Chapter 28 - Demi Papah

335 42 14
                                    

Backsound chapter ini adalah
Cinta Sejati - BCL
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

Abidzar dan Elang masuk ke dalam ruang rawat Radi. Mereka berniat mengecek keadaan Radi karena semua orang masih menjaga Krisna.

Abidzar berlari dengan wajah cemas menuju Radi saat dia merasa ada yang janggal. Matanya membulat saat melihat bantal dan wajah Radi dipenuhi darah.

"Lang, panggil Om Jeff dan Bang James, cepet!" titah Abidzar panik. Elang berbalik dan lari serampangan.

"Om Jeff, Bang, James, tolong Bang Radi collpas," ujar Elang dengan nafas memburu. Kedua dokter itu langsung berlari untuk mengeceknya. Semua orang dibuat terkejut dan mengikuti dari belakang.

"Detak jantungnya lemah, Dad."

"Bawa ke ICU sekarang!" putus Jeffan.

Keduanya mulai bersiap lalu mendorong ranjang itu berpindah ruangan. Abidzar dan Elang ikut serta mendorongnya. Semua orang sangat tegang begitu ranjang itu melewati mereka di koridor. Darah, mereka lagi-lagi melihat Radi berdarah-darah. Untuk sesaat mereka mematung kaku, tapi mata mereka mengikuti kemana gerak empat orang itu membawa tubuh Radi pergi.

"Yah?" panggil Krisna lirih, tubuhnya semakin lemas.

"Masuk lagi, Mas. Istirahat! Biar kami yang menunggui dan mengurus Abang." Krisna menggelengkan kepalanya.

"Mas mau kesana, Yah." Krisna memaksa berjalan menuju arah ruang ICU.

"Kenapa keras kepala banget sih, Mas." Adijaya dan Awan memapah Krisna dan membiarkan kemana kaki Krisna melangkah. Telinga Krisna hening tidak mampu mendengar apapun yang ada sekelilingnya dan pandangannya sangat kosong seolah tidak bernyawa. Begitu sampai di depan pintu ICU tubuh Krisna ambruk, untung saja dua Adijaya dan Awan menahan tubuhnya.

"Mas!"

"Kris!"

"Om!"

"Pah!"

Seru mereka semua berbarengan. Krisna didudukkan di kursi tunggu, kepalanya dia sandarkan ke tembok yang ada dibelakangnya. Raharja langsung mendudukkan dirinya di samping Krisna.

"Mas lelah, Yah," gumam Krisna, dia merebahkan kepalanya ke pundak Raharja.

Emily duduk di samping Krisna dengan sama lemasnya. Ambar duduk lalu mengambil tugas menguatkan menantunya.

"Putraku, Bu," gumam Emily lirih, jiwanya seolah pergi namun tidak ada air mata sama sekali yang jatuh dari mata indahnya.

"Sayangnya Abang duduk yah, jangan berdiri terus! Radi pasti gak papa." Diandra menjadi orang yang paling tertekan melihat orang tua dan abangnya hancur.

"Di mengantuk," ujar Diandra lalu berlalu pergi dari sana. Abang-abangnya saling tatap, mereka buru-buru mengikuti langkah Diandra. Ternyata Diandra masuk ke ruang rawat papanya, dia naik ke ranjang pasien yang tadi Krisna tempati. Gadis remaja itu merebahkan dirinya di sana lalu menutup badannya full, bahkan kepalanya pun dia tutupi selimut.

Jodi, Andi, Abidzar, dan Elang menghembuskan nafas sedih melihatnya. Mereka segera mengambil posisi duduk di hadapan Diandra, mereka menjejerkan empat kursi di sebelah kanan karena Diandra berbaring menyamping ke sebelah kanan. Tidak lama mereka melihat selimut yang dipakai Diandra naik turun, keempat abang Diandra itu mendongakkan kepala mereka sedih.

Sementara di dalam selimut Diandra tengah menangis, tapi dia menggigit bantal sangat kuat agar tangisannya tidak mengeluarkan suara apapun. Dadanya sangat sesak, dia ingin meraung sekuat tenaganya, tapi dia malu. Diandra malu jika harus memperburuk keadaan keluarganya.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang