Chapter 40 - From LA to Amsterdam

246 41 12
                                    

Backsound chapter ini adalahRatusan Purnama - Melly G

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Backsound chapter ini adalah
Ratusan Purnama - Melly G. feat Marthino Lio
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

"Hari ini Pak Abian Hadipraja bisa ditemui pukul sembilan pagi." Darius menyampaikan informasi yang sangat penting. Pada hari ketiga Radi di LA dia sudah bisa menemui Abian, putra dari Ervan Hadipradja.

"Syukurlah Pak Abian mudah ditemui," ucap Radi penuh syukur. Dia langsung menghentikan kegiatan beres-beresnya lalu beranjak untuk siap-siap.

"Tolong lanjutkan!" titah Radi pada Darius. Dia baru pindah ke apartmentnya sendiri, jadi dia perlu membereskan pakaiannya.

Radi memakai pakaian formal namun simple, hanya mengenakan kemeja polos yang tangannya dia gulung hingga siku dan celana bahan. Rambutnya dia tata dengan rapi, tidak lupa jam tangan satu-satunya yang dia bawa saat keluar dari rumahnya dia pakai di tangan kirinya.

Perjalanan dari apartment Radi menuju gedung perusahaan milik Abian tidak jauh, hanya menghabiskan waktu dua puluh menit. Radi turun dari mobilnya berjalan dengan percaya diri memasuki gedung perusahaan, Kaiden yang bertugas menemaninya tidak ikut masuk, dia hanya menunggu di mobil. Radi tidak mau ada pihak luar, mengingat apa yang nanti mereka bahas ada masalah internal.

"Wah ... lihat siapa yang datang? Anak dari seorang pembunuh." Sosok tampan bergaris wajah tegas itu langsung berdiri dari kursi kerjanya begitu Radi diantar masuk oleh asistennya. Dia memberi isyarat dengan tangannya pada sang asisten, dia ingin berdua saja dengan Radi.

Abian memberikan isyarat dengan kepalanya menunjuk sofa. Radi yang paham segera duduk, kini mereka duduk berhadapan. Radi berusaha tetap tenang, dia datang untuk berdamai bukan untuk menumpahkan bensin pada kobaran api.

"Saya apresiasi anda sangat berani membuat janji dengan saya dan masuk ke kandang musuh," ujar Abian dengan seringaian sinisnya.

"Saya juga sangat mengapresiasi anda karena dengan mudah menerima janji temu dengan saya," balas Radi, untuk berlawanan dengan musuh Radi bukan manusia yang mudah terintimidasi.

"Ada apa?" tanya Abian to the point, dia malas berhadapan dengan Radi.

"Berhenti berusaha mencelakai keluarga saya!" tegas Radi sama to the pointnya.

"Tidak bisa, anda harus merasakan menjadi saya ditinggal mati seorang ayah!" Abian manatap Radi tajam.

"Hhh ... susah ngomong sama batu," gerutu Radi kesal. Dia mengeluarkan ponselnya lalu memutar sebuah rekaman.

"Tolong Om jelaskan sebenarnya apa yang terjadi sesungguhnya antara Papah dengan Ervan Hadipradja!" Itu suara Radi.

"Dulu, Ervan, Om, Krisna, Jeffan, Cakra, dan David bersahabat. Kami satu lingkaran pertemanan, tapi berbeda lingkaran dengan Krisna, Jeffan, Awan, Aditama, dan Adijaya. Kami saling berteman karena ada irisan Krisna dan Jeffan." Suara yang muncul selanjutnya adalah suara Aryo. Rekaman yang Radi putar adalah percakapan dia dan Aryo di Batam pada bulan lalu.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang