Chapter 67 - Membawa Dua Mas Kembali

201 38 21
                                    

Backsound chapter ini adalahK A T A - Rizky Febian Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Backsound chapter ini adalah
K A T A - Rizky Febian
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

Seperti rencana sebelumnya bahwa pada keesokan harinya barulah semua orang buka puasa bersama di kediaman Krisna Prasetya dengan formasi lengkap. Radi dan Krisna sudah bersikap biasa saja meskipun mereka belum mengobrol panjang. Pada akhirnya Krisna yang mengalah. Malam tadi, niatnya dia ingin memanggil anak-anaknya untuk kembali ke rumah utama dan tidur karena sudah larut, tapi dia disuguhkan pada kenyataan bahwa putra sulungnya justru terbebani oleh permintaan orang-orang untuk bertahan. Jadi mulai sekarang dia yang akan berusaha menahan diri dan meminta yang lainnya untuk tidak meminta hal tersebut lagi.

"Katanya Ayah mau bawain ikan kuwe bakar buatan Ayah? Kok gak bawa apa-apa jadinya?" Radi mencium tangan Cakra, ayah dari Bima. Ikan bakar buatan Cakra adalah salah satu makanan favorit Radi dan dia sekarang menagihnya.

"Waktu Ayah ngobrol sama papahmu katanya pas munggahan kamu udah makan ikan bakar, Nak. Jadi nanti lagi, ya! Kurang baik, yang dibakar-bakar kan bersifat karsinogenik, bisa menyebabkan kanker kalau berlebihan," jelas Cakra memberi pengertian.

"Radi kan udah kena kanker, stadium tiga pula. Jadi santai saja kali, Yah," seloroh Radi memberikan respons yang langsung membuat semua orang terdiam seketika.

"Ah anjing! Gelap banget bercandaan lo, Bang!" umpat Jodi.

"Rad, maksud Ayah bukan begitu, maaf Ayah salah bicara." Cakra segera meluruskan, dia tidak sengaja salah berbicara.

"Gak papa, Yah. Santai aja!" Radi terkekeh ringan seolah memang sakitnya ini bukan lagi beban.

"Gak usah sedih karena gak ada ikan bakarnya Om Cakra" Tiba-tiba ada orang berbicara dari arah belakang. Seorang lelaki jangkung nan tampan baru saja tiba di sana.

"Abang bawain ayam woku special for you." Lelaki itu mengangkat panci berukuran sedang yang dia bawa dengan mimik wajah ceria.

"Bang Juna? Wih ... mantep nih!" sambut Radi dengan sama cerianya, dengan senang hati dia mengambil alih panci tersebut dan meletakkannya ke meja lesehan panjang yang dipasang di ruang tengahnya yang luas.

"Ayam woku itu spesial dari adek Abang untukmu, katanya salam untuk Bang Rad," ledek Juna yang membuat seisi ruangan heboh.

"Kiw, kiw, beda sih yang sama-sama belum move on mah," sahut Andi.

"Saking belum move on nya, sampe dibawain sama panci-pancinya," timpal Abidzar. Jelas itu hiperbola, karena panci yang dibawa Juna adalah panci saji, bukan panci yang digunakan memasak di kompor.

"Bilangin makasih sama Ell, Bang." Radi menghiraukan ledekan demi ledekan tersebut.

"Ogah, ah! Bilang aja sono sendiri!" Balasan dari Juna itu semakin gencar membuat ruangan ramai dan semakin hangat. Sungguh tidak dapat diajak kerja sama.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang