Chapter 17 - Suara

208 31 2
                                    

Backsound chapter ini adalah
Unlearn You - Keenan Te
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

"Kamu masih bisa ngelakuin semua hobi mu, kecuali dua. Dua hal itu harus kamu tinggalkan sementara." Perasaan lega Radi seketika langsung menguap digantikan dengan perasaan resah.

"Dua? Apa ajah, Om?" tanya Radi harap-harap cemas.

"Boxing dan balapan." Radi langsung meletakkan buah pir yang tengah dia makan ke mangkuk lalu meletakkan mangkuk buahnya ke nakas.

Radi menegakkan posisi duduknya lalu menatap Jeffan tajam. Dadanya bergemuruh hebat karena rasa marah yang tiba-tiba menyerangnya.

"Om boleh nyuruh Radi ninggalin semua olahraga atau hobi-hobi extrem yang Radi suka. Kecuali tiga, basket, boxing, dan balapan! Om baru saja menyebutkan dua dari ketiganya." Radi menatap Jeffan tidak suka.

"Radi tidak mau meninggalkan dua hal itu, Om! Terserah Om mau larang Radi atau apa. Radi bakal tetep boxing dan balapan. Sepuluh hari lagi Radi ada jadwal turun ke sirkuit. Dengan izin atau tanpa izin Om, Radi akan tetap perform sebagai RAD di sirkuit!" tegas Radi dengan menggebu-gebu. Radi melemparkan punggungnya kasar pada ranjang pasien, lengan kanannya terangkat lalu dia gunakan untuk menutup matanya.

"Perlahan dunia gue menghilang," batin Radi dengan dada penuh sesak. Tidak pernah dia bayangkan dalam hidupnya dia akan berhenti balapan. Haruskah?

"Okelah kalau gue dilarang boxing, boxing memang olahraga berat. Tapi balapan? Gue gak bisa! Gue gak bisa dan gak akan pernah bisa!" Radi benar-benar frustrasi, baru permulaan saja dunianya sudah perlahan menghilang gara-gara kanker otaknya.

Sejenak Jeffan membiarkan Radi merenung dan berperang dengan dirinya sendiri. Dia tahu keponakannya itu akan sulit menerimanya.

"Rad?" panggil Jeffan pelan sambil mengusap puncak kepala Radi.

"Berpikirlah rasional untuk kesembuhanmu! Kamu sangat ingin sembuh, kan?"

"Berhenti, Om! Radi sedang berusaha menerimanya!" jawab Radi tegas. Tanpa dinasihati pun dia tahu dan sadar apa yang harus dia lakukan. Tapi semua ini bukan perkara yang mudah.

"Good!" Jeffan mengusap lagi puncak kepala Radi sedikit gemas.

"Om tahu kamu cerdas dan rasional, Rad." Radi perlahan melepaskan lengannya dari matanya. Dia mengambil nafas dalam lalu kembali duduk tegak.

"Minum dulu biar tenang!" James mengangsurkan segelas air putih dan membantu Radi minum. Pemuda itu meminumnya dengan rakus karena energinya terkuras akibat peperangan batinnya.

"Radi akan mundur dari dunia boxing dan balapan," putus Radi akhirnya. Jeffan dan James bernafas lega mendengarnya.

"Semua ini bukan tanpa alasan, Nak. Karena berdasarkan letak dari sel kanker di otakmu, keseimbanganmu terganggu. Bukan hanya itu, tapi penglihatanmu akan sering mengabur atau berbanyang kedepannya. Dalam balapan dua hal itu sangat penting bukan?" Jeffan menjelaskan alasan rasionalnya karena memang bahaya jika Radi masih balapan.

"Semua itu sudah terjadi, Om. Latihan terakhir Radi memang sudah kacau, Radi hanya mampu menyelesaikan satu lap," jawab Radi lesu. Ternyata ini alasannya kenapa penglihatannya kabur saat latihan terakhirnya.

"Satunya lagi terkait boxing, jelas olahraga berat dilarang untukmu. Terutama masalah pukulan pada area kepala, diusahakan kepalamu jangan sering terbentur yah, Rad." Radi hanya mengangguk patuh.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang