik BagimuSilakan putar di platform musik yg kalian pakai!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Backsound chapter ini adalah
Ada Band - Yang Terbaik Bagimu
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

'BRAK!!!'

Radian langsung menolehkan kepalanya ke arah belakang begitu mendengar suara tabrakan yang begitu kencang dari arah luar bangunan. Perempuan cantik berambut sebahu yang tengah menggandeng lengannya juga melakukan hal sama. Hampir semua orang yang ada di sekitar sana terkejut dengan suara kencang tersebut.

Perasaan pemuda yang sering di sapa Radi itu tiba-tiba tidak enak, dia mengedarkan bola matanya ke seluruh ruangan di mana tempatnya berada. Saat dia tidak menemukan apa yang dia cari, tanpa berpikir apapun lagi dia segera berlari ke luar bangunan toko aksesoris yang tengah dia kunjungi.

Jalanan di depannya sangat ramai dengan orang-orang, ada sebuah mobil yang menabrak tiang di depan deretan gedung pertokoan, dan terdapat sebuah kerumunan sekitar lima meter dari tempat Radi berdiri. Insting pemuda berseragam putih abu-abu itu membawa kakinya untuk berjalan cepat menghampiri kerumunan tersebut.

Langkah demi langkah membuat jantung Radi berdegup sangat kencang, entah kenapa ada skenario buruk yang tercipta di kepalanya, dia berharap itu hanya pikiran buruknya saja. Namun sayang sekali, harapan Radi pupus, skenario buruk di kepalanya ternyata benar adanya. Saat dia membelah kerumunan tersebut Radi menemukan seorang gadis kecil yang sudah tergeletak lemah dengan kepala bersimbah darah. Dengan gerakan secepat kilat Radi segera mendekati tubuh lemah itu.

"Di?" panggil Radi dengan suara bergetar, dia membawa tubuh lemah itu ke dalam dekapannya.

"Di? Bangun, Sayang!" Radi menepuk-nepuk pipi Diandra, adiknya. Telapak tangan kirinya yang menyangga kepala Diandra basah oleh cairan kental berwarna merah. Air matanya langsung luruh deras tanpa dapat dia cegah.

"Tolong?! Tolong panggil ambulance!" teriak Radi panik entah kepada siapa.

"Sabar, Nak!" dua laki-laki yang jauh lebih dewasa mendudukkan diri di samping kanan dan kiri Radi, mereka berdua mengusap-ngusap punggung Radi menguatkan.

"Sabar! Kami sudah menelpon ambulance," lanjut salah satu dari mereka. Radi hanya mengangguk, dia mendekap Diandra erat, terutama bagian kepalanya, dia berusaha memberhentikan pendarahan yang Diandra alami.

"Bangun, Sayang! Jangan bikin Abang takut!" Radi seolah tuli, tidak ada sedikitpun gelombang suara yang ditangkap oleh telinga dan otaknya. Fokusnya saat ini hanya bagaimana segera menyelamatkan Diandra.

Tidak butuh waktu lama terdengar suara sirine yang memekakan telinga mereka semua, semua orang kooperatif, mereka langsung membubarkan kerumunan memberikan akses yang luas untuk tim medis melakukan tugas mereka. Badan Radi bergerak otomatis mengikuti semua gerakan tim medis hingga memasuki ambulance, bahkan dia melupakan perempuan yang sejak tadi selalu memeluk lengannya, yaitu kekasihnya, Salsabila.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang