Chapter 58 - (H-110)

432 41 54
                                    

Backsound chapter ini adalahBohingi Hati - Mahalini Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Backsound chapter ini adalah
Bohingi Hati - Mahalini
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

"Gimana, Dad? Radi sudah ada kabar?" tanya James. Radi seminggu ini tidak dapat dihubungi.

"Belum, adikmu sulit sekali dicari jejaknya." Jeffan meremas rambutnya sendiri frustrasi.

"Hari ini jadwalnya kemo. Biasanya Radi tetap datang untuk kemo. Jadi kita tunggu di rumah sakit saja, Dad." Jeffan mengangguk.

"Kita berangkat sekarang! Tiga jam lagi jadwalnya. Daddy gak sabar ketemu adikmu dan omelin dia habis-habisan!" kesal Jeffan bercampur cemas. James mengangguk, dia meraih tas kerjanya yang ada di sofa ruang tamu. Mereka berdua akhirnya berangkat ke rumah sakit.

....

Sementara itu, di rumah Radi yang ada di kampung duren. Romi dan Tomi membuka pintu depan dan masuk ke sana. Sejak evaluasi mereka sering dilakukan online. Mereka datang ke rumah ini hanya untuk bersih-bersih saja. Radi sebegitunya membatasi diri dengan orang-orang disekelilingnya.

"Kangen banget sama Abang yah, Kak?" Tomi mengambil nafas panjang karena merindukan Radi.

"Bukan cuma kamu, Kakak juga. Tapi gimana? Kayaknya Abang lagi gak pengen di ganggu." Romi menepuk-nepuk lengan adiknya menguatkan.

"Udah buruan kita bersih-bersih! Habis ini kan harus setor eval ke Abang." Tomi mengangguk paham, mereka berjalan menuju dapur. Seperti biasa, mereka mulai bersih-bersih dari area belakang lebih dulu.

Begitu memasuki dapur keduanya saling pandang, ada satu cangkir dan satu gelas kotor di wastafel. Tanpa pikir panjang mereka membalikkan badan dan berlari menuju kamar Radi.

'Tok tok tok!'

"Bang?" panggil Tomi.

"Bang? Abang ada di dalam?" imbuh Romi bertanya. Besar harapan mereka bahwa Radi benar-benar ada di rumah ini.

"Masuk!" Meski suara itu terdengar kecil, mereka masih bisa mendengarnya.

"Izin ya, Bang," izin Romi lebih dulu. Perlahan mereka membuka kamar Radi, keduanya langsung rusuh menghampiri Radi yang tengah terkapar lemah di tempat tidur. Tissue bernoda darah berserakan di lantai.

"Bang? Abang sakit?" tanya Tomi cemas.

"Kapan balik ke rumah ini, Bang? Kenapa gak nelpon kita minta ke sini! Rumah kita kan deket, Bang!" marah Romi kesal bercampur cemas.

"Tolong panggilkan taxi! Abang mau ke rumah sakit." Romi mengangguk, dia mengeluarkan ponselnya dan memanggil taxi eksklusif agar lebih cepat datang.

Radi berusaha bangun, Tomi dan Romi langsung membantunya.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang